Ibu Seung-jo, ayah Seung-jo, Eun-jo dan Ayah Ha-ni pulang ke rumah dan menekan bel namun pintu tidak juga di buka. Ibu Seung-jo bilang bahwa Seung-jo dan Ha-ni sepertinya sudah tidur makanya tidak membukakan pintu. Akhirnya mereka pun masuk kedalam rumah dan Eun-jo langsung berlari masuk ke rumah menuju ke kamar Seung-jo.
Sebenarnya Seung-jo dan Ha-ni belum tidur. Mereka ada di kamar Seung-jo. Seung-jo terus mendekatkan wajahnya ke Ha-ni dan Ha-ni sangat panik. Ha-ni menahan Seung-jo dan berkata, “Pertama… Sebaiknya kita kencan dengan serius terlebih dahulu.” Seung-jo tersenyum dan bertanya, “Serius? Sejak kapan kata itu pernah dipakai hah? Serius? Hahaha….” Seung-jo tertawa dan pindah duduk ke sofa.
Ha-ni benar-benar merasa malu dan di permainkan makanya langsung pergi keluar kamar Seung-jo dan lupa membawa buku Bahasa Inggrisnya.
Eun-jo melihat Ha-ni baru keluar dari kamar Seung-jo dan dia merasa heran. Seung-jo melihat buku Bahasa Inggris Ha-ni dan melihatnya. Eun-jo masuk ke kamar dan bertanya, “Ada apa dengan Oh Ha-ni? Mukanya sangat merah.” Seung-jo menjawab, “Benarkah? Hmm apa yang membuat pipinya memerah ya?” Seung-jo membaca buku Bahasa Inggris Ha-ni dan dia tertawa karna melihat coretan Ha-ni di buku itu mengenai Seung-jo.
Ha-ni menangis di kamarnya dan bilang bahwa Seung-jo ini laki-laki yang jahat karna selalu mempermainkannya. Ha-ni mengambil surat cinta yang dulu pernah dikirim kepada Seung-jo dan dia berkata, “Apa aku ini sangat bodoh? Setelah aku mengirim surat ini… Apakah harus seperti ini? Hatiku… Tidak melakukan apa yang sebenarnya aku mau.”
Di sekolah, banyak murid yang meributkan nama Oh Ha-ni yang ternyata tidak masuk kedalam siswa 50 peringkat teratas. Ha-ni bilang bahwa belajar di kelas khusus itu sangat tidak menyenangkan dan murisnya sangat aneh sekali. Ju-ri sangat lemas dan bertanya, “Selain universitas itu apakah tidak ada universitas lain yang bisa kita tuju?” Ha-ni dan Min-ah pun ikut lemas memikirkan masalah Universitas.
Ha-ni dan Guru Kang-yi mencoba mencari Universitas yang bisa menerima Ha-ni namun Guru Kang-yi tidak menemukan Universitas yang sepertinya bisa menerima Ha-ni. Guru Kang-yi lalu mengusulkan Ha-ni masuk Universitas dengan menggunakan Jalur Khusus namun Jalur Khusus ini memerlukan surat rekomendasi dan juga piala penghargaan dan Ha-ni harus memiliki satu bidang yang menonjol di antara yang lainnya. Guru Kang-yi memperlihatkan brosur Universitas dan berkata, “Ya Universitas ini tidak hanya menerima murid yang pintar namun mereka juga menerima murid yang sangat berpotensi di masa depannya.”
Guru Kang-yi mencoba mencari Universitas dan bertanya pada Ha-ni, “Ha-ni apakah Kakekmu itu seorang pejuang?” Ha-ni mengingat Kakeknya yang seorang tukang penutup toko. Guru Kang-yi kembali bertanya, “Ha-ni apakah Ayahmu seorang agen rahasia?” Ha-ni mengingat ayahnya yang memiliki resep rahasia mie namun bukan seorang agen rahasia. Guru Kang-yi kembali bertanya, “Ha-ni apakah kau berasal dari keluarga beda budaya?” Ha-ni mengingat-ingat dan yang dia tau Ibunya hanya bisa bahasa Thailand Yom Yam yang artinya makanan Thailand. Guru Kang-yi benar-benar putus asa mencari Universitas untuk Ha-ni.
Guru Kang-yi melihat pulpen Ha-ni yang berasal dari tempat Donor Darah dan dia pun bertanya, “Ha-ni apakah kau suka mendonorkan darahmu?” Ha-ni menjawab, “Ya sekitar 2 bulan sekali. Aku lebih senang mendonorkan darahku dari pada memberi mereka uang.” Guru Kang-yi tersenyum dan berkata, “Kenapa kau tidak bilang dari tadi? Disini ada Universitas yang akan memberikan 10 jam servis.” Ha-ni menghitung berapa kali dia pernah donor darah dan bertanya, “Jadi kalau 10 kali maka 100 jam?” Guru Kang-yi mengangguk dan mencoba mencari Universitas itu lalu tersenyum senang dan bilang pada Ha-ni bahwa Ha-ni bisa masuk di Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Ha-ni, Ju-ri dan Min-ah pergi makan bersama. Ha-ni bilang bahwa dia akan masuk Universitas Parang, Min-ah juga bilang bahwa dia akan masuk Universitas Parang jurusan animasi karna Guru Kang-yi yang merekomendasikannya. Ju-ri belum menemukan Universitas makanya dia terlihat sedih. Ha-ni bilang walaupun dia bisa masuk ke Universitas Parang dengan jalur Khusus tapi wawancaranya itu sangat susah. Min-ah bilang bahwa dia memiliki kemampuan analisis yang cukup baik. Joo Ri kesal karna Guru Kang-yi tidak membahas tentang Universitas Parang padanya.
Saat Ju-ri mau makan hot dog, Jun-gu mengambil Hot dog Ju-ri dan bilang bahwa tubuh Ju-ri sudah sangat besar. Ju-ri memukul Jun-gu dan langsung memakan hot dognya. Min-ah bertanya pada Jun-gu, “Aku jarang melihatmu padahal Ha-ni selalu ada disini.” Ju-ri ikut bertanya, “Apakah kau ini menempelkan pelacak pada Ha-ni sehingga kau bisa tiba-tiba muncul seperti hantu hah?” Jun-gu menjawab, “Apakah kalian tidak tahu? Ha-ni ini adalah petunjuk hidupku . Dia mengatakan kemana aku harus pergi, tempat mana, petunjuk mana….” Ju-ri kesal dan berkata, “Petunjuk itu adalah pantatmu!”
Ju-ri bertanya, “Kenapa kau sendiri? Kemana teman-temanmu yang lainnya?” Jun-gu menjawab, “Mereka pergi audisi.” Ju-ri berkomentar, “Benarkah? Aku kira mereka hanya akan menajdi pendaftar saja karna kerjaan mereka hanya mendaftar selalu.” Min-ah tiba-tiba berkata, “Ah bukankah itu Baek Seung-jo?” Semunya pun langsung kaget dan melihat dimana Seung-jo.
Seung-jo ternyata sedang di tawarkan Universitas oleh seorang laki-laki. Laki-laki itu berkata, “Sya pikir kamu harus kuliah di Universitas yang penuh dengan sejarah dan tradisi, Universitas yang memiliki lulusan yang hebat. Atau mungkin di Universitas American Ivy League?” Diam-diam Ha-ni, Jun-gu, Ju-ri dan Min-ah melihat hal itu dan penasaran dengan yang di bicarakan oleh laki-laki itu dan Seung-jo.
Di ruang khusus belajar, Semua murid sibuk belajar karna waktu ujian sudah dekat. Seung-jo sama sekali tidak belajar dan dia terlihat kebingungan. Seung-jo keluar dari ruang belajar khusus dan pergi keluar sekolah dan dia duduk memikirkan Universitas yang akan dia pilih.
Guru Kang-yi ada di ruang guru dan sedang sibuk mengisi formulir Universitas Ha-ni. Ada pertanyaan dalam formuli itu, “Apakah memiliki keahlian khusus?” Guru Kang-yi memikirkan keahlian khusus Ha Ni dan langsung mencatatnya. Guru Ji-oh melihat Guru Kang-yi dan berkomentar bahwa Guru Kang-yi sepertinya bekerja keras. Guru Kang-yi berkata, “Tentu saja. Apa kamu pikir bahwa saya ini guru yang senang bermain-main seperti seseorang?” Guru Ji-oh kaget dan bertanya, “Saya? Sejak kapan saya bermain-main hah?”
Kepala sekolah datang dan Guru Kang-yi meminta surat rekomendasi untuk Ha-ni dari pihak sekolah. Kepala Sekolah bilang bahwa dia tidak bisa memberikan surat rekomendasi pada murid yang sellau rengking 3 terbawah. Guru Kang-yi bilang bahwa Ha-ni berhasil masuk rengking 50 teratas hanya dalam waktu 1 minggu dan itu sebuah potensi yang sangat besar. Kepala sekolah bilang bahwa 70% siswa yang di terima di Universitas melalui jalur khusus adalah siswa yang memang pintar dan rengking 1 atau 2 dan jika saja Ha-ni berhasil diterima di Universitas Parang maka Kepala Sekolah akn mengakui Guru Kang-yi. Kepala sekolah langsung pergi.
Guru Kang-yi kesal namun dia tetap menulis formulir Universitas untuk Ha-ni dan menulis salah satu kelebihan dari Ha-ni adalah sellau semangat. Guru Ji-oh memberikan Guru Kang-yi vitamin C dan berkata, “Permisi… Ini adalah Vitamin C dan kau bisa melarutkannya dalam air. Ini pertama kalinya kau terlihat seperti manusia.” Guru Ji-oh langsung pergi dan Guru Kang-yi berkata, “Ah sepertinya dia mulai menyukaiku…”
Ha-ni mengetik formulir pendaftaran dan siap mengirimkannya melalui Pendaftaran online namun tiba-tiba saja komputer erorr dan kemungkinan data-data akan hilang. Ha-ni menangis dan akhirnya Seung-jo membantunya memperbaiki komputer. Ibu Seung-jo mencoba menenangkan Ha-ni tapi Ha-ni bilang bahwa pendaftaran online akan segera ditutup jadi dia harus cepat. Seung-jo meminta Ha-ni berhenti menangis karna itu mengganggu konsentrasinya. Ha-ni pun langsung diam dan berhenti menangis.
Akhirnya komputer selesai di perbaiki dan data formulir yang dibuat oleh Ha-ni tidak menghilang. Ha-ni sangat senang dan berterima kasih. Seung-jo meminta Ha-ni segera mengirimkan formulir itu melalui pendaftaran online. Ibu Seung-jo bilang agar setelah selesai mengirim formulir maka sebaiknya Ha-ni dan Seung-jo turun untuk makan malam bersama.
Ibu Seung-jo mengajak Eun-jo turun makan namun dia terus menatap curiga ke Ha-ni dan Seung-jo. Ibu Seung-jo pun memaksa Eun-jo untuk segera meninggalkan kamar Ha-ni.
Ibu Seung-jo mengajak Eun-jo turun makan namun dia terus menatap curiga ke Ha-ni dan Seung-jo. Ibu Seung-jo pun memaksa Eun-jo untuk segera meninggalkan kamar Ha-ni.
Ha-ni mengucapkan terima kasih pada Seung-jo yang duduk di kursi dalam kamarnya. Seung-jo bertanya, “Kau akan mendaftar ke Universitas Parang?”Ha-ni menjawab, “Sebenarnya aku tidak bisa masuk kesana karna nilaiku jelek. Tapi aku harus tetap mencobanya.” Seung-jo bertanya kembali, “Kenapa kamu mau masuk ke Universitas?” Ha-ni menjawab, “Kenapa kamu bertanya itu? Hmm untuk belajar…” Seung-jo berkomentar, “Kamu ini tidak memiliki keahlian dan tidak memiliki bidang yang dikuasai. Lalu kenapa kamu tetap mau melakukannya hah?” Ha-ni bilang bahwa jika dia tidak belajar maka dia tidak akan menemukan tujuan hidupnya atau apapun yang di suka dan bagus untuknya.
Seung-jo kembali bertanya, “Bagaimana caranya mengetahui apa yang kau suka?” Ha-ni melihat Seung-jo dan menjawab, “Jantungmu akan berdetak cepat jika kau menyukai sesuatu. Ayahku jantungnya selalu berdetak cepat saat mencium mie yang sudah kering.”
Seung-jo memegang dadanya dan bilang, “Huh aku juga ingin merasakan seperti itu…” Seung-jo sadar bahwa dari tadi Ha-ni terus menatapnya makanya dia jadi salah tingkah dan langsung keluar dari kamar Ha-ni dan menyuruh Ha-ni segera menyelesaikan formulir Universitas.
Seung-jo memegang dadanya dan bilang, “Huh aku juga ingin merasakan seperti itu…” Seung-jo sadar bahwa dari tadi Ha-ni terus menatapnya makanya dia jadi salah tingkah dan langsung keluar dari kamar Ha-ni dan menyuruh Ha-ni segera menyelesaikan formulir Universitas.
Ha-ni berfikir, “Hmm kenapa aku ingin masuk ke Universitas? Awalnya aku tidak pernah memikirkan hal ini. Ah setidaknya orang jenius memiliki kekhawatiran tersendiri. Ah apakah dia menunjukan sedikit perasaannya padaku?” Ha-ni ingat akan formulir Universitasnya dan langsung mengirimnya dengan cepat.
Guru Kang-yi menunjukan surat kepada Kepala Sekolah dan surat itu dari Universitas Parang yang menerima Ha-ni dan Min-ah sebagai murid yang akan di wawancara. Guru Kang-yi sangat senang sementara Kepala Sekolah shock melihat hal itu. Guru Ji-oh menenangkan Kepala sekolah dan bilang bahwa itu memang misteri. Kepala Sekolah berkata, “Tapi kenapa harus dari kelas 3-7?”
Ju-ri bertanya pada Ha-ni dan Min-ah, “Jadi kalian akan diterima jika lulus wawancara?” Min-ah dan Ha-ni langsung mengangguk. Jang-mi yang ada di ruang klub seni bilang bahwa kompetisi di Universitas Parang ini sangat susah karna banyak sekali pendaftarnya. Ha-ni pun jadi khawatir mengenai wawancara ini karna dia tidak pandai berbicara. Min-ah juga bilang bahwa dia nanti akan ada tes kemampuan menggambar karna dia akan mengambil jurusan animasi.
Jun-gu bilang bahwa Ha-ni pasti di terima dan walaupun tidak di terima setidaknya Ha-ni sudah mencoba. Jang-mi bertanya pada Ha-ni, “Ha-ni, apakah kau memiliki backing?” Ha-ni tersenyum dan bilang, “Ya, Tuhan pasti akan menolongku.”
Pada saat hari wawancara, terjadi badai di Korea. Ayah Ha-ni sangat khawatir dan bilang pada Ha-ni agar membatalkan wawancara saja. Ibu Seung-jo dan Ayah Seung-jo pun sangat khawatir karna sedang terjadi badai besar di luar rumah. Ha-ni tidak mau dan bertanya, “Kenapa? Apakah Ayah tidak mempercayai kemampuanku?” Ayah Ha-ni bilang bahwa dia percaya pada Ha-ni namun badai besar sedang terjadi. Ha-ni meyakinkan Ayahnya bahwa dia akan baik-baik saja dan ini kesempatan yang sangat langka.
Ibu Seung-jo dan Ayah Seung-jo bilang bahwa sepertinya keadaan tidak berjalan dengan lancar. Ayah Ha-ni ingin mengantar, namun Ha-ni menolaknya dan bilang bahwa dia akan pergi sendiri saja dan lagi dia akan naik kereta jadi semuanya pasti baik-baik saja. Ha-ni pun pamit pergi untk melakukan wawancara di Universitas Parang.
Ha-ni naik kereta dan tiba-tiba saja ada pemberitahuan bahwa aktifitas kereta akan dihentikan karna jalur kereta tertutup oleh banjir sehingga para penumpang sebaiknya turun di stasiun berikutnya. Ha-ni jelas sangat panik karna itu artinya dia tidak akan bisa pergi ke Universitas Parang dengan menggunakan kereta.
Ha-ni berusaha berjalan kaki dan menembus badai dengan menggunakan payung. Di TV menyiarkan berita yang bilang bahwa badai besar melanda Seoul dan ini membuat banyak sekolah yang libur. Ha-ni terus berusaha melewati badai besar itu dan akhirnya sampai di Universitas Parang untuk melakukan wawancara.
Para juri sedang mewawancara salah satu murid dan mereka bertanya, “Apakah kau tidak kesulitan menuju kemari?” Murid itu menjawab, “Tidak. Rumahku cukup dekat.” Wawancara murid itu selesai dan murid di persilahkan pergi. Wawancara hari ini ternyata tidak berjalan lancar karna tidak banyak murid yang datang dikarnakan badai yang menimpa. Seorang juri meminta wawancara ditunda namun juri perempuan bertanya, “Berapa banyak badai yang akan menimpa seseorang hah? Ketika hal tersebut terjadi haruskan kita menundanya dan mengakhirinya seperti ini? Panggil saja murid selanjutnya!”
Murid selanjutnya yang masuk adalah Ha-ni. Ha-ni masuk dan duduk di kursi peserta. Tiba-tiba saja Ha-ni bersin dan para juri melihatnya. Ha-ni tersenyum malu dan terdiam.
Ibu Seung-jo memanggil Eun-jo untuk sarapan dan Eun-jo bilang bahwa dia tidak akan sekolah karna diluar terjadi badai. Seung-jo seperti biasa membaca koran di pagi hari. Ibu Seung-jo bilang bahwa dia sangat khawatir pada Ha-ni karna Ha-ni pergi wawancara dalam keadaan cuaca buruk dan dia harap hasil wawancara Ha-ni akan sangat baik dan berjalan lancar. Seung-jo diam saja dan menatap cuaca diluar rumah.
Juri melihat foto-foto Ha-ni dan bilang bahwa Ha-ni sangat menarik. Juri bertanya, “Oh Ha-ni apa yang kamu sukai?” Ha-ni menjawab dengan ceria, “Baek Seung-jo… (jaaaaaah...)Ah maksudku itu adalah manusia.” Juri bertanya, “Jadi yang kau sukai adalah hal kemasyarakatan? ” Ha-ni tersenyum, “Ya aku menyukai hal kemasyarakatan.” Ha-ni lalu mengeluarkan pendapatnya tentang ha kemasyarakatan pada para Juri namun susungguhnya yang Ha-ni keluarkan pendapatnya itu tentang Seung-jo.
Juri perempuan yang terlihat paling tegas bertanya, “Berikan alasan mengapa kamu harus menerimamu? Surat rekomendasi dari gurumu ini hanya setingkat amatir. Walaupun begitu… dalam waktu 1 minggu kamu berhasil naik keperingkat 50 besar namun dalam ujian selanjutnya kamu tidak berhasil kembali. Hmm sejak tahun lalu, setiap 2 bulan sekali kau mendonorkan darahmu… Dengan ini bagaimana bisa kamu lulus ujian yang pertama?” Ha-ni menunduk tidak tau mau menjawab apa. Salah satu juri berbisik pada juri perempuan, “Dia lulus ujian pertama karna kepribadiannya yang sangat percaya diri dan menyumbang banyak untuk masyarakat.” Juri perempuan marah dan bilang bahwa mereka tidak boleh memilih sembarang orang.
Juri perempuan itu meminta Ha-ni menyebutkan alasan mengapa mereka harus menerima Ha-ni. Ha-ni diam saja dan akhirnya juri perempuan itu bilang, “Waktumu sisa 1 menit. Ah baiklah jika kau tidak bisa menjawab maka sebaiknya murid selanjutnya panggil!”
Ha-ni dengan lemas berdiri namun dia tiba-tiba berkata, “Maaf, Anda memang benar, anda bisa menilai diri saya yang sebenarnya. Saya tidak memiliki kemampuan yang baik, lulus penerimaan ujian pertama saya merasa itu keajaiban untukku namun aku sangat bersyukur. Tapi hanya ini yang bisa aku katakan, jika ada murid yang pemalas dan tidak bekerja keras saat hujan badai datang dan anda pikir bahwa dia tidak cocok untuk Universitas ini maka pilihlah aku . Aku memang lambat namun aku tidak pernah menyerah. Aku bahkan selalu mengerjakan sesuatu hingga selesai. Karna hal itu aku dijuluki ‘Siput’ Cobalah anda memelihara siput.” Waktu habis dan Ha-ni pun langsung pergi.
Saat makan malam, Ha-ni bilang bahwa dia sepertinya akan gagal. Eun-jo berkata, “Aku tahu itu.” Ibu Seung-jo langsung menutup mulut Eun-jo dan bilang bahwa hasil belum diumumkan jadi sebaiknya jangan menyerah. Ayah Seung-jo ikut menghibur Ha-ni dan bilang bahwa Ha-ni bisa tetap belajar bersama Seung-jo.
Tiba-tiba Seung-jo bilang bahwa dia tidak akan ikut ujian Universitas. Semuanya kaget dan bertanya, “Kenapa?” Seung-jo menjawab, “Karna tidak ada yang ingin aku lakukan. Dan aku juga tidak mau pergi kemana pun.” Ayah Seung-jo heran dan bertanya, “Lalu apa yang akan kau lakukan setelah lulus sekolah?” Seung-jo dengan santai menjawab, “Mungkin kerja paruh waktu.” Ayah Seung-jo sangat marah dan bilang bahwa hidup ini bukan sebuah lelucon.
Ibu Seung-jo bertanya, “Apakah kamu mau berbisnis dengan ibumu? Bagaimana dengan membuat shopping online?” Seung-jo menatap ibunya dan bilang, “Lalu apa yang akan terjadi pada kehidupanku? Aku tidak mau kuliah karna aku tidak tahu bagaimana cara melanjutkan kehidupanku. Karna saya tidak ingin seperti orang lain yang tidak memiliki tujuan hidup lalu bagaimana aku harus hidup?” Ayah Ha-ni bilang bahwa Seung-jo bisa membantu urusan bisnis Ayahnya. Seung-jo bilang bahwa dia ini orang yang egois dan tidak tertarik pada ilmu bisnis. Ayah dan Ibu Seung-jo heran dan ingin marah, Seung-jo menyelesaikan makan malamnya dan pergi ke kamar.
Ibu Seung-jo bilang bahwa Seung-jo ini sangat mudah mendapatkan yang ingin dia dapat dan mungkin karna itu Seung-jo kehilangan motivasi. Ibu Seung-jo pun ingin membantu Seung-jo untuk menemukan sesuatu yang disukai oleh Seung-jo. Ha-ni ingat kata-kata Seung-jo di kamar, “Aku ingin merasakan perasaan itu juga….” dan Ha-ni pun terdiam.
Teman-teman Ha-ni datang ke Restaurant Ayah dan semua pun makan dengan lahap. Ayah Ha-ni bilang bahwa makanan yang di buatnya itu artinya tidak akan gagal jika memakannya. Ju-ri langsung bilang bahwa dia harus banyak makan itu. Jun-gu menghentikan Ju-ri dan Ju-ri cemberut.
Ayah melihat Ha-ni yang terdiam dan dia bertanya, “Ha-ni ada apa? Kenapa kau tidak memakannya?” Ha Ni kembali ceria dan bilang bahwa dia akan memakannya. Jun-gu memuji bubur buatan Ayah dan Ayah bilang bahwa semuanya harus makan yang lahap agar bisa mengerjakan ujian masuk Universitas. Ha-ni tiba-tiba berkata, “Ayah, bisa kau tolong bungkuskan satu bubur lagi?”
Ternyata Ha-ni meminta satu bubur lagi untuk Seung-jo. Ha-ni mengetuk kamar Seung-jo dan bilang, “Baek Seung-jo… Semua mengkhawatirkanmu terutama Ayahmu. Dia tidak banyak tertawa lagi sekarang. Kau ikutlah ujian lalu kau bisa menentukan akan masuk Universitas atau tidak. Jika kamu tidak mengikuti ujian dan tiba-tiba kamu menemukan sesuatu yang kamu inginkan lalu bagaimana? Bukalah pintumu. Kau bisa melakukan segalanya jadi kau harus menggunakan otakmu untuk kebaikan orang lain. Aku percaya bahwa orang-orang memiliki kebutuhan untuk saling berbagi. Muskipun aku ingin membaginya namun aku tidak memiliki apapun sehingga aku tidak bisa melakukannya. Aku akan menyimpannya di depan pintu, makanlah sebelum dingin dan… sampai jumpa besok.”
Seung Jo ada di dalam kamarnya dan membuka pintu saat Ha-ni sudah pergi. Seung-jo mengambil bubur dan dia melihat ada sebuah kotak berwarna pink. Kotak itu di buka dan ternyata ada garpu dan juga sebuah kartu. Di kartu iu tertulis, Semoga berhasil dalam ujian, Baek Seung-jo yang terbaik! Seung-jo tersenyum membaca pesan di kartu itu.
Pagi-pagi semuanya menunggu Seung-jo di bawah dan berharap Seung-jo akan ikut Ujian. Dan ternyata Seung-jo turun dan itu membuat semuanya senang. Seung-jo kelihatan pucat dan Ibu Seung-jo bertanya, “Apakah kau sedang flu?” Ha-ni mengeluarkan obat dari tasnya dan memberikan pada Seung-jo. Eun-jo membawakan minum dan Seung-jo mengucapkan terima kasih.
Seung-jo meminum obat lalu bertanya, “Obat ini tidak akan menyebabkan kantuk kan?” Ha-ni kaget dan membaca tulisan di bungkus obat, “Jangan meminum obat ini saat sedang menyetir ataupun melakukan hal yang membutuhkan konsentrasi. OH.... Ini menyebabkan kantuk!” Ha-ni panik dan meminta Seung-jo mengeluarkan obat itu kembali namun Seung-jo langsung mendorong Ha-ni dan bilang semua yang dilakukan oleh Ha-ni pasti saja selalu berakhir kacau.
Seung-jo meminum obat lalu bertanya, “Obat ini tidak akan menyebabkan kantuk kan?” Ha-ni kaget dan membaca tulisan di bungkus obat, “Jangan meminum obat ini saat sedang menyetir ataupun melakukan hal yang membutuhkan konsentrasi. OH.... Ini menyebabkan kantuk!” Ha-ni panik dan meminta Seung-jo mengeluarkan obat itu kembali namun Seung-jo langsung mendorong Ha-ni dan bilang semua yang dilakukan oleh Ha-ni pasti saja selalu berakhir kacau.
Ibu Seung-jo memberikan semangat dan bilang bahwa obat itu pasti baik-baik saja karna Seung-jo kuat. Ayah Ha-ni datang dan memberikan bekal makanan untuk Ha-ni dan Seung-jo. Semuanya berterima kasih pada Papah. Papah mengucapkan selamat berjuang pada Seung-jo dan Seung-jo hanya tersenyum.
Di jalan, Ha-ni bilang bahwa Seung-jo telah membuat keputusan yang benar karna membuat semuanya senang. Seung-jo lalu bertanya, “Garpu itu? Apakah kau berniat menusukku dengan garpu?” Ha-ni menjawab, “Kau ini berfikir keterlaluan!” Ha-ni terus berjalan di belakang Seung-jo dan Seung-jo bertaya, “Sampai kapan kau akan terus mengikutiku? Lewat jalan yang lain saja kamu.” Ha-ni baru ingat bahwa tempat ujian mereka berbeda dan Ha-ni pun berteriak, “Baek Seung-jo lakukan yang terbaik! Fighting!” Seung-jo hanya melambaikan tangan dan terus berjalan. Ha-ni tersenyum senang melihat itu.
Ibu Seung-jo, Ayah Seung-jo dan Ayah Ha-ni sedang bekumpul di meja makan. Mereka senang karna akhirnya Seung-jo mau mengikuti ujian. Ibu Seung-jo bilang bahwa sampai kemarin itu Seung-jo masih bersikeras tidak akan ikut ujian tapi tiba-tiba saja keputusannya berubah pagi ini.
Eun-jo sedang bermain namun dia tidak terlihat khawatir dan dia bilang, “Hmmm aku merasa khawatir sekali. Sepertinya ada sesuatu yang membuatku merasa tidak nyaman…”
Seung-jo mengerjakan soal ujiannya namun soal-soal itu di matanya terlihat buram dan dia merasa mengantuk. Ada seorang pengawas yang menegur Seung-jo dan Seung-jo meminta maaf karna dia merasa ngantuk gara-gara meminum obat flu pagi ini.
Pengawas bilang bahwa sisa waktu yang tersisa adalah 15 menit lagi. Seung-jo kaget dan langsung mengerjakan soal. Perempuan yang selama ini selalu mencoba mendekati Seung-jo melihat Seung-jo karna tidak biasanya Seung-jo seperti ini.
Pengawas bilang bahwa sisa waktu yang tersisa adalah 15 menit lagi. Seung-jo kaget dan langsung mengerjakan soal. Perempuan yang selama ini selalu mencoba mendekati Seung-jo melihat Seung-jo karna tidak biasanya Seung-jo seperti ini.
Ha-ni bercerita pengalamannya wawancara dan bilang bahwa juri perempuan itu sangat menyeramkan dan seperti nenek sihir. Ha-ni bertanya, “Min-ah apakah kau mengerjakan ujianmu dengan baik?” Min-ah menjawab, “Entahlah aku hanya mengsal ikut ujian saja.” Ha-ni bilang bahwa dia sepertinya telah melakukan banyak kesalahan dalam ujian, Lalu bagaimana masa depannya?
Ju-ri menenangkan Ha-ni dan bilang bahwa Ujian sudah selesai jadi tidak perlu dibahas lagi. Ha-ni bingung dengan apa yang di lakukan oleh Ju-ri dan dia bertanya, “Ju-ri apa yang sedang kau lakukan?” Ju-ri berbalik dan ternyata tadi itu Ju-ri sedang berdandan. Ju-ri menanyakan pendapat teman-temannya, “Bagaimana penampilanku? Aku mirip dengan Ga-in Brown Eyed Girls kan?” Ha-ni tertawa dan ikut menari Abracadabra bersama Ju-ri.
Ha-ni melihat alat kosmetik Ju-ri yang lengkap, Ju-ri menawarkan memakaikan bulu mata palsu pada mata Ha-ni. Ju-ri memuji mata Ha-ni yang semakin indah dan terlihat lebih besar 10 kali limat. Min-ah bilang kalau mata Ha-ni lebih besar 10 kali lipat maka akan seperti mata monster.
Jang-mi datang ke ruang klub seni dan bertanya, “Jadi kau sekarang mencoba berdandan hah! Setelah menghancurkan hidup seseorang?” Ha-ni tidak mengerti sama sekali. Jang-mi bilang, “Aku mendengar bahwa kau memberikan obat tidur pada Seung-jo saat sebelum Ujian. Setelah minum itu dia tertidur dan harus mengisi jawaban dengan terburu-buru karna waktu tersisa sedikit lagi. Apa yang kamu lakukan hah? Bagaimana kamu akan bertanggung jawab atas perbuatanmu itu hah?” Ha-ni terdiam tidak bisa menjawab.
Ju-ri marah pada Jang-mi namun Jang-mi terus melanjutkan omongannya, “Karena hal itu mungkin dia tidak akan bisa masuk Universitas! Tapi kamu sepertinya hanya peduli pada dirimu sendiri. Apakah kamu masih berani untuk mengatakan bahwa kau menyukainya? Hey jawab! Aku sedang bertanya padamu!” Ha-ni terdiam dan dia melepaskan bulu mata palsu yang di pakainya.
Ha-ni pulang ke rumah dan dia menatap kamar Seung-jo dan berkata dalam hati, “Apakah tidak apa-apa? Kau mengerjakan semuanya dengan baik-baik saja kan? Kau adalah Baek Seung-jo jadi tidak mungkin hanya karna obat itu ya tidak mungkin…” Ha-ni berjalan menuju kamarnya dan dia kaget saat melihat ada Seung-jo di kamar mandi, Ha-ni pun berusaha bersembunyi di balik pintu dan berkata dalam hati, “Kumohon katakanlah ini semua tidak mungkin.”
Guru Kang-yi membagikan hasil ujian dan para murid langsung sedih karna nilainya jelek-jelek dan Guru Kang-yi memberikan semangat pada mereka. Saat ulangan Jun-gu dibagikan, yang sedih justru Guru Kang-yi dan Jun-gu yang menenangkan Guru Kang-yi dengan bilang bahwa dia sudah memiliki rencana untuk masa depannya. Guru Kang-yi senang mendengar itu. Jun-gu melihat Ha-ni dan bilang walaupun nilai Ha-ni jelek maka dia akan selalu menjaga Ha-ni. Semua teman-teman menyorakinya dan Ha-ni hanya diam saja.
Ju-ri bilang, “Hey Jun-gu jangan menganggu Ha-ni lagi! Dia ini sudah punya Baek Seung-jo!” Jun-gu berkata, “Apa kau bilang? Huh laki-laki pengecut itu tak bisa membuat perempuan bahagia!” Ju-ri bertanya, “Lalu apa yang kau bisa lakukan untuk Ha-ni hah?” Guru Kang-yi menenangkan semuanya dan meminta semuanya untuk tidak ribut. Min-ah dan Ju-ri memberikan semangat pada Ha-ni
Di kelas 3-1 hasil ujian di bagikan oleh Guru Ji-oh dan Seung-jo kaget melihat nilainya. Guru Ji-oh bertanya, “Ada apa?” Seung-jo menjawab, “Setelah melihat ini… Aku berfikir, apakah aku ini benar-benar jenius?” Guru Ji-oh merasa aneh dan bilang, “Ada apa kau ini? Kau membuatku takut saja. Kamu masih ada tes wawancara jadi cukup lakukan itu dengan baik. Ah haruskah kami membantumu untuk masuk Universitas Tae Sang? Tapi sejujurnya dengan kemampuanmu ini masuk Universitas Tae Sang sepertinya hanya buang-buang waktu saja. Kamu seharusnya masuk ke Universitas seperti Harvard. Bagaimana pun juga kamu telah melakukan yang terbaik Baek Seung-jo.” Guru Ji-oh memeluk Seung-jo dan semua teman-teman kelas 3-1 bertepuk tangan.
Ha-ni mendengar kabar ujian Seung-jo yang bagus dan dia berteriak, “BANZZAI!!!” Ju-ri bertanya, “Oh Ha-ni dengan nilaimu yang begitu, apakah kau masih bisa berteriak Banzai?” Ha-ni ingat akan nilainya dan dia pun kembali lemas. Ju-ri dan Min-ah melihat Ha-ni tapi tiba-tiba Ha-ni tersenyum senang dan berkata, “Bagaimana mungkin aku bisa berhenti ceria? Baek Seung-jo Hore! Korea Hore!!”
Di rumah, Ha-ni duduk di ruang keluarga bersama Ibu Seung-jo dan dia sangat menunggu telepon dari Universitas Parang. Ada telepon yang masuk ke HP-nya dan Ha-ni langsung mengangkatnya. Tapi ternyata itu telepon salah sambung yang menanyakan rumah makan bebek panggang. Lalu ada yang menelfon dan Ha-ni senang karna dia diterima di Universitas Parang. Ibu Seung-jo juga ikut senang. Tiba-tiba yang menelpon bertanya, “Kau jurusan apa?” Ha-ni menjawab, “Aku jurusan ilmu pengetahuan sosial.” Yang menelpon bertanya kembali, “Bukan jurusan apel?”
Ha-ni kebingungan dan saat melihat keluar jendela ternyata ada Eun-jo yang memegang HP dan juga Apel. Ha-ni dan Ibu Seung-jo pun kesal setengah mati sementara Eun-jo berteriak, “Oh Ha-ni Bodoh!”
Ha-ni menunggu hingga malam dan berkata, “Jika Seung-jo masuk Universitas Tae Sang maka aku akan masuk Universitas mana? Aigooo…” HP Ha-ni berbunyi dan itu telepon dari Min-ah yang bilang bahwa dia baru saja di telepon oleh Universitas Parang yang bilang bahwa Min-ah di terima. Ha-ni pun ikut senang mendengar hal itu. Min-ah bertanya, “Bagaimana denganmu?” Ha-ni dengan lesu menjawab, “Belum ditelepon.” Min-ah memberikan semangat dan bilang bahwa nanti pasti Ha-ni akan ditelepon.
Ha-ni sekali lagi mengucapkan selamat pada Min-ah dan bilang bahwa Min-ah telah melakukannya dengan sangat baik. Ha-ni pun menutup teleponnya. Hingga malam Ha-ni belum mendapatkan telepon dan Seung-jo melihat Ha-ni yang sedih.
Keesokannya, Ibu Seung-jo memberikan Ha-ni buah namun Ha-ni bilang bahwa dia tidak berhak untuk makan. Ibu Seung-jo membujuk Ha-ni untuk memakan buah namun Ha-ni tidak mau. Ha-ni bilang bahwa hari ini adalah pengumuman terakhir dan jam 10 sudah lewat itu artinya dia tidak di terima. Ha-ni bilang bahwa dia sudah bisa menebak hal ni karna juri perempuan yang menyeramkan itu tidak memiliki alasan apapun untuk menerima Ha-ni. Ibu Seung-jo berkata bahwa Ha-ni masih bisa masuk Universitas lainnya lewat jalur lain. Ha-ni sedih dan bilang bahwa nilai dia itu tidak bagus.
HP Ha-ni berbunyi dan bilang bahwa Ha-ni di terima di Universitas Parang. Ha-ni kesal dan bilang, “Ah ini pasti kau Baek Eun-jo!!!” Eun-jo datang dan bertanya, “Ada apa menyebut namaku?” Ha-ni kaget dan berkata, “Ah maaf aku pikir ini telepon palsu. Ada apa?” Penelpon bilang, “Ada seorang siswa yang mengundurkan diri sehingga anda Oh Ha-ni di terima di Universitas Parang.” Ha-ni kaget dan langsung berkata, “Ya ya ya ya ya ya tentu saja aku akan menerimanya!” Ibu Seung-jo senang dan langsung memeluk Eun-jo. Ha-ni pun ikut memeluk Ibu Seung-jo dan Eun-jo. Diam-diam Seung-jo melihat itu dan tersenyum senang.
Ibu Seung-jo, Ayah Seung-jo, dan Ayah Ha-ni melakukan pesta kecil di Restaurant Mie untuk Ha-ni. Ha-ni bilang bahwa dia ini sangat beruntung karna waktu itu terjadi badai sehingga tidak banyak murid yang datang. Ayah Ha-ni bilang bahwa semua ini karna keberuntungan Ha-ni. Semuanya tertawa senang.
Ayah Seung-jo memberikan hadiah pada Ha-ni yang berupa mantel berwarna merah. Ibu Seung-jo juga memberikan sebuah amplop yang isinya tiket menonton Drama Musical Goong. Ibu Seung-jo bilang bahwa mereka akan menonton bersama dan Ha-ni harus datang hari sabtu ke drama musical itu
Ha-ni sudah datang ke tempat Drama Musical dengan menggunakan mantel merah pemberian dari Ayah Seung-jo dan dia sedang menunggu Ibu Seung-jo yang belum datang juga. Ibu Seung-jo menelepon dan bilang bahwa di jalan sangat macet. Eun-jo berteriak, “Tidak ada kemacetan!” Namun Ibu Seung-jo langsung menutup mulut Eun-jo. Ibu Seung-jo meminta Ha-ni masuk kedalam Teater duluan saja dan meninggalkan 1 tiket di counter penjual tiket. Ha-ni mengerti dan menutup teleponnya. Ha-ni berjalan menuju counter tiket dan menitipkan satu buah tiket.
Ha-ni masuk kedalam gedung dan duduk sendirian. Ha-ni tertawa sendiri dan Ibu Seung-jo belum juga datang. Tiba-tiba ada yang duduk di kursi Ibu Seung-jo dan itu adalah Seung-jo!!!!! Ha-ni kaget dan terus menatap Seung-jo, Seung-jo menunjuk Panggung Drama agar Ha-ni melihat ke depan namun Ha-ni masih terus menatapnya sehingga dia pun memegang kepala Ha-ni dan membuat Ha-ni melihat ke depan.
Selesai pertunjukan, Seung-jo dan Ha-ni berjalan pulang. Ha-ni mencubit pipinya dan berteriak kesakitan. Seung-jo bertanya, “Kenapa? Apakah kau mau aku yang mencubitmu?” Ha-ni tidak mempedulikan pertanyaan Seung-jo dan dia bertanya, “Tapi… Bagaimana bisa kau datang kemari?” Seung-jo balik bertanya, “Menurutmu bagaimana?”
Ibu Seung-jo dan Eun-jo selesai belanja dan Ibu Seung-jo bertanya, “Eun-jo, bagaimana menurutmu mengenai akting ibumu ini hah? Tadi kamu mendengarkan ketika ibu berakting di telepon ‘Seung-jo… Bagaimana ini Ibu ada di depan panggung perrtunjukan sendiri? Tidak ada yang mau menemaniku menonton’ Lalu dia bilang bahwa dia akan datang. Apakah Ibumu ini harus menjadi artis?”
Eun-jo melihat Ibunya dan bertanya, “Apakah benar dia datang hanya karna akting Ibu?” Ibu Seung-jo tidak mengerti pertanyaan Eun-jo. Eun-jo diam saja dan terlihat berfikir. (Mungkin maksud Eun-jo ini, “Apakah Seung-jo benar-benar datang karna kasihan pada Ibunya yang nonton sendiri atau memang sudah tahu bahwa Ha-ni yang menonton Drama Musical ini?”)
Ha-ni bertanya pada Seung-jo, “Bukankah kau akan menghadiri wawancara Universitas Tae Sang?” Seung -j terus berjalan dan menjawab, “Mengapa kau juga menanyakan hal ini? Kenapa semua orang selalu membicarakan Universitas?” Ha-ni bilang, “Karna kau ini pintar maka kau memiliki sesuatu yang bisa di tawarkan. Dan… Nikmatilah hidupmu ini. Bersenang-senang. Nenekku selalu mengatakan ini padaku, ‘Ha-ni ah, nikmatilah hidupmu dan bersenang-seneng lah. Bersenang-senang dan buat orang lain bahagia!’ Nenekku selalu bilang bahwa hidupku akan baik-baik saa jika aku melakukannya dengan penuh kegembiraan. “
Seung-jo masih merasa aneh dan bilang, “Hmm bersenang-senang?” Ha-ni lalu bilang, “Jika kau masuk Universitas Parang maka aku akan membuat masa kuliahmu lebih menyenangkan.” Seung-jo hanya menatap Ha-ni.
Mereka memainkan mesin boneka dan Seung-jo berhasil mendapatkan boneka. dan melemparkannya pada Ha-ni. Ha-ni bertanya, “Apa kau tidak akan menggunakannya?” Seung-no balik bertanya, “Apa kau pikir aku membutuhkannya?” Ha-ni sangat senang dan langsung memeluk boneka itu.
Kesenangan Ha-ni langsung hilang saat ada yang memanggil namanya dan ternyata yang memanggilnya adalah Jun-gu dan Bye Bye Sea. Akhirnya Jun-gu, Ha-ni dan Seung-jo minum bersama. Jun-gu sangat stress saat tahu kalau Ha-ni dan Seung-jo baru saja menonton Drama Musikal bersama. Jun-gu bertanya, “Ha-ni, dia tidak berbuat macam-macam padamu kan? Maksudku bersentuhan tangan saat memakan pop corn atau yang lainnya?” Ha-ni dan Seung-jo hanya tertawa.
Jun-gu melihat boneka di tangan Ha-ni dan dia bertanya, “Ha-ni apakah kau membeli boneka ini? Ah boneka ini bahkan bisa berbicara.” Ha-ni menjawab, “Tidak. Seung-jo mendapatkannya dari mesin boneka ini. Dia memberikan padaku sebagai ucapan selamat masuk Universitas.” Jun-gu kesal dan berkata, “Boneka ini terlihat sangat murahan. Hei Baek Seung-jo apakah kau mempermainkan Ha-ni?” Ha-ni membela Seung-jo, “Apa yang salah dengan boneka ini? Dia mendapatkannya dengan usaha dia sendiri. Kamu kan tahu seberapa susah mengambil boneka dari mesin boneka.” Jun-gu kesal dan bilang bahwa itu sangatlah mudah.
Seung-jo menghabiskan minumannya lalu melemparkannya ke tempat sampah dan MASUK!!
Ha-ni sangat kagum dan tentu saja Jun-gu tidak mau kalah, dia melemparkan bekas minuman ke tempat sampah dan berhasil masuk juga. Bye Bye Sea dan Ha-ni pun langsung berteriak heboh dan senang. Seung-jo tidak menyukai ekspresi Ha-ni tadi makanya dia berdiri dari duduknya mengambil botol bekas melemparnya lalu menendangnya dan berhasil masuk tong sampah. Tentu saja Ha-ni sangat kagum.
Ha-ni sangat kagum dan tentu saja Jun-gu tidak mau kalah, dia melemparkan bekas minuman ke tempat sampah dan berhasil masuk juga. Bye Bye Sea dan Ha-ni pun langsung berteriak heboh dan senang. Seung-jo tidak menyukai ekspresi Ha-ni tadi makanya dia berdiri dari duduknya mengambil botol bekas melemparnya lalu menendangnya dan berhasil masuk tong sampah. Tentu saja Ha-ni sangat kagum.
Seung-jo tersenyum puas dan berniat pergi namun Jun-gu menghentikannya dan ingin ikut menunjukan kemampuannya. Jun-gu mengambil bekas minum dan menendangnya namun dia terjatuh. Bye-Bye Sea langsung menolongnya sementara Ha-ni dan Seung-jo tertawa. Jun-gu benar-benar kesal dan merasa malu karna terjatuh di depan wanita yang di cintainya dan juga di depan saingannya.
Ha-ni lalu berfikir, “Hmm sepertinya ini sering terjadi.” Ha-ni menghayal bahwa dia adalah seorang putri dan Jun-gu memaksa Ha-ni untuk mencintainya namun dia tidak bisa mencintai 2 orang sekaligus.
Tiba-tiba muncul pangeran yaitu Seung-jo yang menyelamatkan Ha-ni.
Jun-gu mengeluarkan pedangnya dan Seung-jo juga siap bertarung.
Ha-ni meminta agar Seung-jo tidak melakukan ini namun Seung-jo berkata, “Jika aku mati… aku mati karna cintaku.” Pertarungan di mulai dan mereka sama-sama akan saling membunuh, Tiba-tiba Ha-ni berteriak “Tidak!”
Tiba-tiba muncul pangeran yaitu Seung-jo yang menyelamatkan Ha-ni.
Jun-gu mengeluarkan pedangnya dan Seung-jo juga siap bertarung.
Ha-ni meminta agar Seung-jo tidak melakukan ini namun Seung-jo berkata, “Jika aku mati… aku mati karna cintaku.” Pertarungan di mulai dan mereka sama-sama akan saling membunuh, Tiba-tiba Ha-ni berteriak “Tidak!”
Kembali ke alam nyata. Semuanya kaget saat melihat Ha-ni yang berteriak dan mengulurkan tangannya. Ha-ni malu dan langsung melakukan gerakan senam. Jun-gu heran namun dia mengikuti Ha-ni melakukan gerakan senam. Seung-jo hanya tertawa kecil.
Hari wawancara Universitas Seung-jo sudah tiba dan Seung-jo bersiap-siap pergi. Ibu Seung-jo memberikan semangat dan bilang bahwa Seung-jo pasti bisa memberikan yang terbaik. Ayah Seung-jo, Ayah Ha-ni dan Eun-jo pun ikut memberikan semangat. Hanya Ha-ni yang diam saja dan melihat kepergian Seung-jo.
Ayah Ha-ni bilang akhirnya setelah sempat bingung apakah akan kuliah atau tidak ternyata sekarang Seung-jo sudah menentukan pilihan. Ibu Seung-jo bilang bahwa masa kuliah ini sepertinya akan membuat rusak masa-masa indah Seung-jo dan Ha-ni bersama. Ayah Ha-ni bilang bahwa pada saat kuliah itu justru Ibu Seung-jo menikah dengannya. Ibu Seung-jo langsung malu-malu.
Ha-ni ingat akan pembicaraan waktu berjalan selesai menonton Drama Musical dan dia pun langsung menggunakan jaketnya dan bersiap pergi. Ayah Ha-ni bingung, “Kau mau kemana?” Ha-ni menjawab, “Tidak aku hanya sedikit khawatir jadi aku akan mengikutinya hingga ke ruang ujiannya. Aku pergi!” Eun-jo melihat itu dan lagi-lagi berkata, “Aneh. Aku sangat mengkhawatirkan ini. Benar-benar mengkhawatirkan.”
Ha-ni diam-diam terus mengikuti Seung-jo dari belakang.
Di saat menyebrangi jalan, Ha-ni menabrak seseorang dan membuat boneka yang di kasih oleh Seung-jo terjatuh. Seung-jo terus berjalan dan tersenyu (kaya'nya Seung-jo tahu deh da Ha-ni yang mengikutinya.) Ha-ni sadar bahwa bonekanya itu terjatuh dan dia bingung antara mengikuti Seung-jo atau mengambil bonekanya. Ha-ni memilih boneka dan langsung berlari ke tengah jalan lalu ada suara hantaman keras.
Di saat menyebrangi jalan, Ha-ni menabrak seseorang dan membuat boneka yang di kasih oleh Seung-jo terjatuh. Seung-jo terus berjalan dan tersenyu (kaya'nya Seung-jo tahu deh da Ha-ni yang mengikutinya.) Ha-ni sadar bahwa bonekanya itu terjatuh dan dia bingung antara mengikuti Seung-jo atau mengambil bonekanya. Ha-ni memilih boneka dan langsung berlari ke tengah jalan lalu ada suara hantaman keras.
Seung-jo berhenti berjalan dan mendengar anak sekolah berteriak, “Lihat itu ada seorang perempuan tertabrak mobil. Lihat itu!” Anak sekolah itu berlari panik dan Seung-jo melihat ke belakangnya.
Ha-ni masuk rumah sakit dan kakinya di gips. Saat Ha-ni bangun, Ayah Ha-ni, Ibu Seung-jo dan Ayah Seung-jo mengkhawatirkannya. Ibu Seung-jo bilang bahwa tadi Ha-ni di tabrak mobil. Ha-ni mengingat itu lalu bertanya, “Bagaimana dengan Seung-jo?” Ibu Seung-jo menjawab, “Dia pergi untuk wawancara tentu saja.” Ha-ni merasa lega mendengar itu.
0 komentar:
Posting Komentar