Ratu
mondar-mandir di kediamannya. Dia masih khawatir memikirkan keberadaan
Chae-gyeong. Ratu masih menunggu kabar dari Choi Sang-gung dan Park
Sang-gung. Beberapa saat kemudian Park Sang-gung datang. Dia membawa
kabar dari badan intelejen istana mengenai keberadaan Chae-gyeong. Badan
intelejen mengatakan, dari sumber yang bisa dipercaya, mereka melihat
Putri Mahkota pergi dari sekolah bersama seorang pria.
Di
rumah kaca, Yul dan Chae-gyeong sudah ada di dalam mobil. Tiba-tiba HP
Yul berbunyi. Ibu Yul yang menelpon. Dia bertanya dimana Yul sekarang.
Yul bilang kalau dia ada di rumah kaca di taman botani. Ibunya tahu Yul
sedang ada disana bersama Chae-gyeong.
Ibunya
tak mau tahu apa alasan Yul pergi berdua bersama Chae-gyeong. Tapi Yul
dan Ibunya harus tetap tenang. Mereka sudah memulai perangnya. Perang
yang tak tahu kapan berakhirnya dan tak bisa menjamin apa mereka bisa
menang atau tidak. Mereka harus selalu berjaga-jaga dan berhati-hati.
Mereka harus tetap terjaga saat musuh sedang terlelap. Meskipun seperti
ini, hal itu akan jadi perang yang sangat berat dan lama yang tak bisa
menjamin kemenangan mereka.
Itu
berarti kalau Yul tak punya waktu luang untuk bermain-main dengan
membawa gadis bodoh yang sekarang adalah istri dari sepupunya ke taman
botani. Istana sedang kacau karena Putri menghilang. Hal itu akan jadi
masalah uat Yul kalau mereka menemukan Yul bersama dengannya. Jadi Yul
harus segera pulang ke rumah sekarang juga.
Yul
bilang dia mengerti maksud Ibunya. Dan dia bilang dia akan segera
pulang. Chae-gyeong bertanya siapa yang menelpon. Tapi Yul hanya diam
saja.
Di
bandara Thailand, Shin kaget melihat dua orang pengawalnya ada di
depannya. Shin bertanya berapa lama waktu yang dia miliki. Mereka bilang
sekitar 30 menit. Mereka bilang sejujurnya waktunya sangat mepet untuk
konferensi pers-nya. Apalagi lalu lintas Bangkok terkenal buruk. Mereka
bilang mereka akan meminta bantuan kepolisian Thailand. Tiba-tiba
pandangan Shin terbentur pada sebuah motor balap.
Shin memacu motornya di jalanan di Thailand diiringi 2 pengawalnya yang setia menjaganya.
Di
tempat konferensi pers, Sekretaris Kim melaporkan pada Kasim Kong kalau
Shin dan pengawalnya sedang dalam perjalanan menuju kemari dengan naik
motor karena banyak jalan yang ditutup sehubungan dengan adanya
festival. Dan mereka akan sampai sekitar 10 menit lagi.
Panitia
acara datang dan mengatakan kalau waktu yang mereka miliki hanya
tinggal 5 menit saja. Kasim Kong akan mengambil alih jalannya acara
untuk sementara sambil menunggu kedatangan Shin.
Kasim
Kong mengatakan pada para hadirin, sebelum memulai wawancara, mereka
akan menunjukkan video tentang Putra Mahkota terlebih dahulu. Kasim Kong
memutar video tentang kebudayaan di Korea.
Sementara
itu, Shin terjebak di tengah keramaian festival. Mereka tak bisa lewat.
Jalanan di tutup karena banyak rakyat turun ke jalan mengikuti festival
tahunan itu. Para pengawalnya mencoba mencari jalan tapi tak ketemu.
Shin mengamati daerah di sekelilingnya. Kemudian dia melihat sebuah
sungai.
Di
tempat konferensi, Kasim Kong menunggu dengan gelisah. Sekretaris Kim
melaporkan kalau mereka terjebak di jalanan karena adanya perayaan
festival. Mereka mungkin tak bisa lolos dari sana sampai acara berakhir.
Mereka mungkin akan membutuhkan waktu sekitar 50 menit untuk sampai di
situ.
Shin
menuju ke sungai dengan salah seorang pengawalnya. Kemudian Shin naik
ke sebuah perahu dan menyusuri sungai. Tak berapa lama kemudian mereka
sudah sampai. Shin tersenyum senang karenanya. Shin mengucapkan
terimakasih pada gadis pengemudi perahu itu. Gadis itu tahu Shin
Pangeran dari Korea. Shin tersenyum sambil mengangguk.
Shin
naik ke darat. Tapi kemudian dia melepas jam tangannya dan
memberikannya kepada gadis itu. Awalnya gadis itu menolak. Tapi Shin
ingin gadis itu memiliki jam tangannya karena sudah menolongnya.
Akhirnya gadis itu pun menerimanya. Gadis itu juga memberikan sebuah
karangan bunga untuk Shin. Shin senang menerima pemberian itu.
Kasim
Kong menunggu dengan gelisah. Sekretaris Kim datang membawa kabar baik.
Shin baru saja tiba. Kasim Kong merasa lega karenanya. Panitia acara
mengatakan waktu yang tersisa hanya 1 menit.
Yul
dan Chae-gyeong tiba di istana. Choi Sang-gung dan kedua dayang
setianya berlari menyambut kedatangan Chae-gyeong. Chae-gyeong turun
dari mobil dengan lesu. Apalagi dia juga melihat Sang-gung Ratu yang
berdiri di sebelah Choi Sang-gung. Choi Sang-gung mengatakan kalau Ratu
sedang menunggu Chae-gyeong sekarang.
Kasim
Kong sedang membantu Shin bersiap-siap. Shin bercerita kalau dia baru
saja beraksi layaknya sebuah film aksi. Judulnya ‘Ong Bak Ga Onr Li’.
Kasim Kong memandangi Shin. Dia tak mengerti apa maksud Shin.
Konferensi
Pers pun di mulai. Tepuk tangan dan lampu blitz mengiringi kedatangan
Shin di ruang konferensi. Shin membawa topeng pemberian Hyo-rin dan
meletakkannya di sampingnya. Shin mengatakan, Republik Korea dalam
bahasa Thai adalah “Ga Onr Li”. Ga Onr Li dalam bahasa Korea berarti
terhormat dan indah. Shin datang dari sebuah Negara yang terhormat dan
indah. Shin berasal dari Negara yang terhormat dan indah dan merasa
senang bisa datang ke Negara Thailand yang punya sejarah yang panjang
dan bunga yang indah, katanya sembari memperlihatkan karangan bunga yang
didapatnya dari gadis perahu..
“Putri,
apa kau tak punya otak? Semua orang punya aturan sendiri dalam
hidupnya, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak. Seorang murid
harus melaksanakan tugasnya sebagai murid. Seorang prajurit juga harus
melaksanakan tugasnya sebagai prajurit. Apa kita harus melalaikan tugas
kita sendiri?” hardik Ratu di kediamannya. Chae-gyeong hanya menggeleng
sambil tertunduk. Yul duduk di kursi disampingnya.
“Keluarga
Kerajaan punya aturan sendiri yang disebut hukum. Dan orang tak bisa
seenaknya melanggar hukum itu. Hukum itu dibuat untuk dipatuhi secara
serius. Apa kau mengerti?” lanjut Ratu. Chae-gyeong hanya mengangguk.
“Kenapa
kau buat aku khawatir sepanjang hari?!” omel Ratu. Chae-gyeong hanya
bisa meminta maaf untuk kesalahannya itu. Yul mencoba membela
Chae-gyeong. Tapi Ratu ingin agar Yul tak ikut campur untuk membela
Chae-gyeong. Yul bilang dia yang mengajak Chae-gyeong. Chae-gyeong ingin
minta ijin pada awalnya. Tapi Yul bilang itu tak perlu dan langsung
mengajak Chae-gyeong pergi begitu saja.
“Hwi-seong
Gun, Putri adalah calon ibu Negara. Meskipun aku tak tahu bagaimana
cara orangtua putrid mendidiknya, atau bagaimana cara dia hidup, dia
harus mematuhi hokum istana karena dia menikah dengan keluarga kerajaan.
Apa kalian mengerti?” tambah Ratu.
Chae-gyeong
hanya bisa mengangguk. Hanya itu yang bisa dilakukan oleh Chae-gyeong.
Ratu minta agar Chae-gyeong lebih bisa mengendalikan dirinya. Itulah
yang harus dimiliki oleh seorang keluarga kerajaan. Chae-gyeong harus
ingat hal itu dan menyimpannya dalam hati. Tiba-tiba seorang dayang
melaporkan kalau Ibu Suri sedang menunggu Ratu.
Sebelum
Ratu beranjak pergi, dia mengatakan pada Chae-gyeong kalau Chae-gyeong
tak boleh pergi sebelum menerima perintah darinya. Ratu ingin
Chae-gyeong memikirkan lagi kesalahan yang sudah dibuatnya.
Chae-gyeong
kembali ke kediamannya. Yul mengikuti di belakangnya. Dua orang dayang
Chae-gyeong juga ikut kembali bersama Chae-gyeong. Yul meminta maaf.
Chae-gyeong hanya tersenyum kemudian membalikkan badan dan masuk ke
kediamannya. Yul memandangi kepergian Chae-gyeong dengan sedih.
Saat
Chae-gyeong masuk, ternyata keluarganya ada di dalam. Tentu saja
Chae-gyeong terkejut. Tapi dia merasa senang mereka semua ada disitu.
Tangis Chae-gyeong pecah di pelukan ibunya. Chae-gyeong memeluk ayah,
ibu dan adiknya satu persatu sambil menangis. Kemudian mereka saling
berpelukan. Kedua dayang Chae-gyeong ikut menangis menyaksikan kejadian
itu.
Kasim
Kong melayani Shin sambil membacakan puisi lama. Dia bilang dia merasa
sangat khawatir saat menunggu kedatangan Shin tadi. Kasim Kong minta
agar situasi seperti itu tak terjadi lagi. Kalau hal itu terjadi lagi,
Kasim Kong tak tahu berapa lama dia bisa bertahan hidup. Shin mengerti.
Dia akan mencatatnya baik-baik.
“Kau
pernah bilang kalau aku ini adalah langit, kan? Tapi bagiku, kau adalah
langitku. Kau tak perlu memakai kata-kata formal karena kita sama
posisinya. Semuanya sudah berakhir sekarang. Pergilah dan istirahatlah.
Kau pasti sangat lelah. Aku juga lelah” kata Shin. Kasim Kong mengiyakan
perkataan Shin.
Di
apartemen, Ibu Yul menyiapkan camilan dan teh untuk mereka berdua.
“Ibu, kumohon jadikanlah aku sebagai Raja” ungkap Yul tiba-tiba. Ibunya
kaget mendengar ungkapan hati Yul itu.
Chae-gyeong
keluar dari kediamannya. Dia bertanya pada dayangnya apa matanya
terlihat bengkak? Dayangnya tersenyum dan mengatakan, mata Chae-gyeong
memang bengkak. Tapi Chae-gyeong masih terlihat cantik. Kemudian
Chae-gyeong kaget saat melihat kedua mata dayangnya yang juga seperti
habis menangis. Chae-gyeong tanya kenapa mata mereka. Mereka gugup
menjawabnya.
Saat
keluar dari kediamannya, Yul sudah menunggu di luar. Yul bertanya apa
Chae-gyeong baik-baik saja. Chae-gyeong bilang kalau dia tak apa-apa.
Yul bertanya apa Shin sudah menghubungi Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya
menggeleng. Yul bilang wajah Chae-gyeong terlihat kurus. Chae-gyeong
malah senang mendengarnya. Itu berarti program dietnya berhasil.
Chae-gyeong
tak percaya kalau dietnya berhasil. Dia sudah mencoba berbagai macam
diet dan baru sekarang dia berhasil. Chae-gyeong tertawa senang
karenanya. Tiba-tiba Yul datang mendekat dan memegang pipi Chae-gyeong.
“Itulah Chae-gyeong yang sebenarnya. Aku senang melihatmu tertawa
seperti ini. Aku akan ada disisimu selamanya hanya untuk membuatmu
tersenyum. Jangan lupakan itu” ungkap Yul.
Chae-gyeong
mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia bilang Pangeran William akan
datang besok. Pangeran yang diimpikan banyak gadis remaja. Chae-gyeong
bilang bahasa Inggrisnya sangat kacau. Bisakah Yul menemaninya menyambut
Pangeran William. Yul bilang dia akan melakukannya. Chae-gyeong
tersenyum senang. Kemudian dia meraba pipinya sendiri.
Di
sebuah rumah sakit anak. Hye-jeong, Ibu yul melakukan kegiatan amal
teman baik ayah Shin meliput kejadian itu. Untuk disebarkan lewat media
cetak yang dimilikinya.
Ibu
Suri dan Ratu sedang membaca Koran hari itu. Kemudian Ibu Suri berkata
kalau Hye-jeong ada di Koran melakukan kegiatan amal untuk membantu
anak-anak yang sakit. Ratu terlihat tak suka dengan berita itu.
Kemudian, salah seorang dayang senior yang selama ini selalu membela
Hye-jeong dan Yul bilang, sejak muda, Hye-jeong memang seperti itu. Dia
sangat peduli dengan orang-orang di sekitarnya.
Ibu
Suri membenarkan, Hye-jeong memang yang paling peduli dengan kegiatan
amal. Tapi Ratu kurang setuju dengan pendapat itu. Ratu bilang, orang
yang paling peduli dengan kesejahteraan orang lain adalah Ibu Suri.
Mengasuh anak-anak. Menangani orang-orang jompo, mengatasi kesejahteraan
penduduk, Ibu Suri tak pernah lalai menjaga mereka semua. Ibu Suri
tersipu-sipu malu mendengar pujian Ratu.
Ibu
Suri bilang, dia hanyalah orangtua yang punya banyak waktu luang, jadi
dia melakukan hal itu. Itulah kenapa dia merasa hal itu bukanlah hal
yang spesial. Ibu Suri bilang, bukankah Ratu juga terlibat kegiatan
amal. Park Sang-gung yang menjawabnya untuk Ratu. Ratu memang terlibat
dalam kegiatan amal. Menjaga single parent, menjaga wanita dan anak-anak
yang terlantar, dll. Dan Ratu melakukan hal itu dengan diam-diam.
Ibu
Suri bilang, kegiatan amal itu adalah kewajiban mereka sebagai bagian
dari keluarga kerajaan. Ibu Suri lebih senang dengan apa yang dilakukan
Ratu. Melakukan kegiatan amal tapi dengan diam-diam. Ratu senang
mendengar pujian Ibu Suri. Dayang yang terus membela Hye-jeong terlihat
tak suka mendengar hal itu.
Tapi
kemudian Ibu Suri berkata, apa yang dilakukan Hye-jeong juga bagus.
Walaupun dia sudah keluar dari anggota keluarga kerajaan, tapi dia masih
mau melakukan kegiatan kemanusiaan dan membawa nama baik kerajaan. Hal
seperti itu harus sering dilakukan. Ratu terlihat muram mendengarnya.
Sementara
itu, Raja sedang mengamati beberapa foto. Fotonya bersama Hye-jeong.
Tiba-tiba Raja mendengar pengumuman kalau Ratu tiba. Dengan buru-buru
Raja memasukkan foto itu ke dalam lacinya dan pura-pura sedang sibuk
menulis. Ratu datang untuk mengingatkan Raja untuk meminum obatnya. Raja
bilang dia akan segera meminum obatnya. Saat Raja mendekati Ratu, Raja
bertanya, kenapa wajah Ratu terlihat tak begitu baik. Ratu tersenyum.
Ratu berkata kalau dia tak apa-apa.
Ratu
bertanya pada Raja, apa Raja pernah mendengar berita tentang kegiatan
amal yang dilakukan oleh Hye-jeong. Hye-jeong sudah lama meninggalkan
istana. Tapi tiba-tiba dia muncul dan membuat dirinya ada dimana-mana.
Semuanya terlihat aneh. Ratu khawatir tentang Ibu Suri yang selalu
memandang baik pada Hye-jeong. Suatu saat, mungkin Ibu Suri akan
berbalik membela Hye-jeong.
Raja
berkata, mungkin Ibu Suri hanya merasa bersalah setelah apa yang
terjadi pada Hye-jeong selama 14 tahun ini. Dilihat dari sudut pandang
keluarga kerajaan, bukankah tak ada yang kasihan akan kepergian mereka.
Raja meninggalkan Ratu yang masih terus memikirkan kehadiran Hye-jeong.
Ratu bertanya apa Shin melakukan semuanya dengan baik. Raja bilang Shin melakukannya dengan baik meskipun dia jauh dari istana.
Raja
menyambut kedatangan Pangeran William. Raja ditemani Ibu Suri, Ratu
dan juga Chae-gyeong tentunya. Ratu berkata kalau Pangeran William
selalu merasa tertarik dengan kebudayaan tradisional Korea. Jadi Ratu
telah mempersiapkan beberapa pertunjukkan tradisional untuk menjamu
Pangeran William.
Pangeran William
sangat menghargai apa yang sudah Ratu siapkan dan dia merasa sangat
berterimakasih karenanya. Ibu Suri mengatakan kalau Putri akan menemani
Pangeran William sepanjang hari. Pangeran William memandang Chae-gyeong.
Dia bilang kalau dia menyaksikan pernikahan Chae-gyeong yang indah
melalui TV. Pangeran William bilang, Chae-gyeong lebih cantik dari yang
di TV. Chae-gyeong tersipu-sipu malu mendengar pujian itu.
Chae-gyeong
menemani Pangeran William berkeliling istana dan menjelaskan bagian
istana satu persatu. Lalu tiba-tiba Pangeran William berseru senang
karena melihat Yul. Mereka berpelukan. Ternyata keduanya sangat akrab.
Chae-gyeong terbengong-bengong melihat keakraban mereka. Pangeran
William mengatakan kalau mereka berdua sudah seperti saudara.
Raja
membaca surat yang dibawa oleh Pangeran William dari Inggris. Semacam
surat kerjasama yang diwakilkan pada Pangeran William. selesai acara,
Chae-gyeong dan Yul mengantar kepergian Pangeran William untuk
beristirahat.
Yul bertanya apa Shin sudah menelepon Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya bisa menggeleng dengan lesu.
Hari
itu rombongan Shin meninggalkan penginapan yang dekat dengan tempat
konferensi pers. Di saat yang sama, Chae-gyeong ditemani Yul menemani
dan menjamu Pangeran William. Disela-sela pertemuan itu, Chae-gyeong
masih sempat mencoba untuk menghubungi Shin.
Chae-gyeong
baru saja berganti memakai Hanbok. Dia duduk di beranda kediamannya.
Yul datang menghampiri dan bertanya apa Chae-gyeong sangat merindukan
Shin. Chae-gyeong bilang dia kangen Shin. Tapi dari pertama berangkat
sampai sekarang, Shin sama sekali tak pernah menghubunginya. Chae-gyeong
sedih karenanya.
Yul
bilang, Chae-gyeong pernah bilang padanya. Kalau Yul yang bertemu
duluan dengan Chae-gyeong, mungkin Chae-gyeong akan menyukainya. Jika
kecelakaan itu tak terjadi, atau jika Raja tak wafat, jika seperti itu,
mungkin mereka…Yul tak sempat melanjutkan kata-katanya karena Pangeran
William muncul kembali. Mereka melanjutkan untuk menjamu Pangeran
William.
Kasim
Kong menghampiri Shin yang mencoba untuk menghubungi seseorang. Kasim
Kong mengatakan kalau Chae-gyeong beberapa kali menelepon hari ini.
Kasim Kong bilang pada Shin agar melakukan apa yang ada di pikiran Shin.
Hal itu akan membuat Shin merasa sennag.
Di
istana, Chae-gyeong menjamu Pangeran William dengan sajian musik
tradisional. Chae-gyeong yang memang berbakat dalam hal kesenian
melakukan hal itu dengan baik. Pangeran William merasa puas dengan
jamuan yang disuguhkan oleh Keluarga Kerajaan. Pangeran William merasa
sangat tertarik dengan Seul-geum (seruling) yang dimainkan oleh
Chae-gyeong saat menjamunya.
Chae-gyeong
duduk berdua bersama Yul di sebuah ruangan. Chae-gyeong merasa senang
karena semua sudah berakhir dan berjalan dengan lancer. Chae-gyeong
berterimakasih pada Yul, karena kalau Yul tak membantunya, hasilnya
pasti takkan sebaik ini.
Yul
bilang dia tak melakukan banyak hal untuk membantu Chae-gyeong. Tapi
Chae-gyeong bilang Yul sudah membantu banyak hal. Bahkan suaminya malah
sama sekali tak membantunya. Yul selalu membantunya. Yul tersenyum
senang mendengarnya. Kemudian Yul menyerahkan sekotak coklat untuk
Chae-gyeong. (Kyaaaaa……serasa valentine. Coz itu coklat yang biasa
dikirim dari sana by my hubby kalau valentine!). Yul bilang dia tahu
kalau Chae-gyeong tak makan siang ini. Chae-gyeong hanya minum air.
Chae-gyeong senang dengan perhatian Yul. Yul menyerahkan satu coklat
pada Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia akan memakannya nanti.
“Punya
teman sebaik kau yang tak pernah mengharap imbalan apapun, membuatku
sangat nyaman” ucap Chae-gyeong. Yul bilang, dia bukan tak mengharap
imbalan appaun. Chae-gyeong tak mengerti maksud Yul. “Meskipun aku bukan
suamimu sekarang, tapi aku pernah menjadi tunanganmu” jelas Yul.
Chae-gyeong makin tak mengerti.
“Orang
yang pertama kali dijodohkan denganmu itu bukan Shin tapi aku. Meskipun
hal itu berubah setelah kematian Ayahku. Tapi aku berharap kau kan
ingat bahwa meskipun semuanya tak mungkin jadi kenyataan, jika saja
tkadir tak mempermainkan kita, suamimu sekarang pasti bukan Shin. Tapi aku” jelas Yul. Chae-gyeong hanya bisa memandangi Yul dan terdiam.
Chae-gyeong
kembali ke kediamannya dan para dayang juga Choi Sang-gung sedang
menyiapkan makanan untuknya. Choi Sang-gung memperhatikan Chae-gyeong
yang tak berselera makan. Choi Sang-gung bertanya, apakah makanannya tak
cocok bagi Chae-gyeong. Apakah Chae-gyeong ingin makan sesuatu yang
lain. Tapi Chae-gyeong hanya diam. Dia terus memandangi kursi Shin di
depannya yang kosong.
Chae-gyeong
meletakkan sumpitnya dan bilang kalau dia sudah selesai makan. Kedua
dayangnya cemas melihat keadaan Chae-gyeong. Choi Sang-gung apalagi.
Tapi Chae-gyeong bilang dia seperti itu karena mungkin Chae-gyeong grogi
menghadapi kedatangan Pangeran William. Chae-gyeong ingin istirahat
sekarang.
Raja
sedang sendirian di lapangan istana. Tiba-tiba datang Hye-jeong
menghampirinya. Raja menanyakan kabar Hye-jeong dan Hye-jeong malah
mengajak Raja jalan-jalan. Hye-jeong bilang ini hari yang cerah. Tak ada
salahnya menikmati sinar matahari.
Raja
dan Hye-jeong pergi ke suatu tempat. Raja bilang kalau dia khawatir
dengan keadaan Hye-jeong dan Hwi-seong. Mereka pasti melewati saat-saat
yang sulit karena harus tinggal di Negara asing. Raja merasa malu
menghadap mendiang kakaknya (suami Hye-jeong).
“Kau
tahu kenapa aku kembali?” tanya Hye-jeong. Raja memandang Hye-jeong.
“Ini adalah saatnya. Tolong kembalikan gelar asli yang seharusnya jadi
milik Putra Mahkota Hyo-yeol (Ayah Yul)” pinta Hye-jeong. “Gelar asli?”
tanya Raja tak mengerti. “Maksudku adalah gelar milik Raja yang sudah
meninggal sebelummu” jelas Hye-jeong.
“Sebenarnya, rasa berkabung untuk Raja yang sudah meninggal, aku
juga sedang memikirkannya. Tapi ini topik yang sangat sensitif. Politik
yang berbicara. Harus melalui prosedur yang jelas dan butuh untuk di
diskusikan. Ini bukanlah sesuatu yang bisa kuputuskan sendiri” kata Raja
sambil berbalik hendak meninggalkan Hye-jeong.
“Oppa”
panggil Hye-jeong tiba-tiba. “Maafkan aku, Oppa” lanjut Hye-jeong. Raja
merasa panik. Dia melihat kesekelilingnya. “Kakak ipar,!
Bukan…Hye-jeong. Tolong jangan seperti ini” pinta Raja. “Waktu yang
berlalu seperti sebuah kebohongan saja. Berapa banyak musim gugur
seindah sekarang datang dan pergi. Untuk kerinduanku, aku sudah
menyentuh, mendaki, berputar dan terluka. Hidup seakan tak berarti. Tapi
semua itu memang harus berlalu, kan?” kata Hye-jeong.
“Kenapa
aku begitu bodoh? Waktu itu, perasaanku pada Oppa memang
sungguh-sungguh” ungkap Hye-jeong. Raja tak tahu harus berkata apa lagi.
Jadi dia hanya bisa diam.
Raja
sedang termenung sendirian. “Yang Mulia, apa yang sedang anda lakukan
disini?” tanya Ratu yang tiba-tiba datang. Raja menghampiri Ratu. “Ini
saatnya anda minum obat. Aku sudah mencari anda daritadi” kata Ratu.
Ratu bertanya apa yang sedang Raja lakukan disini. Raja bilang dia habis
jalan-jalan. Ratu tersenyum dan berkata, “Ya. Ini memang musim gugur
yang indah”. Raja melangkah pergi. Ratu mengikutinya. Tapi tiba-tiba
Ratu berhenti melangkah. Dia melihat seseorang berjalan pergi
meninggalkan tempat itu. Seseorang yang Ratu kenal dengan baik. Yang
membuat raut wajah Ratu berubah kecewa. Hye-jeong.
Chae-gyeong
ada di atas tempat tidur. Tapi dia tak bisa tidur. Choi Sang-gung masuk
ke dalam dan mengajak Chae-gyeong minum teh. Choi Sang-gung melihat
Chae-gyeong memukuli bantal Shin dengan kesal. Choi Sang-gung memandangi
Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya nyengir malu. Kemudian merapikan
rambutnya yang berantakan.
“Eonni,
apa kau masuk ke istana dengan memakai tes? Aku mendengar dari
Sang-gung yang lain kalau dibutuhkan tes untuk masuk ke istana” tanya
Chae-gyeong kemudian. Choi Sang-gung membenarkan kata-kata Chae-gyeong.
Chae-gyeong bilang, brarti Choi Sang-gung pasti belajar dengan giat
untuk lulus tes. Tapi Chae-gyeong masih tak mengerti kenapa mereka tak
boleh pulang ke rumah dan tak boleh menikah. Mereka harus bekerja keras
disini, tidakkah itu terlalu kejam?
Choi
Sang-gung bilang, mereka memang akan mengabdikan dirinya sepanjang
hidup mereka demi keluarga kerajaan. Itulah kenapa mereka masuk ke
istana. Kami merasa beruntung karena bisa melayani keluarga kerajaan.
Chae-gyeong memuji dan menghargai para Sang-gung dengan tujuan mulia
mereka.
Dua
dayang Chae-gyoeng masuk ke dalam dan membawakan sesuatu untuk
Chae-gyeong. Choi Sang-gung bilang, mereka bertiga khawatir sejak
Chae-gyeong sama sekali tak mau
makan apa-apa. Choi Sang-gung meminta Chae-gyeong memakan apa yang tadi
di bawa kedua dayangnya sebelum dia melaporkannya pada para tetua.
Chae-gyeong
bertanya apa itu. Choi Sang-gung bilang, dia lihat Chae-gyoeng terlihat
agak kurus beberapa hari belakangan ini. Jadi dia menyiapkan obat
herbal untuk Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia paling tidak suka
dengan obat herbal Korea. Chae-gyeong bilang dia akan meminumnya nanti.
Tapi Choi Sang-gung menegaskan kalau Chae-gyeong harus meminumnya
segera.
Choi
Sang-gung menegaskan, Chae-gyeong itu calon ibu Negara. Tapi
Chae-gyeong bilang, dia merasa dia tak berguna di masa depan. Ibu Negara
di masa depan. Untuk seseorang yang tak berguna seperti dia. Choi
Sang-gung mengatakan, tinggal ambil saja posisi itu, dia akan mengajari
Chae-gyeong selama itu hingga tiba saatnya Chae-gyeong mendapatkan
posisinya sebagai ibu Negara. Untuk mempersiapkan Chae-gyeong sebagai
seorang Ratu. Selama itu, Chae-gyeong akan melaksanakan upacara menuju
kedewasaan dam Chae-gyeong akan jadi Ratu, dari anak-anak yang
dilahirkan yang akan menjadi pewaris tahta kerajaan.
“Apa?
Ibu….Ibu….Apa kau bilang, aku akan jadi seorang Ibu?” tanya Chae-gyeong
bingung. “Saat usia kalian berdua cukup, keluarga kerajaan dan
orang-orang Korea akan menunggu kehadiran kelahiran anak-anak keluarga
kerajaan. Keluarga kerajaan cenderung menginginkan anak lahir secepatnya
daripada keluarga biasa. Hal itu berlangsung tak lama lagi. Mereka
sedang membicarakan, kapan Shin dan Chae-gyeong tidur sekamar.
Chae-gyeong terbelalak mendengar penuturan Choi Sang-gung.
Shin
sudah ada di dalam pesawat yang terbang menuju Korea. Shin duduk sambil
membaca Koran Thailand yang meliput kedatangannya ke Thailand. Kasim
Kong mengatakan kalau Shin pasti senang bisa mengunjungi Negara dengan
kebudayaan dan keindahan yang alami dengan reaksi yang positif dari
kedua belah pihak.
Shin
hanya diam. Kasim Kong memperhatikan Shin. Ternyata Shin asyik melamun
sendiri. Dia sibuk dengan laptopnya. Tapi tatapan matanya menerawang
entah kemana. Kemudian Kasim Kong bertanya dimana jam tangan Shin. Shin
bilang kalau dia memakainya untuk membayar seseorang.
Chae-gyeong
demam. Dua orang dayangnya menjaganya sepanjang malam hingga pagi
harinya mereka tertidur karena kelelahan. Chae-gyeong terbangun saat
sinar matahari masuk ke dalam kamarnya.chae-gyeong bangun dengan
pelan-pelan agar tak mengganggu istirahat kedua dayang setianya itu.
Chae-gyeong
melangkah keluar kediamannya. Dia berdiri di sebelah bangku yang biasa
dipakainya untuk ngobrol berdua bersama Shin. Karena bosan, Chae-gyeong
pun melangkah masuk ke dalam. Dia kaget saat sudah sampai di pintu
kediamannya. Seseorang yang selama ini dirindukannya ada disana. Shin
sudah pulang dan dia langsung pergi ke kediaman Chae-gyeong!
“Ada
apa? Apa kau sakit? Atau kau ada diluar untuk menyambut kedatanganku?
Kalau begitu biarkan aku melihat wajahmu” kata Shin sambil melangkah
mendekati Chae-gyeong. “Berhenti disitu!” teriak Chae-gyeong. Shin malah
semakin mendekat padanya hingga membuat Chae-gyeong berteriak semakin
keras untuk melarang Shin semakin mendekat.
“Jika
kau melangkah lebih dekat lagi, aku akan memukulmu” ancam Chae-gyeong.
Matanya sudah mulai memerah. “Menyedihkan sekali. Kenapa kau tak
mengijinkan suamimu yang baru saja pergi jauh untuk mendekat padamu”
kata Shin. Chae-gyeong hanya melirik sebentar ke arah Shin.
“Apa
kau tak pernah nonton drama di TV? Saat seperti ini, harusnya kau tak
berkata apa-apa. Kau hanya perlu berlari ke dalam pelukan suamimu” kata
Shin. “Melihatmu membuatku kehilangan selera makan. Kau hanya mengurusi
urusanmu sendiri. Kau benar-benar egois. Kau tak peduli perasaan orang
lain. Kau orang paling egois sedunia” maki Chae-gyeong. Chae-gyeong
menangis tertahan.
Shin
mencoba mendekati Chae-gyeong. Chae-gyeong mencoba menahan tangisnya.
Shin memegang bahu Chae-gyeong. Chae-gyeong mulai terisak. Shin meraih
tubuh Chae-gyeong ke dalam pelukannya. “Aku tahu. Kupikir lain kali,
kita akan pergi bersama. Tangis Chae-gyeong pun pecah. Dia menangis
dipelukan Shin.
Keuda
dayangnya yang ternyata sudah terbangun melihat kejadian itu dan ikut
bahagia untuk Chae-gyeong. Begitu juga dengan Kasim Kong dan Choi
Sang-gung yang turut menyaksikan dengan senyum tersungging dibibir
mereka.
Shin
membawakan oleh-oleh untuk kerajaan dari Thailand. Semuanya sangat
senang menerimanya. Ibu suri berkata kalau Shin pasti sulit menghadapi
iklim di Negara yang panas seperti Thailand. Kasim Kong pasti juga sulit
selama disana. Kasim Kong senang dengan perhatian Ibu Suri.
Ratu
berkata, dia ikut senang karena media di Thailand menyambut positif
kedatangan Pangeran. Untuk kerjasama di masa endatang dengan Thailand,
Shin akan mengemban tugas itu sebagai bagian tanggungjawabnya. Raja juga
mengucapkan terimakasih karna Shin melaksanakan tugasnya dengan baik.
Shin bilang, dia hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh
seorang Pangeran. Shin bilang dia melakukan hal itu tak sendiri. Dia
melakukannya karna dia mendapat bantuan dari ‘surga’.
Mereka
tak mengerti apa maksud Shin. Tapi Shin tersenyum penuh arti sambil
memandang ke arah Kasim Kong. Ibu Suri memandang ke arah Kasim Kong. Dia
mengerti apa yang dimaksud oleh Shin.
Hyo-rin
menemui Ibu Yul lagi. Ibu Yul bertanya apa Hyo-rin punya masalah?
Karena hampir seharian Hyo-rin ada disini, tak bisa tidur dan berlatih
yoga. Hyo-rin berkata, Ibu Yul pernah bercerita tentang Camilla. Jadi
Hyo-rin meminta Ibu Yul bercerita lagi tentang Camilla dan
memberitahukan padanya bagaimana cara untuk menjadi teman dari keluarga
kerajaan.
Yul
masuk ke dalam dan senang ada Hyo-rin disitu. Yul duduk disamping
ibunya dan bertanya apa ibunya sudah membaca Koran hari ini. Di Koran
terdapat berita tentang peringatan upacara kematian Pangeran Hyo-yeol,
ayah Yul. Yul menawarkan apa Hyo-rin mau minum teh atau yang lainnya.
Yul akan membuatnya untuk Hyo-rin.
Ibunya
bertanya kenapa Yul baik sekali pada Hyo-rin. Yul bilang kalau Hyo-rin
itu manajer. Ibunya tak tahu apa maksud Yul. Kemudian Hyo-rin
menjelaskan, kalau dia Cuma manajer kecil di sebuah klub berkuda tempat
Yul dan Shin berlatih berkuda.
Hyo-rin
bercerita kalau anggota keluarga kerajaan juga bagian dari klubnya.
Shin presiden klub dan dia manajernya. Yul bilang kalau dia dan
Chae-gyeong adalah anggota baru di klub itu. Ibu Yul tak tahu kalau
Putri Mahkota juga ikut ke klub itu. Hyo-rin bilang banyak yang tak
suka. Tapi Hyo-rin memperjuangkan agar Chae-gyeong masuk ke dalam
anggota klubnya. Bagaimana mungkin seorang anggota keluarga kerajaan tak
bisa jadi bagian dari sebuah klub berkuda milik kerajaan.
Seperti
biasanya, Jang-gyeong yang mengantar Hyo-rin pulang ke rumahnya. Saat
Hyo-rin hendak turun, Jang-gyeong bertanya apa Hyo-rin sudah memperjelas
perasaanya dengan Shin. Hyo-rin tak tahu apa yang coba dikatakan oleh Jang-gyeong.
“Kau
dan Shin… Hubungan antara kalian berdua, apa kau tak mengerti juga.
Bukankah kalian melewatkan liburan bersama dengan baik?” kata
Jang-gyeong. “Liburan bersama?” tanya Hyo-rin. “Ya, benar. Shin harus
berpikir tentang hal ini juga. Dia pasti sudah menyadari perasaannya
sekarang. Teman dari keluarga kerajaan atau apapun, kupikir aku tahu apa
yang akan kau perbuat. Tapi aku tak ingin hidupmu jadi membingungkan”
ungkap Jang-gyeong.
“Jadi
kau memperingatkan aku sekarang?” tanya Hyo-rin dengan sinis. “Ya. Aku
mencoba memperingatkanmu. Shin sudah menikah. Permainan selesai. Kalau
ka uterus seperti ini, kau akan dapat masalah dan mungkin akan melukai
dirimu sendiri.” Tambah Jang-gyeong. Hyo-rin tak mau mendengar ocehan
Jang-gyeong lagi. Jadi dia segera turun dari mobil Jang-gyeong dan masuk
ke dalam rumah.
Shin
masuk ke kamarnya dan pandangannya tertuju pada teddy bearnya. Dia
tertawa senang melihat teddy bearnya yang sekarang memakai baju dan
celana, hasil kreasi Chae-gyeong.
Kasim
Kong masuk ke dalam kamar Shin dan membawa sesuatu. Shin bertanya dan
tak tahu apa itu. Kasim Kong bilang itu hadiah untuk Putri. Shin
menghadiahkan banyak oleh-oleh untuk para tetua, jadi Kasim Kong
mempersiapkan hadiah kecil untuk Putri. Shin berkata agar Kasim Kong
meletakkan saja hadiah itu di kamar Chae-gyeong. Tapi Kasim Kong berkata
lebih baik Shin memebrikannya langsung. Karna Shin tlah meninggalkan
Chae-gyeong sendirian, tak ada salahnya sekarang Shin membawa hadiah itu
sebagai ucapan permintaan maafnya. Hal itu akan lebih baik untuk
hubungan suami istri di antara mereka.
Shin
berkeras kalau dia merasa tak perlu meminta maaf pada Chae-gyeong. Tapi
dia bilang dia mengerti. Dia akan memberikan hadiah itu secara langsung
pada Chae-gyeong. Hadiah itu ternyata sebuah kalung dengan hiasan
sebuah mahkota berwarna biru.
Shin
masuk ke dalam kamar Chae-gyeong. Dia melihat bantal-nya dengan raut
mukanya yang marah, jadi dia membalik bantal itu agar yang terlihat sisi
yang tersenyum. Dia meletakkan hadiah itu di atas kasur Chae-gyeong dan
bersembunyi saat mendengar Chae-gyeong pulang bersama kedua dayangnya.
Chae-gyeong baru saja mengambil bunga yang akan dijadikannya sebagai
hiasan di kamarnya. Dengan sembunyi-sembunyi Shin mencoba keluar dari
kamar Chae-gyeong.
Shin
berhasil keluar, tepat pada saat itu, Chae-gyeong hendak mencari
gunting untuk memotong bunga-bunganya. Saat mencari gunting itulah dia
melihat hadiah dari Shin. Dia membukanya dan merasa senang sekali
menerima hadiah itu.
Dengan
gembira, Chae-gyeong masuk ke dalam kediaman Shin sambil membawa bantal
Shin-nya. Shin sedang asyik membaca. Chae-gyeong mengucapkan
terimakasih atas pemberian Shin. Kalung itu sangat cantik. Chae-gyeong
sangat menyukainya. Kalung itu berkelap-kelip. Apa itu berlian? Kalung
itu pasti sangat mahal. Shin sama sekali tak bereaksi. Dia masih asyik
membaca.
Kemudian
Chae-gyeong meminta Shin memakaikan kalung itu. Dengan tertawa sinis
Shin bilang, kalau Kasim Kong lah yang membawakan hadiah itu untuk
Chae-gyeong. Jadi kenapa Chae-gyeong tak meminta Kasim Kong untuk
memakaikan kalung itu. Chae-gyeong kesal mendengar kata-kata Shin.
Chae-gyeong
yang kesal pulang ke kediamannya, masuk ke kamarnya dan mulai
melampiaskan kekesalannya dengan memukuli bantal Shin sepuasnya.
Bersambung………………
0 komentar:
Posting Komentar