Telepon
di apartemen Yeol berdering. Yeol yang baru saja pulang berbelanja
bergegas untuk mengangkatnya. Ternyata Ibunya yang menelpon. Ibunya
bilang dia menyaksikan upacara pernikahan Shin melalui siaran tv. Ibunya
bertanya kenapa dia tak melihat Yeol ada di antara mereka. Yeol bilang
pasti akan susah mencari sebuah jarum yang terjatuh di lautan luas.
Ibunya tertawa mendengarnya. Ibunya bilang kalau besok dia akan
meninggalkan Inggris. Yeol senang sekali mendengarnya dan mencatat
jadwal kepulangan ibunya agar dia tak lupa.
“Bersabarlah
sebentar lagi, Yeol. Kita tunjukkan pada mereka yang tlah membuang kita
bahwa kita masih hidup dan baik-baik saja. Yang telah membuat kita
menderita, sementara mereka hidup dengan nyaman. Ini saatnya bagi kita
untuk menunjukkan pada mereka agar mereka bisa merasakan penderitaan
kita hingga menangis darah. Jangan khawatir, Yeol. Ibu akan mengatasi
semuanya. I miss u” ucap Ibu Yeol dengan dingin. “I miss u too” jawab
Yeol yang sedari tadi hanya diam sambil menutup teleponnyaa.
Putra
mahkota hidup di istana bagian timur yang terbagi menjadi dua tempat.
Yang aslinya hanya ada bangunan Sa Yang Dang. Tapi kemudian, dibangun
bangunan ala barat yang dibagi menjadi dua bagian. Sa Yang Dang sekarang
hanya dipakai untuk tempat belajar putra mahkota.
Dan
bangunan ala barat yang terbagi jadi dua bagian itu, sekarang adalah
tempat tinggal Putra Mahkota. Diantara kedua bangunan itu terdapat
halaman yang luas di tengah-tengahnya. Di bangunan yang satu ditempati
oleh Putra Mahkota dan bangunan di sisi yang lain ditempati oleh Putri
Mahkota. Chae-gyeong dibawa ketempat itu saat upacara Tong Ne selesai.
Chae-gyeong
masuk ke dalam ruangan yang akan menjadi tempat tinggalnya bersama
kedua orang dayang yang selama ini selalu bersamanya. Chae-gyeong senang
sekali dengan perabotan serba mewah dan nyaman yang ada di situ.
Sementara
di Thailand, Hyo-rin yang jadi juara sedang ngobrol dan
berbincang-bincang dengan guru dan dua orang asing yang tertarik pada
bakat Hyo-rin. Mereka berdua memberikan beasiswa untuk Hyo-rin belajar
balet di luar negeri dan mengembangkan bakat baletnya itu disana.
Hyo-rin dan guru baletnya tentu saja sangat senang menerimanya.
Tiba-tiba
ada kabar di tv yang membuat Hyo-rin terkejut tapi membuat kedua orang
asing itu sangat antusias menyaksikannya. Apalagi kalau bukan pernikahan
Shin dan Chae-gyeong yang disebut oleh orang-orang sebagai pernikahan
abad ini. Guru balet Hyo-rin mengatakan kalau Hyo-rin dan Putra Mahkota
berasal dari sekolah yang sama. Tiba-tiba Hyo-rin melangkah pergi dan
meninggalkan aplikasi beasiswa yang didapatkannya begitu saja diiringi
pandangan bingung Guru Balet dan kedua orang yang memberinya beasiswa
itu.
Di
teras kamarnya, Hyo-rin menggenggam erat sepatu baletnya. Dia melihat
dengan tatapan sedih berita pernikahan Shin dengan Chae-gyeong dari tv
di kamarnya. Tiba-tiba telepon di kamar Hyo-rin berdering. Gurunya
menelpon dari bawah dan meminta Hyo-rin untuk turun dan berkata apa
Hyo-rin tak tahu siapa kedua orang itu dan meminta Hyo-rin untuk cepat
turun lagi. Hyo-rin pun turun dan menemui mereka lagi.
Orang
asing yang laki-laki memberikan aplikasi beasiswa itu pada Hyo-rin
sedangkan yang wanita bertanya pada guru Hyo-rin apa yang sebenarnya
terjadi pada Hyo-rin tadi. Gurunya tak bisa menjawabnya dan meminta
Hyo-rin untuk segera menandatangani beasiswa itu. Bukankah hal itu
adalah impian Hyo-rin sejak lama. Tapi Hyo-rin meminta maaf dan bilang
kalau dia tak bisa menerimanya karna masih ada banyak hal yang harus
dilakukannya di sekolah.
Sementara
itu di istana, Ibu Suri, Ratu dan Choi Sang-gung sedang membicarakan
tentang pendidikan Putri Mahkota. Ibu Suri berkata untuk belajar memakai
huruf Hangeul saja dan diselingi dengan huruf Hanja karna mungkin
Chae-gyeong tak begitu mengenal huruf Hanja. (Huruf Korea ada 2, Huruf
Hanja atau nama lainnya Kanji China yang sering digunakan pada masa
Korea masih di bawah pemerintahan kekaisaran dan juga huruf Hangeul yang
digunakan sejak pemerintahan Raja Sejong. Raja Sejong lah yang
menciptakan huruf Hangeul. Dalam buku2, kamus, petunjuk jalan, dll,
biasanya tertulis dalam 2 macam huruf tersebut karna orang-orang jaman
dulu hanya bisa membaca huruf Hanja saja. Berbeda dengan orang Korea
modern yang sekarang hanya memakai huruf Hangeul saja).
Ibu
Suri bertanya pada Ratu bagaimana dengan pendidikan dasar Pangeran.
Pendidikan dasar juga perlu diberikan pada Chae-gyeong, yaitu pendidikan
mengenai bagaimana cara untuk berbicara, bersikap dan juga cara untuk
mengungkapkan perasaaan. Semua itu adalah hal yang paling mendasar yang
harus dipelajari.
Kemudian,
Ibu Suri juga berkata Ratu dulu juga berasal dari kalangan rakyat
biasa, hanya saja Ratu berasal dari keluarga kaya yang sudah terbiasa
dengan segala macam sopan santun yang ada dalam istana. Jadi Ratu tak
mengalami kesulitan saat belajar tentang sopan santun di istana. Ibu
Suri mengatakan, kalau Putri Mahkota sangat jauh berbeda daripada Ratu.
Putri belum terbiasa dengan sopan santun di istana. Maka dari itu Ibu
Suri meminta Ratu untuk mendidik Chae-gyeong dengan lebih sabar. Ratu
hanya bisa mengiyakan.
Ibu
Suri bercerita, setelah kematian tragis mendiang Raja Hyo-ryul, Raja
sekarang mengambil alih singgasana dengan baik karna bantuan Ratu.
Semuanya berjalan dengan lancar karnanya. Dulu Ibu Suri tak sempat
mengatakan apa-apa pada Ratu bahwa dia sangat berterima kasih karna Ratu
sudah membantu dengan sepenuh hati. Ratu merasa terharu dan tersanjung
mendengarnya.
Yeol
sedang menyetrika sambil mendengarkan berita yang masih saja heboh
dibicarakan oleh orang-orang. Apalagi kalau bukan pernikahan Shin dan
Chae-gyeong. Ternyata Yeol menyetrika celana olahraga Chae-gyeong.
Di
kamarnya Chae-gyeong masih tertidur lelap saat dayang-dayangnya mencoba
membangunkannya karna hari sudah pagi. Mereka heran dan bertanya pada
Chae-gyeong kenapa Chae-gyeong tidak memakai hanbok yang seharusnya
dipakainya untuk tidur. Chae-gyeong bilang dia merasa sayang kalau
hanbok yang cantik seperti itu dipakai untuk tidur. hehehehe ……
Para
dayang Chae-gyeong membantu Chae-gyeong untuk mandi. Tapi Chae-gyeong
bilang dia ingin melakukannya sendiri. Di kamar mandi, Chae-gyeong
terkagum-kagum dengan interior yang ada di dalamnya. Dengan bathtub
keramik n keran yang terbuat dari emas dilengkapi dengan tv di dalamnya.
Chae-gyeong tersenyum-senyum melihatnya.
Selesai
mandi, Chae-gyeong dan Shin menghadap Raja, Ratu dan Ibu Suri. “Mulai
sekarang, pengawal Shin akan ditambah dari 3 orang menjadi 14 orang.
Mereka takkan mengawal di dalam sekolah, mereka hanya akan berada di
luar sekolah untuk mengawal” kata Raja. Shin tersenyum senang
mendengarnya. “Dan juga untuk Putri Mahkota, mereka juga akan
mengawalmu. Semoga pengawalan itu membuat kalian nyaman” lanjut Raja.
Chae-gyeong mengucapkan terimakasih pada Raja.
Shin
menuntut permintaannya yang dulu sebelum nikah dipenuhi. Dia dan
Chae-gyeong ingin pindah ke istana Chang-deok. Tapi Ratu bilang, butuh
waktu setahun setengah untuk memperbaiki istana itu. Jadi mereka harus
bersabar dulu untuk beberapa tahun ini. Shin tak suka harus menunggu.
Ratu juga tak suka Shin menuntutnya seperti itu di depan Chae-gyeong.
Shin bilang tak apa-apa karna Chae-gyeong juga sudah tahu akan hal itu.
Shin yang marah menarik Chae-gyeong pulang ke kediamannya.
Chae-gyeong
tak percaya Shin bisa sekasar itu pada para Tetua Kerajaan. Biarpun
kelakuannya kekanak-kanakan, tapi Shin bilang kalau mereka tak diancam
seperti itu, keinginan mereka takkan di penuhi. Chae-gyeong heran
melihat tingkah Shin. Dia menganggap kelakuan Shin benar-benar aneh.
Sementara
itu, Ibu Suri memarahi Ratu karna ternyata Ratu yang berjanji pada Shin
untuk menyetujui kepindahan Shin ke istana Chang-deok agar Shin setuju
dengan pernikahan itu. Ibu Suri menyesali keputusan Ratu yang tak
berdiskusi pada yang lain terlebih dulu. Ratu hanya bisa meminta maaf
atas tindakannya yang salah.
Ratu
berkata semua ini karna Raja mengijinkan Shin bersekolah di luar
lingkungan istana. Sedangkan Raja berkata semua ini karna Ratu yang
selalu terlalu keras kepala dan memutuskan semua sendiri hingga membuat
Shin jadi arogan. Shin waktu kecil juga anak yang penurut, tapi sekarang
dia sudah berubah jadi arogan seperti ini. Ibu Suri pusing melihat Raja
dan Ratu yang saling menyalahkan.
Asisten
Shin menghampiri Shin dan Chae-gyeong. Dia membawa 3 orang wanita yang
akan menjadi pengawal pribadi untuk Chae-gyeong. Chae-gyeong
terkagum-kagum melihat mereka. Kemudian Chae-gyeong bertanya pada
Asisten Shin karna sudah bertemu tapi belum pernah tahu siapa dia.
Asisten
Shin memperkenalkan dirinya sebagai Asisten yang bertugas untuk
melindungi pangeran dan mengatur jadwal sehari-hari Pangeran dan apapun
yang berhubungan dengan masalah Pangeran Shin, jaman dulu disebut
seorang kasim. Chae-gyeong membatin, Asisten Shin pasti sudah dikebiri
karna itulah syarat jadi seorang kasim. Chae-gyeong senyum-senyum
memikirkan hal itu.
Rupanya
Asisten Shi tahu apa yang Chae-gyeong pikir, dia bilang, jaman sekarang
sudah tak seperti itu. Dia sudah punya istri dan anak di rumah. Bukan
seperti jaman dulu yang harus seperti itu. Wajah Chae-gyeong memerah
karna malu. Shin tertawa melihat kekonyolan Chae-gyeong. Chae-gyeong
meminta maaf karna sudah salah mengira. “Tak apa-apa Bigung Mama” kata
Asisten Shin. Chae-gyeong tertawa mendengar panggilan barunya Bigung
Mama (Yang Mulia Permaisuri).
“Kenapa
kau senyum-senyum seperti itu? Apa ada yang salah dengan panggilan
itu?” tanya Shin heran. “Tidak. Aku hanya merasa agak gugup dipanggil
seperti itu” jawab Chae-gyeong. Chae-gyeong kembali ke kediamannya. Dia
berbaring dan meneriakkan sebutan barunya” Aku adalah Yang Mulia
Permaisuri” teriak Chae-gyeong. Teriakannya terhenti karna kedatangan
Choi Sanggung.
Choi
Sanggung berkata dia belum memperkenalkan secara resmi pada
Chae-gyeong. Dia adalah Choi Sanggung, Asisten pribadi Chae-gyeong
sekaligus yang bertanggung jawab atas pendidikan Chae-gyeong.
Chae-gyeong melotot mendengarnya. Tak disangka dia harus belajar di
bawah pengawasan Choi Sanggung yang sangat disiplin itu lagi.
Choi
Sanggung berkata kalau Akuntan Istana sedang menunggu Chae-gyeong.
Chae-gyeong heran mendengar kenapa Akuntan Istana mencarinya. Choi
Sanggung bilang, Akuntan Istana bertugas untuk mengatur harta dan
kekayaan yang dimiliki oleh Chae-gyeong. Kalau Chae-gyeong lelah hari
ini, Chae-gyeong bisa menemuinya besok siang. Chae-gyeong bilang dia
bisa menemui mereka hari ini.
Chae-gyeong
menemui Akuntan Istana. Ternyata mereka memberikan tabungan untuk
Chae-gyeong. Akuntan Istana bilang semua uang Chae-gyeong yang
dibutuhkan Chae-gyeong akan ditransfer dari rekening istana ke tabungan
Chae-gyeong. Jika ada sesuatu yang ingin Chae-gyeong tanyakan,
Chae-gyeong tinggal bertanya saja.
Akuntan
Istana perpamitan pergi. Chae-gyeong penasaran ingin membuka buku
tabungan yang 4x lebih besar dari buku tabungan kita itu. Hehehe….Dan
Chae-gyeong sangat terkejut dengan isinya saat membukanya. Disana
tertulis jumlah tabungannya dengan angka yang sangat fantastis. 100 juta
won (kira-kira 780 juta). Chae-gyeong sampai berteriak saking
girangnya.
Di
perjalanan menuju sekolah, Chae-gyeong berada satu mobil dengan Shin.
Chae-gyeong sedang asyik menuliskan rencana untuk apa saja uang yang
dimilikinya sambil sesekali tertawa. Kedua sopir mereka juga
senyum-senyum melihat tingkah Chae-gyeong. “Apa kau sakit?” sindir Shin.
“Aku tak apa-apa” jawab Chae-gyeong. “Tapi kau senyum-senyum sendiri
seperti orang gila” lanjut Shin. Chae-gyeong manyun mendengarnya dan
berkata, “Kenapa aku harus gila kalau aku punya banyak uang yang bisa
kupakai”.
Sampai
di sekolah, siswa-siswa yang lain mengerubuti mereka. Para pengawal
melaksanakan tugasnya. Mereka mengawal Shin dan Chae-gyeong masuk ke
dalam sekolah.
Tiba
di kelas, Chae-gyeong heran melihat Yeol yang mengembalikan celana
olahraga-nya. “Siapa kau?” tanya Chae-gyeong. “Apa kau tak ingat?” Yeol
balik bertanya. “Oh, kau murid pindahan itu” kata Chae-gyeong kemudian.
Yeol tersenyum senang karna Chae-gyeong mengingatnya. “Apa kau juga
pindah ke kelasku?” tanya Chae-gyeong tersenyum senang. Kemudian
Chae-gyeong menyodorkan jari telunjuknya ke arah Yeol, salam luar
angkasa khas Chae-gyeong. Hehehe….
Chae-gyeong
mencoba menyapa teman-temannya. Tapi tak satupun yang peduli akan
kehadirannya. Termasuk Kang-hyeon yang biasanya sangat mengerti dirinya.
Dia memakai sarung tangan dan celana olahraganya. Tapi tak satupun yang
mempedulikannya. Chae-gyeong sedih. Dia tak tahu harus berbuat apa.
Sementara
itu, Shin bermain basket dengan teman-temannya, diiringi sorak sorai
gadis-gadis dipinggir lapangan. Para pengawal Shin juga ada di pinggir
lapangan. Dan saat Shin terjatuh, para pengawal langsung pontang panting
berlari menghampirinya. Tapi Shin pernah melarang mereka untuk
mendekat. Jadi mereka-pun tak berani mendekat.
Shin
duduk dibangku bersama teman-temannya. Mereka bertanya pada Shin apa
yang terjadi saat malam pertamanya. Shin bilang tak terjadi apapun yang
ada di pikiran teman-temannya meskipun hanya 1%. Tapi tiba-tiba Shin
teringat jari tangannya yang digigit oleh Chae-gyeong. Kemudian dia
berkata, “Tapi kupikir, ada 7% yang terjadi di antara kami” Shin tertawa
senang. Teman-temannya mendesaknya untuk bercerita. Shin tak mau
mengataka apa-apa. Dia mengajak mereka untuk pergi.
Turun
dari tangga mereka bertemu dengan Hyo-rin. Salah satu tema Shin
memanggil Hyo-rin. Mereka bertiga meninggalkan Shin berdua dengan
Hyo-rin agar mereka bisa berbicara.
Sementara
itu, Chae-gyeong sedang curhat dengan Yeol. Dia sedih melihat
teman-temannya seperti itu. “Seorang biasa yang tiba-tiba jadi seorang
putri, bukankah itu aneh. Tapi ini bukan cerita Cinderella. Tapi aku
takkan menyerah dan diam saja. Aku akan berjuang untuk menjadi orang
yang lebih baik. Bagaimanapun juga, terimakasih” kata Chae-gyeong.
“Untuk apa? Aku bahkan tak bisa membantumu apa-apa” elak Yeol. “Tapi kau
mau mendengarkan semua keluh kesahku. Kau memang hebat” jawab
Chae-gyeong.
“Bagaimanapun
juga aku merasa lega karna aku punya teman sepertimu” kata Chae-gyeong.
“Aku juga senang berteman denganmu” timpal Yeol sambil tertawa senang.
Mereka bahagia.
Sementara
itu, Hyo-rin dan Shin. “Min Hyo-rin gadis yang bodoh. Orang bodoh yang
hanya tahu tentang menari balet seumur hidupnya. Saat kau lihat
kompetisinya, semua peserta seperti orang yang bodoh. Mereka semua tak
punya emosi. Sedangkan aku, kebahagiaanku, kesedihanku, kemarahanku, dan
rahasia hidupku, semua itu kugunakan dalam tarianku. Dan juga, aku
mulai menari menuruti apa yang kusuka. Kau akan menyesalinya. Kau akan
menyesal seumur hidup karna menungguku. Selamanya. Tapi semua itu sudah
berakhir sekarang. Aku menyesal mengatkan itu padamu. Tapi kau masih mau
bermain dengan Hyo-rin kan?” kata Hyo-rin pada Shin.
Shin
hanya diam. “Jangan khawatir, aku takkan mencampuri hidupmu. Bukankah
kau kenal aku dengan baik? Kau bodoh sekali karna tak mau bermain”
lanjut Hyo-rin. Shin hanya diam kemudian pergi meninggalkan Hyo-rin yang
sedih sendirian.
Chae-gyeong
dan Yeol kembali ke ruang kelas mereka. Yeol berkata agar Chae-gyeong
tak khawatir dan agar Chae-gyeong tenang menghadapi semuanya.
Chae-gyeong berterimakasih atas bantuan Yeol yang membuatnya merasa
nyaman. Chae-gyeong pun masuk ke dalam kelas bersama Yeol.
Chae-gyeong
memperhatikan sekelilingnya. Tak satupun yang mempedulikannya. Dua
orang teman dekat Chae-gyeong meminta Chae-gyeong untuk berdiri di depan
kelas. Chae-gyeong memandang Yeol untuk meminta pendapat, tapi Yeol
malah menghindari tatapannya. Chae-gyeong maju ke depan, Dengan menuruti
kata teman-temannya, dia berharap agar mereka mau berteman dengannya
lagi.
Di
depan Chae-gyeong malah berpidato dan mengucapkan terimakasih pada
mereka semua yang sudah mau berteman dengannya selama ini. Mereka sudah
memperlakukan dia dengan baik. Chae-gyeong berterimakasih karna telah
menjaga meja dan bangku Chae-gyeong selama Chae-gyeong tak masuk.
Chae-gyeong menunduk sedih.
Tiba-tiba
teman-teman Chae-gyeong menyemprot Chae-gyeong dengan pasta dan ketiga
sahabat dekatnya maju kedepan sambil membawa kue tart dan karangan bunga
untuk Chae-gyeong semabari mengucapkan selamat atas pernikahan
Chae-gyeong. Tentu saja Chae-gyeong sangat gembira dan terharu.
“Jangan
terlalu gembira. Sekarang kau sudah menikah. Hidupmu sudah berakhir
sekarang. Apa kau sadar itu?” kata Kang-hyeon. “Apa-apaan ini? Sudah
selesai?” kata wali kelas mereka yang tiba-tiba masuk. “Selamat buatmu,
gadis bodoh. Hei! Kenapa kau berani menikah mendahuluiku?” kata wali
kelas Chae-gyeong. Chae-gyeong dan teman-temannya tertawa mendengarnya.
“Jadi anda juga ikut-ikutan mengerjaiku?” tanya Chae-gyeong. “Tentu
saja. Kalau tidak mereka semua akan memarahiku. Tunggu apalagi? Sekarang
tiup lilinnya” kata wali kelas Chae-gyeong.
Chae-gyeong
meniup lilinnya, begitu selesai, Kang-hyeon yang ada dibelakangnya
membenamkan kepala Chae-gyeong ke tart hingga muka Chae-gyeong belepotan
tart. Tentu saja Chae-gyeong tak hanya diam begitu saja. Dia langsung
mengejar teman-temannya dan juga wali kelasnya untuk mengolesi wajah
mereka semua dengan tart. Riuh sekali suasana kelas Chae-gyeong. Yeol
yang melihat aksi mereka tertawa bahagia.
Pulang
sekolah, Yeol dicegat oleh beberapa orang cewek. Salah satu cewek itu,
tiba-tiba memeluknya. Tentu saja Yeol kaget melihatnya. Cewek-cewek yang
lain juga kaget melihat aksi cewek nekat itu. Chae-gyeong menghampiri
Yeol dan tak menyangka ternyata Yeol ikut campur dalam rencana itu. Yeol
membela diri. Kalau mereka meminta mereka dengan sungguh-sungguh untuk
berpura-pura agar berhasil bersandiwara untuk menjebak Chae-gyeong.
Chae-gyeong
tersenyum malu-malu. Yeol senang melihatnya. Tiba-tiba Shin berteriak
menyuruh Chae-gyeong untuk masuk ke mobil. Chae-gyeong-pun berpamitan
pada Yeol dan masuk ke mobil dengan dongkol. Yeol menyapa Shin. Tapi
Shin hanya senyum simpul. Mereka pulang menuju istana. Sementara Yeol
termenung sendirian. “Itu adalah tempatku. Apa kau tahu? Sebenarnya itu
adalah tempatku” kata Yeol dengan pedih. Di atas sekolah, Hyo-rin pun
memandang sedih kepergian Shin dan Chae-gyeong.
Teman-teman
Shin berusaha menghibur Hyo-rin. Mereka memberikan sebuah ponsel model
terbaru sebagai ganti ponsel Hyo-rin yang rusak. Hyo-rin mencoba menolak
pemberian itu, tapi mereka memaksanya. Hyo-rin kemudian berpamitan pada
mereka untuk menjemput guru baletnya.
Di
mobil, Chae-gyeong teringat rumahnya saat melewati tikungan yang
berbelok ke rumahnya. Dia bilang, biasanya dia naik sepeda ke sekolah,
dia membayangkan, seperti apa sekarang sepedanya, apakah sudah karatan
karna terkena air hujan? Chae-gyeong memandangi Shin. Tapi Shin
cuek-cuek aja n asyik mendengarkan lagu iPod-nya. Chae-gyeong sedih, dia
ingin sekali mengendarai sepedanya lagi.
Chae-gyeong
memanggil Shin dan melepaskan earphone dari telinga kiri Shin. Shin
marah karnanya. “Um….kita dekat dengan rumahku. Bolehkan kita berhenti?”
pinta Chae-gyeong. Shin menyalakan tv di mobil, Asistennya berkata,
pulang sekolah, mereka masih harus belajar. Chae-gyeong sedih
mendengarnya.
Sementara
itu, di rumah Chae-gyeong, Ayah Chae-gyeong merasakan hal yang sama.
Dia merindukan Chae-gyeong dan khawatir apakah Chae-gyeong makan dengan
baik, apakah Chae-gyeong sakit perut, apakah Chae-gyeong membuat
masalah. Mungkin sulit bagi Chae-gyeong untuk belajar tata krama di
istana. Istrinya berkata agar Ayah Chae-gyeong tak terlalu khawatir.
Ayah Chae-gyeong ingin menelpon Chae-gyeong tapi istrinya melarangnya.
Dia khawatir nanti malah mereka berdua menangis bersama.
Ayah
Chae-gyeong bertanya apakah Ibu Chae-gyeong tak sedih kehilangan
Chae-gyeong. Ibu Chae-gyeong berkata tentu saja dia sedih. Tapi tetap
saja tak bisa membalikkan keadaan seperti semula. Semua ini terjadi kan
juga karna salah Ayah Chae-gyeong. Ayah Chae-gyeong hanya diam.
Tiba-tiba Hp Ibu Chae-gyeong berbunyi.
Di
mobil, Chae-gyeong masih mengomel sendiri. Shin bisa bertemu dengan
nenek dan kedua orangtuanya. Sedangkan dia tak bisa bertemu dengan salah
satu anggota keluarganya. Ini benar-benar tak adil.
Yeol
bertemu lagi dengan Hyo-rin di toko bunga. Mereka saling tersenyum.
Hyo-rin berkata karangan bunga Yeol cantik sekali. Pacar Yeol pasti akan
suka. Yeol hanya tersenyum mendengar kata-kata Hyo-rin. Yeol menyukai
bunga tanpa akar. Tapi Hyo-rin lebih suka yanga da akarnya. Yeol segera
pergi setelah karangan bunganya selesai.
Ternyata
Yeol pergi ke bandara untuk menjemput ibunya. Dia tersenyum senang
begitu melihat ibunya berada di antara penumpang yang pesawatnya baru
aja mendarat. Ibu Yeol pun tersenyum senang melihat putra nya. Ibu Yeol
segera menghampiri Yeol. Yeol memberikan karangan bunga itu pada Ibunya.
Tiba-tiba cahaya kamera menyoroti mereka. Ibu Yeol segera berbalik dan
tersenyum.
Dua
orang pria menhampiri merka dan salah satunya mengucapkan selamat datag
kembali pada Ibu Yeol. Ibu Yeol mengucapkan terimakasih karna walaupun
mereka sibuk, mereka masih mau menjemput dirinya di bandara. Ibu Yeol
mengenalkan mereka pada Yeol. Ternyata mereka adalah sahabat dekat
mendiang Ayah Yeol.
Yeol
dan Ibunya makan disebuah tempat mewah. “Imperial Palace”. Ibu Yeol
berkata kalau ternyata Seol sudah banyak berubah. Apakah mereka terlalu
lama pergi? Yeol menanggapinya dengan senyumnya. Sementara itu di
ruangan atas restoran itu, ternyata ada guru balet Hyo-rin yang sedang
dikerubuti banyak orang. Hyo-ri merasa minder ada di antara mereka.
Saat
melihat Hyo-rin datang, guru balet Hyo-rin melengos. Dia masih marah
karna Hyo-rin menolak tawaran beasiswa yang didapatnya di Thailand waktu
itu. Hyo-rin terus membujuk gurunya yang sudah banyak membantunya itu.
“Aku minta maaf” pinta Hyo-rin. “Apa kau benar-benar menyesal?” tanya
guru baletnya. Hyo-rin mengiyakan. Dia juga berjanji akan belajar balet
dan kembali secepatnya. Gurunya tersenyum mendengar hal itu.
Hyo-rin
menunggu gurunya di depan pintu keluar Imperial Palace dan secara tak
sengaja dia melihat Yeol keluar bersama Ibunya. Hyo-rin menghampiri dan
menyapa mereka. “Pacarmu sangat canti sekali” puji Hyo-rin. Yeol dan
Ibunya hanya senyum-senyum. Kemudian Yeol pun memperkenalkan mereka.
Tentu saja Hyo-rin tersenyum malu karna sudah salah menduga.
Tiba-tiba
guru balet Hyo-rin keluar dari tempat itu dan kaget melihat Ibu Yeol.
Ternyata mereka berdua saling mengenal. Guru Hyo-rin adalah adik kelas
Ibu Yeol. Guru Hyo-rin memuji penampilan Ibu Yeol yang sampai sekarang
tak berubah. Masih awet muda seperti dulu. Ibu Yeol tersenyum mendengar
pujian itu. Kemudian dia melihat ke arah Yeol.
“Kau
tampan sekali. Seperti seorang pangeran. Oh maaf, kau memang seorang
pangeran. Maafkan aku” kata Guru Hyo-rin. Ibu yeol berpamitan pergi
karna jemputannya sudah datang. Dia juga meminta Guru Hyo-rin untuk
merahasiakan kedatangannya ke Korea.
Sepeninggal
mereka, Guru Hyo-rin bercerita pada Hyo-rin tentang siapa Ibu Yeol dan
Yeol. Ibu Yeol harusnya jadi ratu seandainya saja suaminya tak mengalami
kecelakaan mobil dan meninggal. Sepeninggal suaminya, Yeol dan Ibunya
mengasingkan diri ke Inggris.
Di
istana, Ratu sedang berbicara dengan Sanggung-nya. Mereka membicarakan
tentang kemungkinan apakah Ibu Yeol sudah kembali ke Korea atau belum.
Sanggung-nya berkata, ada berita kalau Ibu Yeol sudah pulang ke Korea.
Hanya saja mereka belum menemukan bukti.
Di
kamarnya, Ratu membersihkan kaki suaminya. “Aku sudah jauh lebih baik
sekarang. Apa kau masih juga khawatir?” tanya Raja pada istrinya. “Tidak
Yang Mulia. Aku sudah lega keadaan anda sudah lebih baik. Ini karna
anak itu” jawab Ratu. “Anak itu?” tanya Raja agak bingung mendengar
keterangan Ratu. “Maksudku Hwi-seong. Setiap aku memikirkannya, aku
merasa khawatir. Tak sepatah katapun terucap selama 14 tahun ini dan
tiba-tiba dia datang saat keadaan Anda sakit seperti ini. Barusan aku
dengar Ibu Yeol juga sudah kembali ke Korea. Dan hal itu membuatku
merasa tak nyaman. Waktu berlalu dengan cepat dan anak-anak itu sudah
sama-sama tumbuh dewasa” kata Ratu.
Sementara
itu ditempat lain, para pengikut Ibu Yeol mengadakan upacara ritual
persembahan untuk mengenang mendiang Ayah Yeol. Sementara itu, Yeol dan
ibunya berada di sebuah ruangan dan berbicara berdua. Ibunya mengajak
Yeol untuk menemui para tetua yag sudah bersedia merawat makam Ayah Yeol
dengan baik. Sebelum mereka pergi, salah seorang dari tetua itu
menghampiri mereka. Yeol dan Ibunya pun berterimakasih pada mereka
semua.
Yeol
menyerahkan sapu tangan pada Ibunya. Ibunya berkata akan mengembalikan
semua yang seharusnya menjadi hak milik mereka yang selama ini tak
mereka dapatkan. Perlahan demi perlahan mereka akan melaksanakan rencana
yang telah mereka susun.
Di
istana, Chae-gyeong sedang makan berdua dengan Shin. Para pelayan
membantu melayani mereka berdua. “Apakah kita harus selalu makan seperti
ini tiap kali kita makan?” tanya Chae-gyeong. “Semuanya tergantung Omma
Mama (Yang Mulia Ibu). Untuk memakan makanan yang berbeda atau tidak.
Termasuk juga minumannya” jawab Shin. Chae-gyeong terlihat kecewa
mendengarnya. Shin bilang hari ini mereka akan menonton film bersama
Appa Mama (Yang Mulia Ayah). Chae-gyeong senang mendengarnya.
Chae-gyeong
bertanya kapan mereka akan menonton film. Shin bilang setelah makan
mereka akan langsung nonton film Chae-gyeong kecewa karna sebenarnya dia
berencana untuk istirahat setelah makan. Shin bilang, pertama, para
Tetua akan mengatakan sesuatu, setelah itu mereka semua akan menonton
film bersama-sama. Chae-gyeong kecewa mendengarnya.
Ternyata
setelah maan Chaegyeong malah disuruh belajar. Dia belajar dengan
diawasi oleh Choi Sanggung. Sementara itu, Shin bermain anggar. Dia
berhenti dan menelpon seseorang. Ternyata Shin menelpon Chae-gyeong.
Tapi saat Chae-gyeong hendak mengangkat telponnya, Choi Sanggung
membentak Chae-gyeong karna tak boleh bermain HP saat sedang belajar.
Chae-gyeong bilang, itu telpon dari Pangeran Shin. Barulah dia diijinkan
untuk mengangkat teleponnya.
Shin
berkata kalau Chae-gyeong harus bersiap-siap untuk memenuhi janji
menonton film dengan Raja. Setelah selesai latihan, Shin akan menjemput
Chae-gyeong. Agar mereka tak terlambat, Chae-gyeong harus bersiap-siap
sekarang. Chae-gyeong senang mendengarnya dan mengulang kata-kata Shin
di depan Choi Sanggung. Tentu saja Chae-gyeong senang, karna itu artinya
dia tak perlu belajar lagi. Hehehehe…..
Mereka
bertiga menonton Hwang Jin-i ! Chae-gyeong memandangi Shin. Tapi Shin
malah melotot. Mereka minum the bersama setelah selesai menonton. “Aku
penasaran akan apa yang dipikirkan oleh Bigung Mama tentang film itu”
kata Raja. Chae-gyeong yang hendak minum teh langsung meletakkan cangkir
teh-nya. “Hanbok kita sangat cantik. Kupikir Hanbok kita hanya punya
beberapa warna saja seperti merah, kuning dan hijau. Bagaimanapun juga,
setelah tinggal di istana dan mengenakannya hampir setiap hari membuatku
sadar, hal itu tak benar. Kita ini bukan orang yang sama seperti yang
lain. Kita ini orang yang berkelas. Benar begitu kan?” kata Chae-gyeong
panjang lebar.
Raja
tertawa senang mendengar perkataan Chae-gyeong. “Orang berkelas? Itu
sepertinya menarik..menurutmu bagaimana?” tanya Raja kemudian. “Bunga,
daun maple, pohon, langit, kunang-kunang…Itu semua adalah hal alami
dalam sebuah film” jawab Chae-gyeong. Raja senang mendengar kata-kata
Chae-gyeong. Kemudian bertanya apakah mereka perlu menonton film bersama
seminggu sekali? Chae-gyeong mencoba menjawab dengan bahasa yang sopan,
tapi sayang malah kata-katanya jadi aneh. Raja tertawa mendengar
kata-kata honorifik Chae-gyeong yang belepotan dan meminta Chae-gyeong
memakai kata-kata biasa saja. Chae-gyeong tersipu-sipu malu.
Hyo-rin
menelpon Shin. Dan saat menelpon, Chae-gyeong melewati Shin dan
tertegun mendengar Shin tertawa dengan seseorang melalui telepon.
Chae-gyeong masuk ke kamarnya. Dan memandangi Shin saat Shin masuk pula
ke kamarnya. Chae-gyeong menatap Shin dengan sedih. Kenapa Shin tak
pernah tertawa sesenang itu saat bersamanya.
Chae-gyeong
menghibur diri dengan menelpon keluarganya. Mereka senang sekali
mendengar Chae-gyeong menelpon hingga berebut telpon untuk bicara pada
Chae-gyeong. Tapi Chae-gyeong masih merasa sedih saat selesai menelpon.
“Kenapa
aku masih merasa kesepian? Ibu menjadi Ratu di dunia asuransi. Kami
takkan khawatir tentang kedatangan dept kolektor lagi. Kenapa aku masih
tak merasa bahagia mendengar itu semua? Setelah semua yang kulakukan
untuk mewujudkan semua ini. Ada apa sebenarnya. Kenapa masih ada
perasaan kosong dan kesepian ini?” bathin Chae-gyeong.
Chae-gyeong
keluar dari kamarnya. Begitu keluar dari kamar, dia tersenyum
memandangi Shin yang sedang termenung di pintu kamarnya sambil memeluk
teddy bear kesayangannya.
“Apa
yang sedang dilakukannya. Seorang pria dewasa tapi masih memeluk boneka
di tangannya seperti seorang anak kecil. Ekspresinya menunjukkan kalau
dia sedang berpikir tentang hal yang menyedihkan. Apakah ini semua karna
dia tak bisa menikahi orang yang disukainya? Jadi dia merasa kecewa
karnanya. Apa ini? Lalu dia anggap aku ini apa? Ini benar-benar
mengecewakan” bathin Chae-gyeong sambil menunduk sedih di depan
kamarnya.
Bersambung………….
0 komentar:
Posting Komentar