CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 04 Mei 2013

Princess Hours episode 9

Chae-gyeong sedang sibuk menjahit di kediamannya. Ternyata dia menjahit sebuah baju kecil. Selesai menjahit, dia pergi ke kediaman Shin. Ternyata baju itu untuk boneka kesayangan Shin. Chae-gyeong memakaikan baju itu, kemudian mendudukkannya dan memegang punggungnya seakan dia sedang menyentuh punggung Shin yang membuatnya selalu ingin memeluk Shin dari belakang.

“Dia pasti sudah sampai sekarang. Aku tak tahu kenapa dia tiba-tiba memutuskan untuk pergi seorang diri ke Thailand. Apa itu karena Yul? Apa karena aku menghampiri  Yul dan bukan menghampirinya? Aku harusnya lebih menyadarinya. Bagaimanapun juga, dia itu suamiku. Bukannya peduli padanya, aku malah mempedulikan orang lain. Jika aku jadi dia, aku juga pasti akan marah” batin Chae-gyeong sambil terus memeluk boneka teddy bear milik Shin.

Sementara itu, Shin baru saja mendarat di Thailand dan disambut oleh upaca kenegaraan di Thailand. Disana Shin di sambut dengan sukacita di sepanjang perjalanan menuju tempatnya menginap.

Chae-gyeong menelpon Shin. Tapi Kasim Kong yang mengangkat telponnya. Shin benar-benar super sibuk di Thailand. Bahkan setelah makan malam, dia masih ada pertemuan membahas kerjasama antar kedua Negara. Kasim Kong mengatakan, sebenarnya Shin menyuruhnya untuk menghubungi Chae-gyeong agar Chae-gyeong tak khawatir. Sayang sekali Chae-gyeong bahkan tak punya kesempatan untuk ngobrol dengan suaminya walaupun lewat telepon. Dengan berat hati Chae-gyeong hanya bisa menyampaikan pesannya melalui Kasim Kong.

Kasim Kong menyampaikan pesan Chae-gyeong. Kasim Kong juga bilang kalau nanti Shin pulang, dia akan meminta Shin untuk menelepon Chae-gyeong. Tapi dengan dingin Shin berkata, dia akan menelpon Chae-gyeong lain kali.

Chae-gyeong berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya dengan lesu. Tiba-tiba salah seorang temannya menawarinya permen karet. Chae-gyeong merasa agak terhibur dengan pemberian itu. Di dalam kelas, Kang-hyeon, Hee-sung dan Sung-yeon sedang asyik bermain-main.

Chae-gyeong duduk di bangkunya yang terletak disamping bangku Yul. Yul menyodorkan sebuah buku pada Chae-gyeong. Yul bilang, dia dengar di Korea ada rumah kaca. Dia bertanya pada Chae-gyeong apakah Chae-gyeong ingin pergi ke sana atau tidak. Chae-gyeong hanya diam.

“Kenapa kalian tidak pergi berdua?” tanya Yul. Chae-gyeong kaget karenanya. “Setelah menikah, biasanya pasangan istana melaksanakan tugas berdua. Apa ini karena Ratu menolaknya?” tanya Yul. Chae-gyeong hanya diam sambil memandangi Yul. “Aku dengar sejak awal dia tak pernah menyukaimu” lanjut Yul. “Aku tak tahu. Aku tak yakin akan hal itu” jawab Chae-gyeong singkat.

Tiba-tiba ketiga sahabat Chae-gyeong mendekati Chae-gyeong. Mereka mencoba menghibur Chae-gyeong karena mereka tahu Chae-gyeong yang paling bersedih. Mereka menirukan suara-suara Mun Geun-yeong, Jang Dong-gun dan juga Lee Hyo-ri. Dan mereka sukses membuat Chae-gyeong tertawa.

Yul teringat masa lalunya. Dia ingat saat Ibunya berkata untuk melupakan bahwa dirinya adalah seorang Putra Mahkota. Dan mulai saat itu, dia harus memanggil Shin dengan sebutan Putra Mahkota. Yul juga harus meninggalkan istana bersama Ibunya. Tapi Yul kecil menolak. Dia ingin tinggal di Istana bersama Shin dan juga Ibu Suri. Yul berlari dan berteriak kalau dia tak mau pergi. Yul terbangun dari mimpi buruknya.

Ibunya tiba-tiba masuk dan bertanya apakah Yul mimpi buruk. Yul balik bertanya kapan Ibunya pulang. Ibunya bilang kalau dia baru saja datang.

“Apa kau gila? Kau itu biocara apa?” kata Ibunya setengah berteriak saat mereka berdua sedang minum di dapur. “Ya. Aku menyukai Chae-gyeong” kata Yul. “Dia itu saudara iparmu, istri sepupumu” tegas Ibunya. “Dia pada awalnya adalah milikku. Tapi Putra Mahkota merebutnya dariku” lanjut Yul. “Ya Tuhan, kau itu bicara apa?” tanya Ibunya makin tak mengerti Yul.

“Kau tahu apa satu-satunya hal yang membuatku sangat berterimakasih hingga saat ini?” tanya Ibunya lagi. Karena Ayahmu meninggal, kau jadi tak perlu menikahi gadis bodoh itu! Tapi lihat apa yang kau  katakana sekarang!” jelas Ibunya. “Aku menyukainya. Perasaan aneh ini, kusadari saat ada yang bilang ‘kalau dia tak cukup cantik’ dan ‘tak layak untuk jadi seorang putri’. Semakin aku mendengarnya, membuatku semakin menyukainya” tegas Yul lagi.

“Setelah meninggalkan istana sejak berusia 5 tahun, sampai sekarang hidup jauh dari kekangan menuju pusat dunia, sejujurnya aku tak membenci hal itu. Tapi, melihat ibuku yang kesulitan menghadapi hidupnya karena dia tak bisa melupakan rasa senangnya tinggal di istana, aku kembali untuk membuat Ibuku meraih mimpinya. Untuk memenuhi mimpinya, sebagai anaknya seharusnya aku melakukan semua hal yang aku bisa demi dia. Tapi aku merasa tersembunyi jauh di dalam. Dibandingkan dengan aku, aku lebih mengkhawatirkan ibuku. Jika aku bisa menyembuhkan luka ibuku, kupikir aku takkan peduli lagi apa yang akan terjadi padaku. Tapi sejujurnya, jika aku boleh mengatakan sesuatu sekarang, aku tak yakin lagi akan perasaanku” ungkap Yul. Ibunya hanya diam. Tak tahu lagi harus bilang apa ke Yul.

Chae-gyeong pulang dari sekolah mengendarai mobil barunya dengan disopiri oleh salah satu bodyguardnya. Saat bodyguardnya masuk ke dalam, dengan diam-diam Chae-gyeong mendekati mobilnya dan masuk ke dalamnya. Salah seorang penjaga gerbang istana memperhatikannya dengan cemas.

Chae-gyeong senang sekali duduk di dalam mobilnya itu. Karena tak tahu apa-apa, secara tak sengaja dia menarik rem kaki mobilnya. Mobil itu berjalan mundur dan sukses nabrak. Dua orang penjaga segera berlari menghampiri Chae-gyeong untuk menolongnya.

Chae-gyeong ada di kediaman Ratu. Ratu sangat marah pada Chae-gyeong dan berkata kalau hal ini sudah tak bisa di tolerir lagi. Chae-gyeong bukan lagi seorang anak kecil berusia 1 atau 2 tahun. Kenapa Chae-gyeong masih bertingkah kekanak-kanakan seperti itu. Chae-gyeong hanya bisa meminta maaf atas tindakannya itu.

Tapi Ratu masih tetap marah karena mobil itu jadi rusak akinat tingkah Chae-gyeong. Chae-gyeong masih mencoba membela diri dengan mengatakan kalau dia hanya menyentuh sedikit saja bagian dari mobil itu. Ratu tetap saja menyalahkan Chae-gyeong.

Sebenarnya Ratu berbuat seperti itu karena Chae-gyeong adalah tanggungjawabnya dan mobil itu adalah milik Ibu Suri, mobil kesayangan Ibu Suri. Dan Ratu berkewajiban untuk melaporkan masalah itu kepada Ibu Suri.

Lalu beberapa saat kemudian, Ratu meminta agar mereka tak membicarakan masalah itu lagi. Selama Pangeran ada di Negara lain, Pangeran William dari Inggris akan datang berkunjung. Selama itu, saat dia berkunjung ke Negara ini, semua pestanya akan ditangani oleh chae-gyeong. Tentu saja Chae-gyeong kaget mendengarnya.

Ratu berkata, peristiwa ini sangat penting. Jangan sampai membuat kesalahan. Jika salah, Ratu khawatir hal itu akan membuat Chae-gyeong malu di hadapan orang banyak. Itulah kenapa Chae-gyeong harus melakukan semuanya dengan baik. Chae-gyeong berkata kalau dia mengerti akan tugasnya walau sebenarnya dia bingung mengenai apa yang harus dilakukannya untuk menjamu Pangeran William.

Chae-gyeong pulang ke kediamannya. Choi Sang-gung sedang ngobrol serius dengan seorang Sang-gung. Sang-gung Ibu Suri. Choi Sang-gung bilang kalau Ibu Suri sedang menunggu Chae-gyeong di dalam. Chae-gyeong merasa panik mendengarnya. Karena dia baru saja merusakkan mobil kesayangan Ibu Suri.

Chae-gyeong masuk ke kamarnya. Ibu Suri sedang sibuk mengamati hiasan yang dipajang di lemari Chae-gyeong bersama salah seorang dayangnya. Ibu Suri membelakangi Chae-gyeong sambil memegangi kepalanya. Hiasan kepalanya mungkin terlalu berat. Tapi saat dia berbalik, dia tertawa senang melihat kedatangan Chae-gyeong.

Ibu Suri berkata, saat dia datang ke kediaman Chae-gyeong, dia sedih karena Chae-gyeong tak ada. Ibu Suri malah meminta maaf karena asal masuk begitu saja ke kediaman Chae-gyeong. Ibu Suri juga berkata, melihat kediaman Chae-gyeong, mengingatkannya saat pertama kali Ibu Suri datang ke istana.

Ibu Suri kemudian bertanya berapa usia Chae-gyeong sekarang. Chae-gyeong menjawab kalau sekarang dia berusia 19 tahun. Ibu suri terkejut karena Chae-gyeong masih sangat muda.

Tiba-tiba Chae-gyeong yang sedari tadi gugup berkata kalau mobil kesayangan Ibu Suri yang baru saja diberikannya tlah dirusak oleh Chae-gyeong. Ibu Suri berkata, kalau masalah mobil, jangan terlalu dikhawatirkan. Saat pertama kali Ibu Suri mendengar kabar itu, yang dia cemaskan adalah keadaan Chae-gyeong, apakah Chae-gyeong terluka atau tidak. Dan karena sekarang dia melihat Chae-gyeong baik-baik saja, dia merasa sangat lega. Chae-gyeong ikut lega mendengar hal itu.

“Mobil itu sudah sangat tua. Karena aku bingung apa yang harus aku lakukan pada mobil itu, aku merasa sayang untuk membuang mobil itu. Kau tlah membantuku menyelesaikan masalahku, jadi aku harusnya berterimakasih padamu. Jadi, jangan terlalu memikirkan maslah itu” ungkap Ibu Suri.

Chae-gyeong menangis mendengar penuturan Ibu Suri yang sangat membuatnya terhibur itu. “Maafkan aku. Terima kasih banyak, Yang Mulia” ucap Chae-gyeong. “Harusnya kau tak menangis karena hal kecil semacam itu. Sekarang aku tahu apa yang Putra Mahkota maksud. Sebelum dia pergi ke Thailand, dia datang mengatakan sesuatu padaku. Dia tiba-tiba bilang, orang yang pantas untuk menjamu Pangeran William adalah kau, Putri” jelas Ibu Suri sambil mendekat untuk menghapus airmata Chae-gyeong.

“Dia juga bilang padaku tentang “airmata”. Karena dia, kau sudah menangis beberapa kali. Melihat airmatamu, dia merasa ada sesuatu jauh di dalam hatinya yang hilang. Airmatamu lebih jernih daripada air di  arus permata (Jade Stream)” tambah Ibu Suri lagi.

Chae-gyeong tak mengerti apa yang dimaksud dengan Jade Stream itu. Ibu Suri kemudian berkata kalau Jade Stream itu adalah arus air yang mengalir di dalam Paviliun Chi-han. Yang ada di halaman belakang istana Chang-deok. Arus air itu sangat terkenal karena segar dan jernih. Suatu saat nanti, Ibu Suri ingin pergi kesana bersama Chae-gyeong.

Chae-gyeong sangat senang mendengarnya. Ibu Suri menambahkan kalau dia sengaja datang kesini hari ini untuk menyampaikan hal itu langsung pada Chae-gyeong. Mungkin lebih baik Shin yang menyampaikan hal itu langsung pada Chae-gyeong. Tapi semua laki-laki sama saja. Apa yang sebenarnya harus mereka sebagai wanita saat menjumpai laki-laki semacam itu? Kita hanya bisa mencoba untuk mengerti mereka. Chae-gyeong mau tak mau tersenyum senang mendengarnya.

Shin berkeliling menikmati keindahan di Negara Thailand. Dia sangat mengagumi bangunan kuil yang menjulang tinggi di hadapannya dengan sangat kokoh walaupun usianya sudah sangat tua.

Chae-gyeong ada di dalam kediaman Shin dan membelai foto Shin dengan lembut. Chae-gyeong sedih. Dia merasa kalau dia sangat merindukan suaminya.

Hyo-rin dan tiga orang teman Shin sedang menikmati pemandangan indah dengan naik kapal di Sungai Han. Kang-in sedang asyik ceramah mengenai wanita-wanita cantik di dunia. Jang-gyeong dan Ryu-hwan tersenyum mendengar ceramah Kang-in. hanya Hyo-rin yang diam karena dia sedang asyik membaca berita tentang Shin yang sedang berkunjung ke Thailand.

Hyo-rin menjauh dari mereka dan Jang-gyeong menghampirinya. “Kau tak bisa menemukan hotelnya kan?” tanya Hyo-rin saat mereka hanya berdua. Jang-gyeong bingung mendengar apa yang dikatakan oleh Hyo-rin. Jadi Jang-gyeong bertanya hotel apa yang dimaksud oleh Hyo-rin. Hyo-rin menjawab, tentu saja hotel yang dipakai Shin untuk menginap.

Jang-gyeong bilang tentu saja dia bisa mencari tahu. Hyo-rin juga bertanya  apakah Jang-gyeong bisa mencari tahu tnetang jadwal Shin selama di Thailand. Dengan enteng Jnag-gyeong menyanggupinya. Jang-gyeong menelpon seorang nara sumbernya.

Di Thailand, Kasim Kong membacakan jadwal Shin selanjutnya adalah menonton pertunjukan musik tradisional Thai. Di sore harinya, Shin ada jadwal wawancara, dll. Kasim Kong juga bilang, akan ada kemacetan di jalan sekitar pusat kota karena ada perayaan tradisional, jadi Kasim Kong mencarikan hotel yang dekat dengan tempat wawancara agar aksesnya lebih mudah karena wawancara esok hari sangat penting sekali artinya. Ini pertama kalinya Shin berbicara di kalangan masyarakat luas.

Kemudian Kasim Kong juga mengingatkan pada Shin apa Shin tak mau menelpon Putri Mahkota karena Chae-gyeong sudah menelponnya berkali-kali. Shin malah bilang kalau dia lapar dan ingin makan mie rebus ditambah dengan telur didalamnya. Kasim Kong agak terkejut mendengarnya.

Sementara itu, chae-gyeong tak enak tidur di kamarnya. Dia terus saja memeluk boneka teddy bear milik Shin dan karena kelelahan dia pun akhirnya tertidur. Tapi terkadang, dia masih sesekali terbangun dan hal pertama kali yang diingatnya adalah Shin. Dia sangat merindukan Shin.

Yul sedang sibuk membuat kimbap (nasi dengan rumput laut/sushi) di apartemennya.

Di sekolah, Chae-gyeong sedang berduaan dengan Kang-hyeon. Chae-gyeong mencoba menelepon Shin. Tapi sayang sampai sekarang teleponnya tak juga diangkat. Kang-hyeon juga bertanya apakah Shin membalas teleponnya atau tidak. Chae-gyeong bilang, dia benar-benar tak mengerti akan sikap Shin. Terkadang Shin sangat sayang padanya, tapidia bisa tiba-tiba berubah galak dan berteriak padanya.

Di toilet, bahkan Chae-gyeong masih mencoba menelpon Shin. Tapi HP Shin malah tak aktif. Sesaat kemudian dia mendengar percakapan teman sekolahnya yang sedang membicarakan dirinya yang datang ke sekolah pada hari minggu tanpa tujuan yang jelas.

Yang satunya bertanya untuk apa Chae-gyeong datang ke sekolah. Yang lainnya menjawab, Chae-gyeong hanya mau cari muka, termasuk pamer bodyguard dan mobilnya yang mahal. Salah satu dari mereka bahkan juga bilang kalau Chae-gyeong pernah meminjam 500- won darinya dan belum dikembalikan. Itulah Chae-gyeong, sangat memalukan!

Mereka juga bilang kalau mereka sangat bersyukur tak sekelas dengan Chae-gyeong. Dan bertanya bagaimana bisa teman-teman Chae-gyeong tahan ada disisi Chae-gyeong. Yang lainnya menjawab, sebenarnya teman sekelasnya juga tak menyukai Chae-gyeong. Dia dengar Chae-gyeong sangat sensitive. Tindakan bodohnya itu benar-benar sangat mengganggu Putra Mahkota.

Chae-gyeong merasa sangat sedih mendengarnya. Badannya berubah jadi lemas karena mendengar kata-kata itu. Chae-gyeong terduduk di toilet. Kemudian Chae-gyeong melihat tulisan di dinding toilet. ‘Cara mudah untuk menghadapi hidup yang sulit’.

Shin sedang menikmati kesenian tradisional Thailand yang disuguhkan untuknya. Kasim Kong bilang, dia sudah mengatur pijat relaksasi untuk Shin setelah acara ini berakhir. Pijat tradisional Thai mungkin akan bisa membantu menghilangkan rasa capek di tubuh Shin. Tapi Shin bilang dia tak suka orang lain menyentuh tubuhnya.

Kasim Kong meminta maaf karena tak tahu hal itu. Dia pikir Shin pasti lelah karena jadwal yang sangat padat itu. Dia akan lebih mengerti apa saja yang tak disukai oleh Shin. Kasim Kong pun undur diri dari hadapan Shin.

Shin memandang ke sekelilingnya. Dia terkejut karena dia melihat Hyo-rin ada di dekat situ. Hyo-rin melambaikan tangannya ke arah Shin. Kemudian dia memberi isyarat pada Shin untuk meminta HP. Shin tersenyum senang melihat Hyo-rin.

Shin meminta HP dari ajudan-nya yang ada disampingnya. Ajudannya memberikan HP pada Shin. Shin mengirimkan sms pada Hyo-rin. Shin terkejut melihat Hyo-rin ada di Thailand. Shin menelan ludahnya. Dia merasa agak gugup. Kemudian dia menikmati lagi kesenian tradisional itu.

Chae-gyeong masih terus mencoba menghubungi Shin. Chae-gyeong masih ada di sekolah. Tapi yang didapatnya hanya lah kata-kata kalau Shin sedang sibuk. Saat Chae-gyeong menelpon, ada Yul berdiri di tangga di bawah Chae-gyeong.

Yul tahu Chae-gyeong sedang kecewa. Jadi dia berusaha untuk menhibur Chae-gyeong. Kemudian Chae-gyeong meminta Yul untuk membawanya pergi ke tempat yang Yul maksud tempo hari. Kemanapun juga tak apa-apa asal bukan ke istana. Chae-gyeong pergi bersama Yul. HP Chae-gyeong masih tertinggal di antara patung-patung yang menghuni ruang kesenian di sekolahnya.

Shin baru saja selesai mandi. Saat keluar dari kamar mandi, Kasim Kong menunjukkan jam khas Thailand yang sebenarnya milik museum Thailand. Tapi Shin malah cuek sambil keluar dan duduk di beranda kamarnya.

Kasim Kong menghampiri Shin di beranda. Shin bertanya ada waktu berapa jam lagi sebelum jadwal berikutnya. Kasim Kong berkata masih ada waktu 4jam 27menit lagi. Shin bilang kalau dia ingin menikmati spa. Shin bilang dia hanya ingin spa, tanpa pijat. Dan meminta Kasim Kong untuk mempersiapkannya. Kasim Kong mematuhinya.

Shin datang ke tempat spa. Seorang pelayan menunjukkan padanya ruangan spa yang ingin dipakai oleh Shin dan mempersiapkan kebutuhan Shin. Saat pelayan itu menjelaskan, Shin malah sibuk memperhatikan sekelilingnya. Shin menyuruh pelayan itu untuk diam saat Shin melihat jendela tanpa kaca. Dia kemudian keluar melalui jendela itu.

Shin kabur dari tempat itu dengan hati-hati. Dia merasa senang saat melihat Hyo-rin yang sedang duduk di sebuah bangku taman. Hyo-rin tak jauh beda dengan Shin. Dia juga senang bisa melihat Shin.

Shin mengamati sekelilingnya, dia menghampiri Hyo-rin lalu kemudian mengajaknya pergi menjauh dari tempat itu. Shin membawa Hyo-rin untuk duduk di sebuah bangku yang ada di sebuah taman. Shin hanya meletakkan tas Hyo-rin ke bangku, sementara dia masih tetap berdiri.

“Kau tak boleh ada di sini” kata Shin. “Aku juga tak menginginkannya, meskipun sekarang aku ada disini. Bawa aku pergi dari sini” pinta Hyo-rin. “Kemana?” tanya Shin. “Ke airport. Aku tak ingin tinggal lebih lama disini. Jika kau tak membawaku, aku akan tetap disini” kata Hyo-rin dengan dibumbui sedikit ancaman.

“Apa yang akan kau katakan tentang aku, itulah aku” kata Hyo-rin keras kepala. Shin duduk di bangku itu. Hyo-rin pun ikut duduk di sebelah Shin. “Kau tahu betapa bingungnya aku sekarang?” tanya Shin. “Ya, aku tahu. Aku tahu hal itu lebih dari siapapun. Itulah kenapa kita berkencan secara rahasia selama 2 tahun ini. Meskipun kata ‘aku mencintaimu’ terlontar ratusan kali, hal itu bisa hancur hanya dengan kata ‘putus’. Itulah cinta” jawab Hyo-rin.

Hyo-rin memandang Shin. Kemudian melanjutkan kata-katanya. “Aku sekarang tak ada artinya lagi untukmu kan?” tanyanya lagi. Shin menggenggam tangan Hyo-rin. “Ada apa sebenarnya denganmu?” tanya Shin. “Apa kau tak tahu? Hubungan kita sudah berakhir. Kita sudah tak ada artinya bersama lagi. Kemanapun kau pergi, selalu ada berita tentangmu. Kemanapun kau pergi, siapapun yang kau temui, apapun yang kau lakukan, appaun yang kau pakai, aku selalu saja bisa mendengar hal itu dengan jelas setiap saat” ceramah Hyo-rin.

“Meskipun aku sudah menutup mataku, menutup telingaku, aku masih tetap saja tahu apa yang sedang kau lakukan. Aku melihatmu di Koran, TV, dan hal itu membuatku gila. Aku hanya orang luar, yang hanya melihat satu hal. Tak bisakah kau mengerti bagaimana perasaanku? Dan kau bilang ini bukan aku? Jadi apa yang harus aku lakukan untuk menjadi diriku sendiri?” tambah Hyo-rin.

Hyo-rin menundukkan wajahnya, dia menangis. Shin mencoba meraih tangan Hyo-rin. Tapi Hyo-rin menepis tangan Shin. Lalu kemudian Shin bilang pada Hyo-rin untuk pergi dari tempat itu. Hyo-rin berhenti bersedih. Kemudian dia berkata pada Shin, dia belum pernah merasa jadi pacar Shin.

Hyo-rin bangkit dari tempat duduknya. “Pergilah, aku juga akan pergi” kata Hyo-rin. Shin memegangi tangan Hyo-rin. Dia mengambil tas Hyo-rin dari tangan Hyo-rin, kemudian mengajaknya pergi dari tempat itu.

Sekretaris Kim membawa tukang pijat ke hadapan Kasim Kong. Kasim Kong berkata kalau Pangeran baru saja membatalkan rencananya untuk dipijat. Saat sekretaris Kim menjelaskannya pada tukang pijat itu, Kasim Kong berpaling. Dia seakan melihat Shin naik kendaraan tradisional khas Thailand (semacam bemo) dengan seorang wanita berbaju orange dan memakai topi orange.

Di tempat lain, Chae-gyeong naik mobil berdua dengan Yul. Chae-gyeong merasa dia sangat nyaman bisa keluar dari istana seperti ini. Chae-gyeong mengucapkan rasa terima kasihnya pada Yul. Yul tersenyum senang mendengar penuturan Chae-gyeong.

Shin dan Hyo-rin berkeliling naik kendaraan itu. Sopirnya menyangka kalau Shin dan Hyo-rin sedang berbulan madu di Thailan. Dia memuji Shin dan Hyo-rin yang sungguh romantis. Sopir itu menawarkan apakah mereka berdua ingin pergi ke tempat lain sebelum pergi ke bandara. Tapi Shin bilang tak perlu dan meminta sang sopir melanjutkan perjalanan menuju bandara.

Shin menyebutnya dengan kata ‘pilot’. Orang itu merasa tersanjung karena Shin tahu kalau dia pernah bekerja di angkatan udara. Padahal Shin sebenarnya asal cuap aja. Karena senang, sopir itu menambah kecepatan laju kendaraannya hingga membuat Hyo-rin jatuh menimpa Shin. Shin kemudian malah menawarkan Hyo-rin untuk pergi ke pasar sebentar. Tentu saja Hyo-rin senang mendengarnya. Tanpa mereka sadari, ada 4 orang pengendara motor mengincar foto mereka berdua.

Mereka naik dua buah motot. Dan tepat ada di belakang kendaraan yang ditumpangi Shin dan Hyo-rin. Saat Hyo-rin berpaling ke belakang, dia merasa curiga pada orang-orang itu dan bertanya pada Shin, siapa mereka. Shin meminta Hyo-rin untuk tak melihat ke belakang. Shin bilang mereka itu, paparazzi.

Hyo-rin kaget mendengar penuturan Shin. Kemudian dia melepas topinya kemudian memakainya untuk menutupi wajah Shin. Sopir jengkel melihat ulah mereka, jadi dia berteriak. Kemudian Hyo-rin menyuruhnya untuk menambah laju kendaraannya untuk menghindari para wartawan itu. Terjadilah kejar-kejaran seru di jalanan di Thailand.

Sopir itu membawa kendaraannya ke dalam pasar. Hingga membuat orang-oramg kaget dan panik sampai jualan mereka berserakan dimana-mana. Hanya sesaat mereka berhasil lari dari paparazzi itu. Karena beberapa saat kemudian setelah mereka sampai lagi ke jalan raya, paparazzi itu tetap setia mengekor di belakang mereka. Karena itulah, sopir meminta bantuan teman-teman seprofesinya untuk membantunya menghindar dari kejaran para nyamuk pers itu. Dan mereka berhasil. Shin dan Hyo-rin tertawa senang melihatnya.

Sekretaris Kim datang dengan terburu-buru menuju kamar Shin. Sekretaris Kim berkata pada Kasim Kong, kalau Shin mungkin pergi mengelilingi jalanan ibukota. Dia belum bisa melacak keberadaan Pangeran Shin dengan pasti. Kasim Kong berkata untuk mengawasi jalur kepergian Shin. Sekretaris Kim mematuhinya. Dia juga bertanya apakah perlu melibatkan polisi lokal untuk mencari Shin. Kasim Kong berkata mereka tak perlu melakuakn hal itu. Mereka tak menginginkan Pangeran jadi berita utama, jadi mereka harus menyelesaikannya sendiri.

Di Istana Choi Sang-gung bicara dengan Park Sang-gung untuk menghadap ratu. Dia mengkonfirmasi kalau Chae-gyeong menghilang setelah sebelumnya dia ada di sekolah. Bahkan sampai sekarang, dia belum bisa menghubungi dan tahu dimana Chae-gyeong berada.

Ratu merasa kesal dengan ulah Chae-gyeong yang mirip seperti anak kecil. Ratu bertanya bagaimana dengan HP Chae-gyeong. Apakah mereka sudah berusaha untuk menghubunginya. Park Sang-gung berkata, HP Chae-gyeong ditemukan tertinggal di sekolahnya.

Ratu merasa khawatir kalau Chae-gyeong dibawa oleh orang jahat. Choi Sang-gung bilang dia masih belum mendapat konfirmasi. Tapi dia yakin situasinya tak segawat itu. Mereka juga sudah menghubungi keluarga Chae-gyeong. Choi-Sang-gung bilang, mereka pasti akan segera mendapat kabar baik. Ratu memerintahkan untuk mempercepat investigasi dan segera mencegah agar rumor itu tak meluas ke luar istana.

Di rumah, Ayah dan Ibu Chae-gyeong sibuk menelepon ke sana kemari untuk mengetahui keberadaan Chae-gyeong. Tapi sayang, hasilnya nihil. Chae-jun yang baru pulang sekolah ikut cemas memikirkan keberadaan kakaknya.

Chae-gyeong dan Yul tiba di suatu tempat. Shin dan Hyo-rin di Thailand pun tlah sampai ke sebuah pasar tradisional. Mereka berdua turun disitu. Mereka berkeliling pasar, lalu kemudian menikmati jajanan khas Thailand. Saat sedang asyik, tiba-tiba mereka melihat paparazzi itu lagi. Mereka-pun langsung kabur meninggalkan tempat itu.

Mereka berdua berhasil melarikan diri dengan masuk ke sebuah hotel kecil. Mereka tertawa senang karena berhasil lolos. Saat mengintip para wartawan itu, pemilik bertanya apakah mereka ingin menginap disana. Dan mereka berdua mengiyakan hal itu karena pada saat yang bersamaan, para pengejarnya sedang berjalan masuk ke hotel kecil tempat mereka berdua bersembunyi.

Hyo-rin dan Shin berada di dalam kamar yang mereka sewa. Mereka tersenyum senang. Shin mengamati perabot-perabot yang ada di dalam kamar itu. Mereka duduk di atas kasur. Saling berpandangan, dan karena sama-sama gugup, mereka saling menjauh.

Tiba-tiba Hyo-rin terlonjak kaget, naik ke atas kasur dan bersembunyi dibalik tubuh Shin karena dia melihat sesuatu. Hyo-rin minta Shin mengusir benda itu. Tapi Shin hanya diam karena sebenarnya dia juga takut pada kadal. Hyo-rin tertawa mendengarnya. Jadi kemudian dia memutuskan untuk turun dan mengusir kadal itu sendiri dengan memakai sapu yang ada disitu. Dan akhirnya dia sukses melakukannya.

Hyo-rin dan Shin langsung turun tempat tidur. Keduanya tersenyum senang. Tapi tiba-tiba datang kadal yang lain yang membuat Hyo-rin kaget dan panik sampai dia reflek lansung memeluk Shin. Saat tersadar, mereka berdua saling berpandangan penuh arti.

Chae-gyeong dan Yul juga sedang berduaan di sebuah rumah kaca. HP Yul berbunyi. Tapi Yul diam saja. Sementara itu, Chae-gyeong panik Dia tak bisa menemukan HP nya dimanapun.

Shin dan Hyo-rin berbelanja berdua di pasar tradisional di Thailand.

Chae-gyeong duduk berdua dengan Yul di rumah kaca itu. Chae-gyeong kagum dengan tanaman langka yang ditanam disitu. Sangat mengagumkan. Chae-gyeong senang melihat ada pohon yang bentuknya seperti vas bunga. Kata Yul, di Inggris, pohon itu disebut Pohon Botol. Ternyata dibawah pun ada nama pohon itu. Di Korea juga disebut Pohon Botol.

Shin naik angkot di Thailand bersama Hyo-rin. Hyo-rin menunjukkan topeng yang tadi dibelinya di pasar pada Shin. Dia bilang, dia akan memakai topeng dan berpura-pura semua masalah sudah diatasi saat ini. Selama 2 tahun ini Hyo-rin pasti juga memakai topeng. Shin tak mengerti maksud Hyo-rin. Kemudian Hyo-rin bilang, ini karena Shin tak pernah bisa melihat Hyo-rin yang sebenarnya. Hyo-rin bilang saat-saat itu, semuanya palsu. Hari ini, dia menjadi Min Hyo-rin yang sesungguhnya.

Hyo-rin juga berkata, bukankah hari ini Shin menonton tari tradisional Thailand. Apa Shin tahu arti dari tarian itu? Tarian La Ma Kya. Hyo-rin bercerita kalau tarian itu berarti, karena Raja Iblis, Pangeran Rama, sang pewaris tahta, terperangkap dalam situasi yang sulit.  Tapi saat itu, muncul kera yang muncul untuk menyelamatkan Pangeran Rama.

Topeng yang dipegang Hyo-rin adalah hadiah dari Dewa Kera. Saat Shin berada dalam kesulitan, topeng itu akan jadi petunjuk yang akan melindungi Shin. Shin tertawa senang mendengarnya. Hyo-rin merasa senang sekali. Min Hyo-rin akhirnya bisa melepas topengnya.

Saat angkot mereka berbelok di sebuah tikungan, seorang sopir di sebuah mobil limosin melihatnya. Jadi mobil itu langsung berpacu mengikuti mobil angkot yang membawa Shin dan Hyo-rin.

Di tempat lain, tempat konfrensi pers Pangeran Shin sudah ramai oleh orang-orang dan wartawan. Kasim Kong bingung karna Shin belum juga kembali. Sekretaris Kim mendekatinya dan berkata kalau dia tlah menemukal dimana Pangeran Shin. Kasim Kong lega mendengarnya. Shin sedang menuju bandara. Anak buahnya terus mengikuti Shin.

Seorang panitia acara melaporkan pada Sekretaris Kim kalau semuanya sudah siap. Dan meminta Sekretaris Kim untuk meninjau ulang persiapannya.

Di tempat lain, Choi Sang-gung datang ke badan intelejen istana dan bilang kalau Ratu mulai sangat khawatir karna tak bisa menemukan Chae-gyeong dimanapun.

Ibu Yul kaget saat mendengar dari informannya kalau Yul sedang berdua bersama Putri Mahkota. Dia meminta informannya untuk memastikan hal itu lagi. Dia bilang dia akan mengecek kebenarannya langsung. Ibu Yul meminta bantuan untuk mengecek keberadaan mereka dari sinyal HP mereka.  

Chae-gyeong hanya terdiam. Perasaannya tak karuan. “Jika surga ada, kau pikir surga itu bentuknya seperti apa?” tanya Yul memecah kesunyian yang ada. Chae-gyeong hanya memandangi Yul tanpa berkata apa-apa. “Kupikir yang paling penting di surga adalah pohon. Sekeliling tempat itu jadi hijau. Sebuah tempat yang penuh dengan cinta dan kedamaian” lanjut Shin. Chae-gyeong hanya mendesah tanpa berkata apa-apa.

Kemudian Yul bilang kalau dia membawa makan siang yang dibuatnya sendiri. Yul melangkah menuju bangku yang lain untuk mengambil kotak makan siangnya. Chae-gyeong terkagum-kagum melihat bekal makan siang yang cantik yang dibuat oleh Yul. Chae-gyeong sangat senang menikamatinya karna rasa kimbap itu enak. Dia malah bilang, apa sebenarnya Yul itu wanita? Yul tertawa mendengarnya.

Tak berapa lama kemudia, Chae-gyeong kembali lesu. Tak bersemangat untuk makan lagi. “Apa kau sangat bermasalah? Kau tak datang kesini untuk melihat Pohon Botol kan?  Apa karna hidup di istana sangat membosankan? Atau itu karna Shin?” tanya Yul. Chae-gyeong hanya memandangi Yul dan memandangi Yul.

“Si egois itu… Jika aku jadi dia, aku takkan meninggalkanmu sendiri” kata Yul sambil memegangi pundak Chae-gyeong untuk menghiburnya. Akhirnya tangis Chae-gyeong pun pecah. “Kau tak perlu menangis karna hal ini” pinta Yul. Tiba-tiba Chae-gyeong bersin. Chae-gyeong bertanya pada Yul, apa mungkin dia terkena flu?. Yul hanya tersenyum. Chae-gyeong bilang, harusnya dia tak kabur dari istana. Tapi dia mengucapkan terimakasih karna Yul tlah membawanya ke tempat itu.

Di bandara Thailand, Hyo-rin sudah mendapatkan tiketnya untuk pulang. Hyo-rin bilang pada Shin, apa yang belum pernah dilakukan Shin sebagai pacarnya sudah Shin lakukan hari ini. Shin pasti sangat lelah. Hyo-rin tak mengenali Shin sebelumnya. Tapi sekarang Hyo-rin tahu, Shin memang Pangeran sejati. Shin tersenyum senang. Shin membelai topeng pemberian Hyo-rin.

Hyo-rin mencium Shin. Shin membelalakkan matanya. Hyo-rin mengucapkan terima kasih. Hyo-rin berkata kalau waktu yang dihabiskannya bersama hari ini, takkan pernah dilupakannya. Hyo-rin berpamitan pada Shin, lalu melangkah pergi ke dalam. Shin memandangi kepergian Hyo-rin. Kemudian melambaikan tangannya pada Hyo-rin. Setelah itu, Shin melangkah pergi. Ada rasa bersalah di wajahnya.

Chae-gyeong masih ada di rumah kaca bersama Yul. Chae-gyeong bilang pada Yul, kalau dia sangat menyukai Shin. Dia jatuh cinta pada Shin. Perasaan itu datang secara alami dan bukan karna siapa Shin. Hidup di tempat yang tak dikenal, merasa kesepian karna jauh dari keluarga, dan dengan kepribadiannya, Chae-gyeong mudah sekali jatuh cinta dengan orang yang ada di dekatnya. Mungkin hal itu lucu. Tapi kalau dia bertemu Yul terlebih dahulu, dia pasti akan jatuh cinta pada Yul. Yul hanya memandangi Chae-gyeong dengan kecewa.

Chae-gyeong melanjutkan kata-katanya, Tapi disisi lain, cinta itu sangat melelahkan. Chae-gyeong bilang dia tak bisa mencintai orang yang jauh darinya. Selama ini Shin selalu ada di dekatnya. Sering ngobrol berdua bersamanya. Chae-gyeong jatuh cinta pada orang yang selama ini selalu bersamanya. Kalau dibandingkan dengan hubungan yang normal, kisah cintanya terasa lebih melelahkan. Chae-gyeong meminta maaf karna tlah membuat Yul terlibat dalam masalahnya.

Yul bertanya apa Chae-gyeong merasa lega setelah curhat padanya. Chae-gyeong mengiyakan. Yul lebih bersahabat dan lebih bijaksana daripada Shin. Yul tersenyum kecut. Tapi dia mengucapkan terimakasih untuk pujian Chae-gyeong. Chae-gyeong tersenyum memandangi Yul yang duduk di sampingnya.

Bersambung…………….

0 komentar:

Posting Komentar