skip to main |
skip to sidebar
Pagi
itu Shin sibuk mencicipi makanan. Chae-gyeong datang menghampirinya.
Asistennya sibuk mencatat. Chae-gyeong menyapa mereka. Asisten pribadi
Shin berkata kalau hari ini Chae-gyeong datang lebih awal dari biasanya.
“Aku tak telat kan?” kata Chae-gyeong. “Ya Yang Mulia. Anda 10 menit
lebih awal dari biasanya” jawab asisten Shin. Chae-gyeong tersenyum
sennag mendengarnya. “Kau tak tidur kan?” tambah Shin. “Bagaimana kau
tahu?” tanya Chae-gyeong yang kaget karna Shin tahu semalaman
Chae-gyeong tak tidur.
“Apa itu hal yang luar biasa? Kau dating dengan mata mirip mata kelinci”
kata Shin dengan enteng sambil terus mencicipi makanan yang akan di
hidangkan untuk Raja. “Benarkah? Apa mataku merah sekali? Apa benar
mataku seperti itu?” Tanya Chae-gyeong pada para pengawal dan asisten
Shin. Mereka semua mengiyakannya. “Lalu apa yang sedang kau lakukan?”
Tanya Chae-gyeong pada Shin. Asisten Shin menjelaskan kalau Shin sedang
mencicipi hidangan untuk Raja.
“Kenapa harus dicicipi? Apa takut kalau ada yang meracuni” kata-kata itu
tiba-tiba saja meluncur dari bibir Chae-gyeong. Membuat asisten Shin
kaget dan Shin yang kesal mendengarnya melempar sendok yang dipakainya
untuk mencicipi.
Sudah sejak sepuluh tahun yang lalu Shin mencicipi hidangan yang akan
disajikan untuk Raja dan itu berarti sejak Shin berusia 9 tahun dia
sudah melakukan hal itu. Itu menyebabkan dia lebih peka merasakan
makanan mana yang cocok untuk kesehatan Raja.
Chae-gyeong yang bosan kembali ke kediamannya. Tiba-tiba dia tersenyum.
Ternyata dia melihat Yeol. Yeol sedang membaca sebuah buku dan tertarik
karnanya. Tanpa sepengetahuan mereka berdua, Shin menatap mereka dengan
muka masam.
Chae-gyeong dan Yeol bermain di istana belakang. Chae-gyeong sangat
menikmatinya. Dia bahkan merasa sangat senang sekali bisa bermain-main
disitu. Tapi Yeol tak hanya mengajaknya bermain tapi juga mengajarinya
berbagai puisi. Chae-gyeong sangat senang karna dia bisa menghafalnya
dengan mudah. Chae-gyeong pulang dengan senyum di wajahnya.
Chae-gyeong pulang dengan berseri-seri dan terhenyak saat melihat Shin
yang sedang berlatih anggar. Dia mengintip Shin. Shin berbalik
danmelihat Chae-gyeong dibalik pintu.
Chae-gyeong tersenyum dan masuk ke dalam. Shin berbalik badan. “Ini
benar-benar memalukan. Kemana ilmu yang kau pelajari tentang
mengendalikan diri?” kata Shin. “Apa maksudmu?” Tanya Chae-gyeong agak
tersinggung. “Apa kau ingat apa yang pernah kukatakan? Ku bilang padamu
untuk meningkatkan pengetahuanmu selama kau tinggal di istana” kata
Shin. “Kenapa kau membicarakan hal itu dalam situasi seperti ini?” tanya
Chae-gyeong tak suka dengan kata-kata Shin.
“Yang ku katakan sebelumnya itu dialog singkat dari Hamlet” kata Shin
santai. “O…itu” Chae-gyeong gugup dan salah tingkah. “Kau tak butuh
informasi itu saat kau menggambar?” Tanya Shin. “Apa maksudmu?” Tanya
Chae-gyeong dengan nada tak suka. “Kau mungkin agak berbakat dalam
melukis. Tapi dasar yang kau bawa itu sangat lemah. Benar begitu kan?
Lupakan bahwa kau tak pernah membaca novel Shakespeare, tapi kau
sepertinya akan mudah jatuh ke tangan orang lain seperti seekor kucing”
sindir Shin.
“Hei! Apa maksudmu? Aku benar-benar tak bisa mempercayainya” kata
Chae-gyeong setengah berteriak. Shin cuek mendengarnya. Dia meneruskan
latihan anggarnya. “Baiklah, jika kau punya banyak pengetahuan yang
hebat, kepribadian yang baik, lalu kenapa kau membuatku malu dan tak
peduli padaku di hadapan teman-temanku di pesta ultah?” Chae-gyeong
balik menyindir.
Shin tak mempedulikan kata-kata Chae-gyeong. “Sekarang ini, kupikir, itu
semua bagian dari rencanamu. Kau mengundang Min Hyo-rin dan membuatku
terlihat bodoh di depan teman-temanmu” sejenak Shin memandangi
Chae-gyeong dengan rasa bersalahnya. “Jika kau benar-benar mencintai Min
Hyo-rin, kau harus melakukan sesuatu untuk menikahinya. Kenapa kau
harus membuat kesalahan seperti ini dan memperlakukanku seperti ini
sekarang? Dasar kau laki-laki jahat dan egois” hardik Chae-gyeong.
“Apa kau bilang? Apa yang baru saja kau katakana?” tanya Shin. “Kau
laki-laki yang jahat dan egois. Kenapa?” kata Chae-gyeong mengulang
perkataannya barusan. Shin yang kesal mendekatkan dirinya pada
Chae-gyeong. Chae-gyeong merasa sedikit grogi. Shin pun merasakan hal
yang sama. Jadi dia mundur kemudian melanjutkan latihan anggarnya.
“Dengarkan aku baik-baik. Kita sangat tidak beruntung karna tak bisa
saling melengkapi apa yang kita butuhkan. TAPI…..Tapi….kita harus
merasakan teh bunga lili sekarang. Para tetua sedang menunggu kita.
Cepatlah bersiap-siap” kata Shin tanpa bisa mengutarakanmaksud hatinya
yang sebenarnya.
Mereka menikmati teh lili di paviliun istana bersama Ibu Suri, Raja dan
Ratu. “Putri, ini pertama kalinya kau menikmati the lili putih ini kan?”
tanya Ibu Suri. Chae-gyeong mengiyakan. Dia senang bisa menikmatinya.
Ibu suri mengajak mereka semua untuk menikmati teh-nya. Chae-gyeong
memperhatikan cara Shin meminum teh-nya dan mengikuti cara Shin minum
teh.
Tiba-tiba Ibu suri mengucapkan sebuah puisi. Raja menyambung puisi Ibu
Suri, kemudian Shin pun menambahkannya pula. Tiba giliran Chae-gyeong
untuk melanjutkannya. Mereka semua memandangi Chae-gyeong dengan tak
sabar. Kemudian Chae-gyeong menyambung puisi itu dengan mudah. Shin
bahkan sampai takjub mendengarnya. Disangkanya Chae-gyeong takkan bisa
melakukan hal itu. Semua menyambut gembira kemajuan Chae-gyeong.
Ratu memperingatkan Chae-gyeong yang terlalu tinggi mengangkat roknya
dan berlari-lari di lapangan. Ratu merasa frustasi dengan sopan santun
Chae-gyeong yang masih saja aneh. Raja yang ada di sebelah Ratu hanya
tersenyum memandangi tingkah laku Chae-gyeong yang lucu itu. Sementara
itu, Shin masih ada di paviliun istana bersama Ibu Suri. Ibu Suri senang
dengan kemajuan Chae-gyeong.
Di sekolah, Yeol sedang membereskan hiasan di dalam ruangan melukis.
Chae-gyeong menghampirinya dan berdiri di sebelah Yeol. Yeol tersenyum
melihat kedatangan Chae-gyeong. Chae-gyeong mengucapkan terima kasih
tentang kemaren. Karna Yeol tlah mengajarkannya puisi yang membuat kagum
Ibu Suri. Chae-gyeong mengucapkan puisi dalam kalimat hanja itu.
Teman-temannya sama sekali tak mengerti apa maksudnya. Salah satunya
malah bilang, jelas saja berbeda karna mereka hidup di dunia yang
berbeda.
Kang-hyeon menenangkan sahabat-sahabatnya dan mengajak mereka pergi ke
kantin meninggalkan Chae-gyeong dan Yeol. Tapi tak seberapa lama
kemudian, Chae-gyeong dan Yeol pun menyusul mereka ke kantin.
Chae-gyeong duduk berlima bersama teman-temannya dan Yeol. Mereka
mengajari Yeol kata-kata yang biasa mereka pakai. Misalnya ‘kimddeok’.
Itu adalah singkatan dari KIMbab dan TTEOKbokki. Kemudian mereka
melewatkan hari dengan bercanda seperti anak kecil. Yeol senang
karnanya.
Di istana, Ibu Suri merasa senang karna Yeol datang mengunjunginya.
Tiba-tiba Ibu Suri terjatuh. Untung saja Yeol memeganginya. Yeol
mencemaskan keadaan neneknya. Tapi Ibu Suri berkata dia taka pa-apa.
Kemudian mereka berjalan kembali dan bertemu dengan Ratu di koridor.
Ratu menyapa Ibu Suri dan memberikan salam hormatnya. Yeol melakukan hal
yang sama untuk menghormati Ratu.
Ratu membicarakan tentang daftar orang-orang yang akan mendapat
penghargaan di Festival Tarian Shin-gyeo yang akan segera berlangsung.
Mereka membutuhkan juara yang akan di umumkan. Ibu Suri malah menyuruh
Ratu untuk melibatkan Yeol karna Yeol juga seorang siswa jurusan seni.
Ratu agak kecewa mendengar usul Ibu Suri.
Yeol memilih juara karya seni yang jadi juara. Ibu Suri menyetujui usul
Yeol dan Ratu mengiyakan ucapan Ibu Suri untuk membuat orang itu keluar
sebagai pemenangnnya. Yeol tersenyum senang karna pendapatnya disukai
Ibu Suri.
Shin sedang bermain bersama Chae-gyeong. Mereka bermain ‘Kyeok-pha’ yang
cara bermainnya hamper sama dengan permainan golf di era modern
sekarang ini. Shin bermain. Semua dayang dan pengawal bertepuk tangan
untuknya. Shin meminta Chae-gyeong untuk bermain. Tentu saja hal itu
membuat Chae-gyeong gugup karna ini adalah saat pertama kalinya dia
bermain permainan itu.
Shin mengajari Chae-gyeong dan mengaturnya untuk membenarkan posisi
badannya yang membuat Chae-gyeong merasa kesal. Ratu menyaksikan mereka
dari atas bersama Raja dan Ratu. Ibu Suri sangat suka melihat
kebersamaan Shin dan Chae-gyeong. Apalagi dengan semangat jiwa muda
mereka berdua. Raja setuju dengan pendapat Ibu Suri. “Memori masa muda
akan selalu menyenangkan meskipun itu memori yang menyedihkan” ungkap
Raja. “Untuk beberapa orang, memori masa muda mereka akan selalu
terkenang di hati mereka” tambah Ibu Suri.
Shin mengarahkan ke arah mana Chae-gyeong harus memukul. Chae-gyeong
yang merasa kesal karna sedari tadi harus menuruti kata-kata Shin, asal
memukul saja. Chae-gyeong mengambil ancang-ancang dan memukulnya. Shin
menertawakan tingkaj Chae-gyeong. Dan ternyata Chae-gyeong membuat
keajaiban karna bisa melakukan ‘hole in one’. Semua orang menyambutnya
dengan gembira. Yeol yang datang mendekatpun bertepuk tangan untuk
Chae-gyeong.
Chae-gyeong melambaikan tangannya menyambut kedatangan Yeol. “Apa yang
membawamu kemari?” tanya Shin. “Apa maksudmu? Kau bilang kau akan
mengajariku bagaimana caranya memukul bola dari atas kuda” jawab Yeol.
“Oh ya. Aku hamper saja lupa. Ayo kita pergi sekarang” ajak Shin
kemudian.
Yeol agak kaget mendengar ajakan Shin yang tiba-tiba itu. Dia bilang dia
bisa menunggu nanti kalau Shin sudah selesai melatih Chae-gyeong. Tapi
Shin bilang dia sudah mulai bosan berada disitu dan meminta sekretaris
Kim untuk menggantikan tugasnya mengajari Chae-gyeong. Tentu saja
Chae-gyeong tak suka dengan tindakan Shin itu. Tapi toh dia tak bisa
berbuat apa-apa karna Para Tetua sedang memperhatikan latihannya.
Yeol pun pergi bersama Shin. Sebelum pergi Yeol tersenyum pada
Chae-gyeong. Chae-gyeong memandang kepergian mereka dengan rasa kecewa.
Shin pun mengajari Yeol untuk memukul bola dari atas kuda.
Sementara itu di tempat lain, Hyo-rin yang sedang berkuda merasa sedih
karna teringat Shin. Sekarang Shin sudah jarang datang untuk latihan
berkuda.
“Aku merasa lega karna bisa sekelas dengan Chae-gyeong. Karnanya aku
jadi mengenal lingkungan sekolah dan mengenal teman-teman baru” kata
Yeol pada Shin saat mereka istirahat dari latihan. “Tapi kupikir kau
harus hati-hati dengan apa yang akan kau katakan. Tak apa jika itu hanya
diantara kita berdua. Tapi jangan di hadapan Para Tetua jangan
memanggil ‘Chae-gyeong’. Terutama di depan Omma Mama (Omma= singkatan
dari omoni (ibu). Mama= yang mulia. Ibu Ratu, Yang Mulia Ibu). “ nasehat
Shin.
Yeol tersenyum mendengarnya. “Aku merasa agak tertekan. Kau benar, kalau
tidak, mungkin Ibuku yang akan menasehatiku. Aku mengerti. Aku takkan
melupakannya” jawab Yeol. Shin tersenyum senang mendengar kata-kata
Yeol. Kemudian mereka-pun memutuskan untuk belajar memukul bola dari
atas kuda lagi.
Shin dan Chae-gyeong datang ke sebuah acara pembukaan Museum Seni.
Chae-jun yang melihat kakaknya muncul di TV segera memanggil ayahnya.
Ibunya pun ikut menontonnya. Mereka tertawa senang melihat Chae-gyeong
dan Shin muncul di TV.
“Tuan Putri sangat cantik! Dia pasti sangat suka tinggal di istana” ucap
Ayah Chae-gyeong. Ibunya tertawa mendengarnya. “Lihatlah tangannya. Dia
pasti banyak berlatih akhir-akhir ini” kata Ibu Chae-gyeong. Mereka
semua sangat senang melihat Chae-gyeong di TV.
Shin dan Chae-gyeong diberi kehormatan untuk memotong pita tanda museum
seni itu tlah dibuka. Setelah itu, tiba-tiba dompet Chae-gyeong
terjatuh. Bukannya membantu, Shin malah meloto kea rah Chae-gyeong.
Chae-gyeong pun mengambil dompetnya. Acara diteruskan dengan melihat isi
museum seni itu.
Sekretaris Kim mengatakan kalau beberapa orang wartawan ingin mengambil
foto Shin yang hadir dalam rangka membuka museum seni itu. Shin pun
mengikuti sekretaris Kim.
Kamera blitz langsung menyambut mereka. Chae-gyeong pun langsung pasang
aksi. Shin gerah melihat tingkah laku Chae-gyeong dan berbisik di
telinga istrinya itu untuk menurunkan tangannya karna perbuatannya
sangat memalukan. Tapi Chae-gyeong yang tak mau mendengarkan kata-kata
Shin membuat Shin kesal.
Lalu tiba-tiba terjadilah insiden itu. Ada seseorang yang melempar Shin
dengan telur. Tentu saja semuanya kaget melihat kejadian itu.
Chae-gyeong berusaha melindungi suaminya dari lemparan telur. Para
wartawan tambah antusian meliput berita yang mneghebohkan itu. Para
pengawal segera berdatangan untuk mengamankan Shin dan Chae-gyeong.
Di istana Raja menjadi sangat marah atas terjadinya insiden pelemparan
telur itu. “Bagaimana bisa pengawal pangeran jadi begitu tak berguna?”
hardik Raja sambil melempar laporan yang diberikan oleh asisten pribadi
Shin. “Apa saja yang sebenarnya dimakan oleh para bodyguard itu? Kenapa
mereka membiarkan Pangeran dilempari telur dihadapan jutaan pasang mata”
teriak Raja yang marah.
“Maafkan kami yang mulia. Mungkin ini karna kita mengurangi jumlah
bodyguard pangeran jadi 3 orang saja. Karna itulah pengawalannya jadi
sangat lemah. Untuk menangkap pengacau itu, perdana Menteri sudah turun
tangan sendiri. Pengamanan di istana pangeran juga sudah dilipat
gandakan untuk melindungi Putra Mahkota ” jawab asisten pribadi Shin.
Sementara itu, dayang kepala milik Ratu juga melaporkan kejadiannya pada
Ratu. “Pangeran sekarang sedang beristirahat dan menolak untuk
menghubungi dunia luar, Yang Mulia” lapor Dayang Kepala. “Baiklah, kau
boleh pergi sekarang” ucap Ratu. Ibu Suri terlihat sangat shock
mendengar kabar itu.
“Apa benar Putri berusaha mencegah lemparan telur itu dengan tangannya?”
tanya Ibu Suri pada Ratu. “Ya, itu benar, Yang Mulia” jawab Ratu. “Oh…
Bagaimana hal ini bisa terjadi?” keluh Ibu Suri. “Kita harus segera
mencari siapa yang melakukan hal ini secepatnya. Perdana Menteri sudah
mulai menyelidikinya sendiri. Jadi kuharap hasilnya kan cepat muncul”
kata Ratu.
“Pertemuan pemilihan Calon Raja akan segera berlangsung. Kau harus
mencoba menenangkan Pangeran” nasehat Ibu Suri. “Ya, Yang Mulia” Ratu
menyetujui usul Ibu Suri.
Sementara itu di suatu tempat, Ibu Yeol bertemu dengan teman dekat
mendiang Ayah Yeol. “Media akan merasa kasihan pada Putra Mahkota. Apa
yang harus aku lakukan? Sepertinya apa yang kita harapkan melenceng dari
apa sebenarnya ku harapkan” kata teman Ayah Yeol.
“ Tidak. Kita harus bertahan seperti ini. Meskipun sekarang semua orang
memihak padanya karna kasihan, tapi suatu saat nanti media
perlahan-lahan akan mengubah pendapat mereka tentang Pangeran. Mereka
akan mulai penasaran kenapa ada orang yang melempari dia dengan telur.
Aku akan membuat mereka semua bersikap seperti itu. Bagaimanapun juga,
sekarang pasti sudah banyak orang yang penasaran. Apa benar Pangeran
pantas menjadi Raja yang berikutnya?” kata Ibu Yeol dengan dingin.
“Jangan bicarakan hal ini dulu. Ku dengar Perdana Menteri sendiri yang
turun tangan menghadapi kasus ini untuk menangkap pengacaunya. Apakah
akan ada masalah dengan hal itu?” tanya Ibu Yeol lagi. “Siapa aku? Kau
tak perlu khawatir tentang hal itu” jawab teman Ayah Yeol. Ibu Yeol
tersenyum sennag mendengarnya.
Sementara itu, Chae-gyeong sedang ngobrol bersama Yeol di beranda
kediamannya. “Siapapun itu, jika kutemukan mereka, mereka akan mati!
Bagaimana bisa mereka…Dia pasti sangat terkejut. Tidak, aku tak bisa
melakukanya. Aku harus melihatnya dengan mataku sendiri bagaimana
perasaannya” curhat Chae-gyeong.
“Sebaiknya kau tak pergi. Kau tak tahu apapun tentang harga diri Shin.
Sejak dia masih kecil, dia tak suka mendengar hal negative dari
orang-orang. Dan orang itu, dalam tayangan siaran langsung di TV, tlah
dipukul dengan telur yang membuatnya begitu kotor dan menyedihkan. Apa
kau tahu bagaimana terkejutnya dia mengatasi hal itu? Aku hanya mencoba
menyarankan padamu, bagaimana Shin jika hal buruk terjadi padanya. Aku
juga sudah ditolaknya saat pergi ke kamarnya” ungkap Yeol.
Chae-gyeong memandangi Yeol. “Benarkah itu?” tanya Chae-gyeong. Yeol
mengangguk membenarkan ceritanya. “Kupikir lebih baik membiarkannya
sendiri sementara waktu ini” nasehat Yeol lagi. “Tapi aku tak bisa
melupakan ekspresi wajahnya saat dilempari telur” sambung Chae-gyeong.
Dia tak terlihat marah. Dia seperti kehilangan sesuatu miliknya yang
sangat berharga” kata Chae-gyeong lagi.
“Saat aku berkata seperti ini, sebuah perasaan mulai timbul dalam
hatiku. Ini perasaan yang aneh yang belum pernah kurasakan. Sepertinya
ini….” Batin Chae-gyeong.
Tiba-tiba Yeol menggenggam tangan Chae-gyeong. Chae-gyeong kaget
karnanya dan merasa tak nyaman dengan hal itu. “Kau merasa kesepian
kan?” tanya Yeol. Chae-gyeong mencoba melepaskan genggaman tangan Yeol.
“Meskipun kau terlihat peduli dan ada kegembiraan di wajahmu, tapi aku
tahu sebenarnya tak seperti itu. Bergembiralah” hibur Yeol.
“Terimakasih” jawab Chae-gyeong singkat.
Shin keluar dari kamarnya. Dan dia menyaksikan Yeol dan Chae-gyeong yang
tengah ngobrol berdua. Ada raut wajah tak suka terpancar dari wajah
Shin. Tak berapa lama kemudian, Chae-gyeong bangkit dari duduknya. Dia
pikir, lebih baik dia melihat Shin sekarang. Tak masalah jika Shin akan
mengusirnya keluar. Karna dia hanya ingin melihat dengan matanya sendiri
kalau Shin baik-baik saja.
“Apa kau yakin hal ini takkan membuatnya marah. Jika…Jika Hyo-rin yang
menemuinya, mungkin dia takkan marah” kata-kata Yeol membuat Chae-gyeong
terkejut. Dia merasa kecewa. “Tak peduli apa yang Shin-gun pikirkan.
Bagaimanapun juga, sekarang aku adalah istrinya. Aku harus ada untuknya,
terutama pada saat-saat seperti sekarang ini. Aku merasa aku harus
selalu ada di sampingnya” ungkap Chae-gyeong kemudian berlalu pergi
meninggalkan Yeol yang kecewa nasehatnya tak di dengar Chae-gyeong.
“Kenapa aku tiba-tiba merasa aku ingin menangis?” batin Chae-gyeong. Dia
melihat ke dalam kamar Shin. “Kau mau pergi kemana?” tegur Shin.
Chae-gyeong yang terkejut berbalik sambil menghapus airmatanya. Shin
datang menghampiri Chae-gyeong.
“Apa yang terjadi? Apa kau menangis?” tanya Shin. Chae-gyeong mencoba
menenangkan dirinya sendiri. “Apa wajahmu tak apa-apa?” tanya
Chae-gyeong. Shin tersenyum mendengarnya. “Tentu saja aku tak apa-apa.
Aku hanya dilempar sebuah telur, hal itu takkan membunuhku, kan?” jawab
Shin.
“Kurasa kau memang baik-baik saja. Kupikir kau…” kata-kata Chae-gyeong
dipotong oleh Shin. “Sebenarnya ini adalah yang pertama kalinya aku
menghadapi hal semacam ini. Dan aku sedikit terkejut. Aku juga takut
orang-orang disekitarku akan menghakimiku tapi tak seorangpun datang
mendekatiku. Tapi sekarang malah kau yang datang. Apa kau bisa
melakukannya dengan baik? Tak bisa membaca situasinya dan selalu merubah
atmosfer yang ada. Sebenarnya aku berharap kau datang dan menghiburku.
Kupikir mungkin semuanya kan lebih baik kalau kau melakukan hal itu”
ungkap Shin. Chae-gyeong terisak mendengarnya.
Shin mendekati Chae-gyeong. Dia menarik-narik rambut Chae-gyeong dan
mempermainkannya. “Kau ini sungguh memalukan. Kau tertawa dan
bermain-main dengan saudara iparmu di depan para penjaga. Mungkin lebih
baik aku pergi ke peternakan untuk berkuda” kata Shin sambil berlalu
dari hadapan Chae-gyeong.
Tiba-tiba Chae-gyeong berlari dan memeluk Shin dari belakang. “Maafkan
aku. Maaf” ungkap Chae-gyeong. Shin menggenggam sejenak tangan
Chae-gyeong. Tapi kemudian segera melepaskan diri dari pelukan
Chae-gyeong.
“Jadi kau sekarang merasa menyesal karna tlah bersenang-senang dengan
saudara iparmu?” tanya Shin. Chae-gyeong terkejut mendengar ucapan Shin.
Shin melangkah pergi meninggalkan Chae-gyeong yang sedang mengomel.
“Pantas saja kau dilempar telur. Kau mirip Shin Ramen (Mie Shin)
tradisional dengan tambahan telur!” hardik Chae-gyeong. Hahahahaha…Shin
hanya tertawa mendengar omelan Chae-gyeong itu.
Paginya, Shin pergi ke peternakan untuk berkuda dengan di temani
Chae-gyeong. Tapi sayangnya, Chae-gyeong tak diperbolehkan turun karna
Shin ingin berkuda seorang diri. Shin turun dari mobil dan bertemu
teman-temannya, dia malah memeluk dengan akrab seorang wanita asing,
teman wanitanya di klub berkuda yang membuat mata Chae-gyeonng yang
lebar jadi semakin lebar. Chae-gyeong yang kecewa meminta pengawal yang
mengantar mereka untuk mengantarnya ke sekolah menemui teman-temannya.
Shin mulai beraksi di atas kudanya dan Hyo-rin menatapnya dengan
perasaan senang. Kang-in, Jang-gyeong dan Hyo-rin sedang ngobrol di
lobby peternakan berkuda. Sementara itu Ryu-hwan malah asyik tertidur di
bangku dekat mereka. “Dia selalu saja bisa tidur dimana saja.
Ngomong-ngomong, jika semuanya berlangsung seperti ini, sama saja kan
dengan seekor bebek berubah menjadi seekor angsa?” kata Kang-in. “Kau
pikir semua orang bisa berubah jadi angsa? Dia hanya orang asing. Jika
kau lihat dia dari kaki hingga kepala, dia memang benar-benar hanya
orang asing” sangkal Jang-gyeong. Mereka berhenti bicara saat melihat
Shin masuk ke situ sambil mengamati sebuah tapal kuda.
“Ada caranya seekor bebek bisa berubah jadi seekor angsa. Dengan
ber-reinkarnasi” tambah Kang-in. Shin duduk di dekat Ryu-hwan yang
tertidur. “Hei, anak-anak orang kaya. Apa kau ingin aku memberitahu
kalian caranya berubah dari Shing-gu (kedua orangtuanya hanya orang
biasa) menjadi Sheng-gu (kedua orangtuanya orang kaya)?” kata Shin.
Kang-in dan Hyo-rin saling menatap. Mereka merasa Shin sedang marah.
“Ber-reinkarnasilah!” tambah Shin dengan sinis. Kang-in tertunduk malu.
Jang-gyeong dan Hyo-rin hanya bisa diam.
“Pulanglah ke rumah, ambil kalender dan pilihlah harinya. Ini sudah
tahun 2006” lanjut Shin lagi sambil memukulkan topi berkudanya pada
Ryu-hwan yang tengah tertidur. Tentu saja Ryu-hwan kaget dan terbangun.
Shin meninggalkan teman-temannya. Mereka terdiam memandang kepergian
Shin.
Hyo-rin mengendarai kudanya dan kemudian berhenti di senelah kuda yang
tadi di tunggangi oleh Shin. Hyo-rin menghampiri Shin yang tengah
memandangi lapangan hijau di depannya. Shin hanya diam memandangi
kedatangan Hyo-rin.
“Kami bicara hal yang buruk tentang istrimu. Kau tak suka kan? Aku tahu
kau bukan orang yang ingin bergantung pada orangtuamu, tidak dengan
status dan kekayaanmu. Seperti yang kau bilang tentang abad 21, sekarang
ini tak ada lagi darah bangsawan. Tapi aku tak bisa menerima itu.
Tidak. Aku tak menyukai fakta itu. Seseorang yang datang dengan tampilan
berbeda di depan kamera. Seseorang yang tak punya selera dan
kekanak-kanakan. Bukankah kau bilang harusnya aku yang ada disisimu?
Seseorang yang tak layak mendampingimu ada di dekatmu membuatku marah.
Aku tak bisa menerima hal itu” ungkap Hyo-rin. Shin hanya memandangi
Hyorin dengan perasaan bingung tanpa berkata apapun.
Hyo-rin berdiri di depan klub berkuda. Dia sudah berganti baju dengan
baju biasa. Jang-gyeong datang dengan mobilnya. Hyo-rin pun masuk ke
dalam mobil. “Apakah kita akan menambah latihan sebentar lagi?” tanya
Jang-gyeong. Hyo-rin hanya diam. “Kau masih tetap ingin pulang?” tambah
Jang-gyeong. Hyo-rin masih tetap diam sambil memakai sabuk pengamannya.
Jadi Jang-gyeong pun memakai sabuk pengaman kemudian pergi dari tempat
itu tanpa berkata apa-apa lagi.
Sementara itu, Chae-gyeong tiba di sekolahnya. Ketiga temannya terpesona
melihat mobil mewah yang terparkir di halaman sekolah mereka. Lalu
kemudian mereka melihat Chae-gyeong. Mereka sepakat untuk mengerjai
Chae-gyeong. Mereka menyerbu Chae-gyeong, tapi belum sempat mereka
mengerjainya, mereka tlah ditangkap oleh para bodyguard Chae-gyeong.
Tentu saja Chae-gyeong kaget karnanya dan meminta para bodyguardnya
untuk melepaskan teman-temannya.
Sementara itu, Hyo-rin dan guru baletnya datang ke sebuah acara
pembukaan tempat latihan yoga baru yang ternyata di kelola oleh Ibu
Yeol. Mereka menghampiri Ibu Yeol dan kemudian ngobrol dengannya. Guru
Hyo-rin secara resmi memperkenalkan pada Ibu Yeol tentang siapa Hyo-rin.
Tentang hobby mereka yang sama-sama menyukai balet dan juga tentang
hadiah dari turnamen balet. Guru Hyo-rin juga bercerita kalau Hyo-rin
baru saja memenangkan turnamen balet di Bangkok.
Ibu Yeol memuji Hyo-rin dan mengucapkan selamat padanya walapun
terlambat. Hyo-rin merasa senang, kemudian Hyo-rin menyerahkan karangan
bunga yang dibawa oleh gurunya pada Ibu Yeol. Kemudian Ibu Yeol melihat
Hyo-rin dan memuji kecantikan Hyo-rin. Teman dekat ayah Yeol mengamati
Hyo-rin.
Teman dekat ayah Yeol menyerahkan beberapa lembar foto Hyo-rin di pesta
ultah Shin di Jeju pada Ibu Yeol. “Itu memang dia. Tak salah lagi. Apa
kau pernah bertemu dia sebelumnya?” kata teman dekat ayah Yeol. “Ya. Dia
teman Yeol. Kami pernah bertemu sekali sebelumnya. Aku tak pernah
mengira kalau dia benar-benar sama denganku. Bagaimana bisa hal ini
terjadi” kata Ibu Yeol.
Ibu Yeol mengundang Hyo-rin datang ke tempat latihan yoganya dan
membuatnya akrab dengan Hyo-rin. Ada banyak tips yang diberikan oleh Ibu
Yeol pada Hyo-rin untuk mengasah lebih dalam potensi tubuhnya untuk
menari balet. Ibu Yeol meminta Hyo-rin untuk datang setiap hari agar
mereka lebih akrab. Hyo-rin senang mendengarnya.
“Kapanpun aku melihatmu, kau mengingatkanku akan masa laluku. Untuk
menjadi seorang Putri Mahkota, aku menyerah pada mimpiku. Aku dulu juga
seorang penari balet yang punya banyak kesempatan. Ini seperti aku
melihat diriku sendiri yang masih berusia 19 tahun. Ini sepertinya sama.
Akan sangat hebat kalau seseorang sepertimu menjadi seorang Putri
Mahkota. Kau sangat elegan. Pemilihan Putri Mahkota kemaren benar-benar
tak dipikirkan secara serius. Ini hanya pendapatku, jangan salah paham”
ungkap Ibu Yeol. Dia memang sengaja memanas-manasi Hyo-rin. Hyo-rin
hanya terdiam sambil berpikir tentang kata-kata Ibu Yeol.
Sementara itu, Chae-gyeong dan tiga sahabatnya sedang menikmati es krim
di bangku taman sekolah mereka. “Ini hari minggu. Kenapa kau datang ke
sekolah?” tanya Kang-hyeon. “Aku hanya kangen pada kalian” jawab
Chae-gyeong. “Ini sangat cantik sekali, bolehkah aku memakainya sebentar
saja?” tanya Sun-yeong sambil memegangi topi Chae-gyeong. Tentu saja
Chae-gyeong langsung memberikan topinya. Dan Sun-yeong kegirangan
karnanya.
Sementara Hee-sung ikut-ikutan meminta sarung tangan yang dikenakan oleh
Chae-gyeong. Sun-yeong berkata kalau sekarang ini, Chae-gyeong adalah
orang yang paling dicari di internet. Chae-gyeong tak mengerti apa
maksud Sun-yeong. Sun-yeong menambahkan kalau Chae-gyeong punya fans
klub yang anggotanya langsung 100ribu hanya dalam beberapa hari.
“Kau tahu apa nama fans klub mu itu? ‘Cinderella Chae-gyeong’, “ kata
Sun-yeong. “Sepertinya keren. Lalu apakah aku harus bertemu dengan
fans-ku?” kata Chae-gyeong senang. “Hei, jangan senang dulu dengan hal
itu. Kau juga punya anti fans yang anggotanya lebih dari 50ribu orang”
kata Kang-hyeon kemudian. “Anti? Apa salahku? Tanya Chae-gyeong lesu.
“Ada dua alasan mereka membencimu. Pertama itu karna rumor dan yang
kedua itu karna keberadaanmu” kata Sun-yeong. “Lalu apa salahku?” tanya
Chae-gyeong dengan lesu. “Karna kau menikah dengan Putra Mahkota” jawab
Sun-yeong dengan enteng. Chae-gyeong jadi lemas mendengarnya. “Makanya
kau harus hati-hati. Jika tertangkap anti-fans mu, kau akan berakhir”
nasehat Kang-hyeon.
“Apa aku salah? Aku tak ingin hidup di bawah ancaman oranglain. Aku akan
hidup dengan caraku sendiri. Untuk mereka yang tak menyukaiku, aku tak
peduli, aku tak takut” kata Chae-gyeong. Tiba-tiba salah seorang
bodyguard-nya berkata kalau sekarang saatnya untuk kembali ke istana.
Chae-gyeong-pun berpamitan pada sahabat-sahabatnya. Dia meminta mereka
untuk menyimpan topi dan sarung tangan miliknya, kemudian memberikan
pita leher yang dipakainya pada Kang-hyeon, tapi Kang-hyeon tak mau
memakainya. Kemudian Chae-gyeong segera pergi meninggalkan
teman-temannya untuk kembali ke istana.
Chae-gyeong termenung dengan sedih di dalam mobil. Dia mengingat
rentetan peristiwa yang dialaminya bersama Shin. Saat di sekolah, saat
pernikahannya, saat di istana, bertengkar dengan Shin, memeluk Shin,
dll.
Chae-gyeong yang masuk ke dalam kediamannya disambut dua dayang setianya
yang tlah mempersiapkan baju pesta untuknya. Kemudian mereka membantu
Chae-gyeong untuk berganti baju. Malam ini akan diadakan pesta untuk
menyambut pasangan baru si istana, Shin dan Chae-gyeong.
Shin masuk ke dalam kediaman Chae-gyeong dan terdiam memandangi
Chae-gyeong yang terlihat sangat anggun malam itu. Chae-gyeong sedang
asyik bercermin. Lalu kemudian dia menyadari kehadiran Shin dan menoleh
ke arah-nya. Sementara Shin terus saja memandangi Chae-gyeong tanpa
berkedip.
Sementara itu, Ratu ada di dapur istana bersama Sanggung-nya untuk
mengecek persiapan jamuan yang akan disajikan. Kemudian Sang-gung Ratu
berkata tentang Ibu Yeol. “Ada apa dengannya?” tanya Ratu. “Dia membuka
yoga center dan pembukaannya berlangsung hari ini” kata Sang-gung Ratu.
“Kau baru saja menerima berita itu?” tanya Ratu karna merasa beritanya
sudah terasa basi. Sang-gung Ratu hanya bisa meminta maaf. “Dia
seharusnya datang dan memberi salam pada para tetua di istana. Apa yang
sebenarnya dia sembunyikan?” selidik Ratu.
Sementara itu, Ibu Yeol sedang sibuk berdandan untuk mempersiapkan
kemunculannya, atau lebih tepatnya kebangkitannya untuk yang pertama
kalinya di hadapan orang-orang istana dengan sebaik-baiknya.
Pihak istana mengundang banyak duta besar dari Negara lain. Sebenarnya,
bintang pestanya adalah Shin dan Chae-gyeong yang diperkenalkan sebagai
anggota baru dalam keluarga istana. Tapi seperti biasanya, Chae-gyeong
yang ceroboh selalu saja membuat kesalahan. Sebenarnya maksudnya baik,
menawarkan makanan pada salah seorang tamu, tapi yang terjadi, makanan
itu malah tumpah mengenai baju tamunya karna Chae-gyeong sangat gugup.
Ckckckckck……
Ibu Suri, Raja dan Ratu sedang sibuk mengobrol dengan sepasang tamu saat
tiba-tiba kedatangan Yeol dan Ibunya membuat para wartawan yang datang
meliput menjadi heboh dan berebut untuk mengambil gambar mereka berdua.
Shin dan Chae-gyeong pun mengalihkan perhatian mereka pada Yeol dan
Ibunya.
Ibu Yeol memberi hormat pada Ibu Suri yang sangat terkejut melihat
kedatangannya. Raja menelan ludah, sementara Ratu mencoba untuk tetap
tenang. Kemudian mereka berkumpul di sebuah ruangan dan Ibu Yeol
menyampaikan salam hormatnya untuk Ibu Suri yang menyambut kedatangannya
dengan gembira. Ibu Suri merasa senang karna semua anggota keluarganya
berkumpul lagi sekarang. Semuanya merasa senang, hanya Ratu yang merasa
cemas karna kedatangan Ibu Yeol.
“Kenapa dia memilih hari ini untuk kembali ke istana. Apa yang
sebenarnya direncanakan olehnya?” kata Ratu pada Raja. “Hye-jeong
sepertinya hidup dengan baik. Dia tak mungkin menyimpan kesedihan dalam
hatinya selamanya” jawab Raja. “Dia sama sekali tak memberi kabar selama
14 tahun ini lalu kemudian dia datang dengan tiba-tiba, dia memilih
waktu untuk kembali dimana kami semua cemas akan kesehatan Anda. Dan
juga dia memilih hari ini dimana pasangan baru istana muncul secara
resmi di hadapan publik. Berlagak seperti ini pesta untuknya. Bukankah
seperti itu?” kata Ratu yang merasa tak suka dengan kedatangan Ibu Yeol.
Sepasang tamu sedang asyik berdansa. Saat mereka selesai, tepuk tangan
meriah menyambut mereka. Kemudian Shin bangkit dari tempat duduknya dan
menghampiri Chae-gyeong. Chae-gyeong yang kaget berusaha menolaknya.
Tentu saja Shin mengancamnya dibalik senyumnya agar Chae-gyeong segera
bangkit dari tempat duduknya.
Lampu blitz langsung menghujani mereka. Yeol memandang mereka dengan
tatapan tak suka. Sementara orang-orang yang ada di sekitar mereka
menyambut mereka dengan antusias dan diiringi dengan tepuk tangan yang
meriah. Walaupun agak kaku dan kacau, tapi dengan bimbingan Shin,
Chae-gyeong pun berdansa dengan baik. Para tamu yang hadir memberikan
tepuk tangan yang meriah saat mereka berdansa. Yeol memandang mereka
dengan tatapan penuh arti.
Ibu Suri dan Ibu Yeol sedang membicarakan tentang masa lalu. Tentang
tragedy menyedihkan yang merenggut nyawa Ayah Yeol. Ibu Suri berkata
agar Ibu Yeol melupakan masa lalu dan berpikir tentang masa depan mereka
saja. Ibu Yeol menanyakan tentang kesehatan Ibu Suri, tapi Ibu Suri
berkata, sejak melihat keadaan Raja yang terus membaik, dia merasa lebih
baik.
“Jadi, alasan pernikahan Pangeran Shin itu terjadi dengan alasan
kesehatan Raja?” tanya Ibu Yeol. “Kurasa bisa disebut seperti itu” jawab
Ibu Suri apa adanya. Kemudian Ibu Yeol menawari Ibu Suri untuk
melakukan yoga demi menjaga kesehatannya. Ibu Suri menyambut tawaran itu
dengan gembira.
Kembang api di nyalakan untuk memeriahkan pesta malam itu. Para tamu
yang hadir merasa sangat terhibur melihatnya. Chae-gyeong merangsek
masuk ke dalam kerumunan orang-orang yang sedang menikmati keindahan
kembang api itu, tanpa menyadari kalau orang yang didorong disebelahnya
itu adalah Raja. Raja tersenyum memandangi Chae-gyeong yang malu saat
menyadari kesalahannya.
Saat meminta maaf pada Rja, barulah Chae-gyeong sadar kalau sepatunya
hilang sebelah. Kemudian dia berbalik ke belakang dan melihat sepatunya
yang terlepas. Tiba-tiba, datang seseorang mengambil sepatu itu,
kemudian menunduk dan memakaikan sepatu itu ke kaki Chae-gyeong. Orang
itu adalah Shin. Perlakuan Shin yang romantis pada Chae-gyeong membuat
para tamu bertepuk tangan untuk mereka berdua. Chae-gyeong tersipu-sipu
malu sekaligus senang. Sedangkan Yeol menatap mereka dengan pandangan
kecewa.
Bersambung……………………..
0 komentar:
Posting Komentar