Pagi
hari di istana, Ibu Suri, Raja dan Ratu sedang sibuk membicarakan berita
yang muncul di Koran. Kebanyakan mereka meliput tentang kedatangan Ibu
Yeol. Ibu Suri merasa kesal kenapa Ibu Yeol datang tanpa memberitahunya
terlebih dahulu. Raja malah berkata tak ada salahnya mereka kembali
setelah hidup sekian lama di Negara asing. Sambutlah mereka dengan
hangat sebagai bagian dari anggota keluarga kerajaan.
Ibu Suri setuju dengan kata-kata Raja. Tapi dia merasa kalau kedatangan Ibu Yeol akan membuat punyusunan silsilah keluarga mereka dan masa depan istana menjadi kacau lagi. Mereka harus secepatnya mendapat kan keturunan Pangeran baru. Karna itu, mereka harus cepat-cepat menyuruh Shin untuk sekamar dengan Chae-gyeong agar silsilah keluarga jadi terlihat jelas. Tentu saja Ratu menentangnya karna Shin dan Chae-gyeong masih sangat muda. Mereka juga masih sekolah. Ibu Suri berkata mereka sudah cukup umur untuk melakukan hal itu. Raja hanya terdiam mendengarkan.
Sementara itu, Chae-gyeong masuk ke kediaman Shin dengan hati gembira karna peristiwa di pesta tadi malam. “Kita harus bersiap-siap untuk memberi salam, apa kau sudah siap?” tanya Chae-gyeong pada Shin yang sedang asyik membaca buku. Shin hanya diam tanpa mempedulikan ucapan Chae-gyeong.
“Tentang semalam, aku sangat tersanjung. Aku merasa seakan menjadi tokoh utama dalam cerita dongeng. Terutama di depan banyak orang, di depan banyak orang asing. Aku merasa seperti orang bodoh. Aku malu saat sepatuku terjatuh. Dan saat itu….” Kata Chae-gyeong dengan penuh semangat, tapi kata-kata Chae-gyeong terhenti mendengar ucapan Shin yang dingin. “Cerita dongeng itu tlah berakhir. Jadi, berhentilah bermimpi” kata Shin. Tentu saja Chae-gyeong sedih mendengarnya.
Apalagi Shin juga berkata agar Chae-gyeong tak mengenakan rok yang pendek karna kaki Chae-gyeong sangat besar. Bahkan seekor sapi pun bisa mati jika ditendang oleh Chae-gyeong. Wakkkkk…..Tentu saja Chae-gyeong tak terima mendengar ucapan Shin itu. Tapi saat dia hendak memarahi Shin, asisten Shin datang dan mengatakan mereka harus menyampaikan salam pada para tetua sekarang.
Di sekolah, Chae-gyeong masih jengkel dengan kata-kata Shin. Tapi Shin tak mempedulikannya. Chae-gyeong masuk ke dalam kelas, dia mencoba menyapa Yeol, tapi Yeol pergi begitu saja tanpa mempedulikannya. Tentu saja Chae-gyeong bingung karnanya. Salah seorang teman sekelasnya berkata kalau wali kelas Chae-gyeong menunggu Chae-gyeong di kantor.
Chae-gyeong menemui wali kelasnya si kantor. Wali kelasnya menyuruh Chae-gyeong untuk duduk. “Sam, aku benar-benar lupa kalau ada tes. Jadi aku belum siap. Sebenarnya ini karna harus selalu mengucapkan salam di pagi hari” kata Chae-gyeong. Wali kelas Chae-gyeong malah langsung memberikan kertas kosong pada Chae-gyeong dan meminta Chae-gyeong untuk tanda tangan. Tentu saja Chae-gyeong bingung menghadapinya.
“Tanda tangan apa?” tanya Chae-gyeong dengan bingung. “Keponakanku, ingin aku memberikannya tanda tangan putri” jelas wali kelas Chae-gyeong. “Benarkah?” tanya Chae-gyeong yang wajahnya kini berseri-seri. Wali kelas Chae-gyeong membenarkan ucapannya. Kemudian Chae-gyeong menandatangani kertas itu dengan semangat.
Sementara itu di kelas balet, teman-teman Hyo-rin sibuk membicarakan Hyo-rin yang sekarang ternyata tlah dicampakkan oleh Shin. Mereka juga berkata, kalau mereka adalah Pangeran, maka mereka akan memilih Min Hyo-rin daripada Shin Chae-gyeong. Mereka merasa kasihan pada Hyo-rin. Hyo-rin mendengarkan percakapan mereka dengan sedih.
Mereka juga berkata, mereka kasihan pada Hyo-rin yang harus selalu bertemu dengan Shin setiap hari di sekolah. Mereka bahkan juga satu klub di klub berkuda. Kalau mereka jadi Hyo-rin, mereka akan segera pindah agar tak melihat Shin dan Chae-gyeong selalu bersama.
Hyo-rin teringat kenangan masa lalunya dimana dia pernah pergi berdua dengan Shin naik kereta api. Shin terlihat senang dan Hyo-rin juga senang karna bisa melihat wajah Shin setiap saat.
“Hei, Hyo-rin, apa kau dengar berita yang berhubungan dengan kemunculan Yeol? Sebagai salah seorang calon pewaris, Pangeran kedua tlah muncul sekarang” kata Kang-in yang muncul bersama dua orang rekannya. Membuat lamunan Hyo-rin jadi buyar.
Mereka juga berkata sangat menyukai penampilan alami Ibu Yeol saat di pesta kemarin malam. Kang-in juga berkata kalau Shin dan si bebek itu terlihat sangat cocok. Tentu saja ucapan mereka menyinggung Hyo-rin dan membuat Hyo-rin bangkit dari duduknya untuk pergi meninggalkan mereka.
Di istana, Chae-gyeong sedang sibuk menjahit sesuatu. Ternyata Chae-gyeong membuat sebuah bantal besar yang terdapat gambar Shin yang sedang tersenyum di salah satu sisi dan sedang marah di sisi yang lain. Begitu selesai, Chae-gyeong membawa bantal itu ke kamar Shin yang sedang sibuk membaca buku. Chae-gyeong duduk di depan Shin.
“Kau tahu? Shin-gun terlihat tampan saat tersenyum. Saat pertama kali aku melihat Shin-gun, aku penasaran kenapa dia tak pernah tersenyum. Tapi sekarang akhirnya aku sadari kalau ternyata dia sangat suka tersenyum. Sering-seringlah tersenyum, itu akan membuatmu jadi tampan. Dan juga, aku memasang gambar Shin di sisi yang lain” ucap Chae-gyeong sambil memperlihatkan kedua sisi bantal barunya. Sayangnya Shin cuek-cuek aja. Chae-gyeong pun terdiam.
“Ku harap kau tak lupa dengan ucapanmu” kata Chae-gyeong. “Apa?” Shin balik bertanya. “Apa maksudmu? Kau pernah bilang kau akan membiarkanku pulang ke rumahku. Aku tak bisa melihat orangtuaku saat mereka datang kemari” kata Chae-gyeong. Sayangnya Shin tak menyetujui usul Chae-gyeong karna Chae-gyeong belum selesai dengan pelajarannya. Kenapa Chae-gyeong sempat membuat boneka itu, sementara dia masih belum bisa menyelesaikan pelajarannya. Tentu saja Chae-gyeong kesal mendengar kata-kata Shin kemudian segera berlalu dari kamar Shin bersama boneka barunya.
Di kamarnya, Chae-gyeong yang kesal melampiaskan kekesalannya pada boneka Shin. Dia memukulinya dengan bertubi-tubi. Shin yang sedang mengamati kameranya merasa terganggu dengan suara berisik Chae-gyeong segera mencari asal suara berisik itu dan melihat Chae-gyeong sedang sibuk bergulat dengan boneka barunya. Tapi kemudian Shin malah membidikkan kameranya ke arah Chae-gyeong yang sedang marah.
Keesokan harinya, Chae-gyeong bersuap-siap untuk memberikan salam seperti biasanya. Saat dia menuju ke kediaman para tetua, ternyata Shin sudah datang. Ibu Suri memuji gaun Chae-gyeong yang cantik pagi ini. Raja pun ikut memuji Chae-gyeong yang membuat suasana pagi itu jadi segar dengan gaunnya yang berwarna hijau.
“Pangeran sudah beranjak jadi dewasa, Omma Mama. Dia datang padaku pagi-pagi sekali dan meminta ijin untuk tinggal di rumah Chae-gyeong untuk beberapa hari” kata Raja pada Ibu Suri. Chae-gyeong kaget dan senang mendengar ucapan Raja. “Bagiku, ini ide yang baik untuk Pangeran tinggal di tempat yang berbeda untuk beberapa hari. Ini akan baik untuk membantu mendapatkan seorang pewaris keluarga kerajaan yang baru. Bagaimana menurut Anda, Yang Mulia?” tambah Raja.
“Ini pernikahan yang baru, para mempelai memang seharusnya tinggal di rumah besan saat upacara pernikahan selesai. Bukankah seperti itu adat di negri kita? Aku juga berpikir mungkin Putri juga rindu akan rumah. Bagaimana pendapatmu Ratu?” tanya Ibu Suri. “Apa yang anda katakana sangat masuk akal, Yang Mulia. Jadi bagaimana menurut pendapatmu, Putri? Kau tak punya rencana lain, kan?” tanya Ratu pada Chae-gyeong.
Dengan wajah berseri-seri Chae-gyeong memandangi Shin. Tapi Shin cuek-cuek aja. “Tidak, aku sangat menyetujui usul itu” ungkap Chae-gyeong sambil tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih pada para tetua, hingga membuat Shin merasa kesal dengan tingkahnya.
Shin keluar mendului Chae-gyeong. Shin masih kesal dengan tingkah Chae-gyeong tadi. Chae-gyeong berusaha mengejar Shin. Seorang dayang yang berdiri di depan mereka mencoba mencegah Chae-gyeong berlari-lari di dalam istana. Tapi dia malah kaget melihat Yeol yang ternyata sudah ada di situ, memandangi kepergian Shin dan Chae-gyeong dengan tatapan tak suka. Yeol juga datang untuk mengucapkan salam pada para tetua.
Chae-gyeong terus mengejar Shin lalu kemudian memegang lengan Shin dan kemudian mengucapkan terimakasih pada Shin karna tlah meminta ijin pada Raja untuk pulang ke rumah Chae-gyeong selama beberapa hari. Shin dengan cuek malah bertanya berapa ruangan yang ada di rumah Chae-gyeong karna Shin butuh sebuah kamar untuk dirinya sendiri.
Iring-iringan yang membawa Shin dan Chae-gyeong menuju rumah Chae-gyeong tiba dengan selamat disana. Chae-gyeong sangat semangat sekali pulang ke rumahnya. Ayah dan Ibunya menyambut kedatangannya dengan suka cita. Sementara itu para wartawan sibuk meliput tentang keberadaan Shin dan Chae-gyeong di rumah orangtua Chae-gyeong. Seperti biasa, Chae-jun yang masih tergila-gila masuk tv sibuk cari perhatian ke media.
Malam harinya, mereka menjamu Shin. Ibu Chae-gyeong meminta Shin mencicipi masakan yang di masak oleh Ayah Chae-gyeong dan jangan hanya makan nasi putih saja. Chae-gyeong bercerita setiap hari Shin bertugas untuk mencicipi makanan yang akan disajikan untuk Raja.
Chae-jun menggoda kakaknya yang terus saja memanggil Shin dengan sebutan Shin-gun. Harusnya Chae-gyeong memanggil Shin dengan sebutan Pangeran atau Sayang. Shin tertawa senang mendengarnya dan setuju dengan usul Chae-jun. mereka berdua terlihat kompak.
Chae-gyeong bilang, di istana ada beberapa makanan yang tidak boleh dimakan oleh Keluarga Kerajaan. Seperti misalnya makanan kesukaan keluarga Chae-gyeong. Sang Chu-sam (nasi, kimchi dan daging yang dibungkus dengan daun selada). Di istana juga tak boleh berlari-lari. Mereka harus berjalan tanpa suara. Ada begitu banyak aturan yang ada di istana.
Ibu Chae-gyeong tahu, aturan di istana memang ketat. Tapi kenapa tidak boleh makan Sang Chu-sam. Chae-gyeong berkata dia juga tak tahu kenapa hal itu dilarang. Mereka pun mengecam peraturan itu.
Sementara di istana, Raja sedang berdua di kediamannya dengan permaisurinya. “Aku khawatir dia tak bisa melakukannya dengan baik. Maksudku Pangeran” kata Ratu. Raja memandangi istrinya. Kemudian tertawa. “Dia bukan pergi ke tempat yang berbahaya. Sesuatu yang sulit akan jadi mudah untuk Shin sejak Putri ada bersamanya” jawab Raja.
“Selain pergi ke luar negeri, ini adalah pertama kalinya dia menghabiskan waktu di tempat yang baru” kata Ratu lagi. “Jika dia hanya pergi ke sekolah dan ada di istana, bukankah sosialisasinya dengan dunia luar jadi kurang? Kita berpikir yang positif saja untuk memberinya kesempatan bertemu dengan orang-orang yang baru di sisi dunia yang lain” jelas Raja. Ratu pun setuju pendapat Raja.
Shin sedang minum teh bersama keluarga Chae-gyeong di ruang tamu. Ayah Chae-gyeong berkata pada Shin untuk tidur di kamar utama, kamar Ayah dan Ibu Chae-gyeong karna itu kamar yang terbaik yang ada di situ. Tapi Shin menolaknya. Dia bilang jangan memperlakukannya terlalu formal. Dia hanya minta kamar yang biasa saja.
Shin minta keluarga Chae-gyeong memperlakukannya sebagai anggota baru keluarga mereka. Shin tak perlu perlakuan khusus. Dia hanya ingin menikmati hidup di tengah keluarga barunya. Itulah kenapa dia juga tak membawa sekretaris Kim, asisten pribadi maupun bodyguardnya.
Shin bilang dia ingin memakai kamar Chae-jun. Chae-jun kan bisa tidur di atap dengan menggelar tenda. Tentu saja Chae-jun kaget mendengarnya. Dia tak yakin akan bisa belajar menghadapi ujian dengan baik kalau dia harus tinggal di dalam tenda di atas atap yang dingin. Shin tertawa. Ternyata dia hanya bercanda. Mereka pun ikut tertawa karnanya.
“Kalau begitu itu berarti kami akan tidur di kamar yang sama” kata Shin tiba-tiba. Tentu saja semuanya kaget mendengar perkataannya. “Kenapa? Apa kalian takut sesuatu yang buruk akan terjadi?” tanya Shin sambil memandangi kekagetan mereka semua. Bahkan Ayah Chae-gyeong sampai tersedak saat hendak menjawabnya.
Ayah dan Chae-jun masuk ke dalam kamar. Ibu Chae-gyeong menyusulnya. Mereka tak tahu harus berkata apa untuk mencegah Shin dan Chae-gyeong untuk tidur sekamar karna mereka berdua masih sekolah, bagaimana kalau sesuatu yang tak diharapkan terjadi.
Chae-gyeong mengajak Shin masuk ke dalam kamarnya. Shin terkejut melihat kamar Chae-gyeong yang sempit. Chae-gyeong belajar, makan, tidur dan melakukan semua hal di dalam kamarnya. Chae-gyeong berkata, itulah kenapa dia ingin Shin tidur di kamar orangtuanya saja. Chae-gyeong minta Shin keluar untuk tidur di kamar ortunya saja. Tapi Shin tak setuju.
Shin bilang dia taka pa tidur di situ. Tapi ada masalah besar. Kasurnya Cuma ada satu. Tiba-tiba Shin merangkul Chae-gyeong. Chae-gyeong kaget karnanya. “Kau dan aku adalah dua orang, sedangkan kasurnya cuma satu. Chae-gyeong kebingungan tak tahu harus bagaimana.
“Apa kau mulai gila sekarang? Aku sudah tidur di kasur ini selama 19 tahun. Kau tiodur saja di lantai” kata Chae-gyeong. “Selama 19 tahun, aku sudah tidur di kasur yang sebesar kamarmu” kata Shin sambil melepas jaketnya. “Hei, kenapa kau melepas jaketmu?” Chae-gyeong agak malu. Shin tertawa mengejek. Chae-gyeong mulai panik.
Kemudian Chae-gyeong langsung naik ke kasur dan berkata pada Shin untuk mengambil selimut dan tidur saja dilantai atau dimanapun Shin suka. “Kenapa aku harus tidur di lantai? Kalau begitu, kita tidur bersama saja” tantang Shin. Tentu saja Chae-gyeong kaget melihat aksi Shin yang langsung tidur di sampingnya.
“Jadi maksud kedatanganmu ke rumahku hanya untuk membuat hiodupku menderita?” tanya Chae-gyeong dengan marah. “Ya” jawab Shin singkat. “Apa kau merasa senang sudah mempermainkan aku?” tanya Chae-gyeong yang tambah marah. “Ya, kau benar. Kau itu seperti mainan baru yang membuat hidupku yang membosankan jadi berwarna” goda Shin. “Apa? Mainan? Lakukan terserah apa maumu, tapi jangan menyesalinya” hardik Chae-gyeong sambil tetap tidur di samping Shin.
“Aku kadang tak bisa tidur dengan tenang. Tapi jangan salahkan aku kalau aku menendangmu sampai jatuh” ancam Chae-gyeong. Kemudian mereka saling menendang di atas kasur Chae-gyeong yang sempit itu. Tak satupun yang mau mengalah.
Sementara itu, Hyo-rin dan Jang-gyeong yang sedang berdua di mobil mendengar siaran berita di radio tentang Shin yang menginap untuk beberapa hari di rumah Chae-gyeong. Hyo-rin terlihat sedih karna berita itu. Jang-gyeong pun langsung mematikan radio di mobilnya.
“Semua itu sangat sulit untukmu kan? Di saat kau ingin melupakannya, kabar tentag mereka malah semakin santer terdengar. “Semuanya akan baik-baik saja. Waktu yang akan menghapus semuanya” hibur Jang-gyeong.
Jang-gyeong menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Tapi Hyo-rin hanya diam saja. “Apa kau tak apa-apa?” tanya Jang –gyeong. “Tak apa-apa. Aku tak apa-apa. Sejujurnya, sebenarnya aku tak begitu baik. Sejak awal, kupikir semua kan baik-baik saja. Tapi semakin berlalunya waktu, aku merasa hatiku sangat sakit seperti sedang berada di neraka. Turunkan aku di yoga center saja” pinta Hyo-rin. Jang-gyeong mengabulkan keinginan Hyo-rin.
Hyo-rin berlatih yoga bersama dengan beberapa orang dengan Ibu Yeol sebagai instrukturnya.
Di kamarnya, Chae-gyeong tak bisa tidur dengan nyenyak. Dia heran dengan dirinya sendiri. Kenapa dia tak bisa membenci Shin yang sangat menyebalkan itu. Kemudian dia melihat ke arah punggung Shin dan kemudian menempelkan kepalanya di punggung suaminya itu. Dia malah kaget dengan tindakannya sendiri kemudian bangkit dari tidurnya.
Dia semakin heran dengan dirinya sendiri. Dia sangat menyukai punggung Shin seperti seekor serigala yang sangat menyukai sinar bulan.
Shin terbangun dari tidurnya. Dia merasa punggungnya basah karna sesuatu. Saat dilihat, ternyata Chae-gyeong ngiler dan membasahi punggungnya. Shin tersenyum melihat Chae-gyeong. Wakkkkkk…..
Di apartemennya, Yeol sedang membaca buku Harry Potter. Ibunya masuk ke dalam kamarnya dan duduk di sampingnya . Kemudian mengambil salah satu dari buku Harry Potternya. “Apa dia sangat menyukai sihir?” tanya Ibunya. Yeol tersenyum tapi tak mengerti maksud Ibunya. “Buku ini, pengarang buku ini” lanjut Ibunya. “Sihir?” Yeol balik bertanya. “Apa kau pikir begitu? Seseorang yang tak punya kerjaan. Seseorang yang bercerai. Mereka masih tetap khawatir dengan hidup mereka. Seseorang, dengan tiba-tiba jadi pengarang yang terkenal di seantero dunia. Apakah dia membuat perjanjian dengan setan dan ini sebagai balasannya. Mungkinkah dia mengkhianati jiwanya sendiri” ceramah Ibu Yeol.
Yeol hanya tertawa mendengarnya. “Kau ceramah mengenai teori tentang manusia lagi” kata Yeol. Ibunya bangkit dari tempat duduknya dan kemudian memeluk Yeol dengan penuh saying.
“Jika dilihat dari jauh, istana terlihat sangat tenang dan damai. Aku sangat menginginkan kedamaian seperti itu. Jika kau bisa menjadi Raja, aku akan membuat perjanjian dengan setan. Ayahmu yang terlupakan, posisi yang seharusnya jadi milikmu. Aku harus mengembalikannya ke tempatnya semula. Inilah alasannya kenapa aku harus tetap hidup” ungkap Ibunya.
Yeol selesai mandi. Dia mengambil handuk, kemudian berdiri di depan cermin. “Bayangan diriku, benar-benar kebalikan dari diriku. Tapi dia masih tetap bagian dari diriku. Aku merasa khawatir dan tak nyaman dengan bayanganku. Aku sedih dan kecewa” kata Yeol pada bayangannya sendiri.
Sementara itu, Shin sedang masuk ke dalam kamar mandi di rumah Chae-gyeong. Shin ingin mengambil sikat gigi, tapi kemudian dia ingat sikat giginya belum di keluarkannya. Jadi dia keluar lagi dari kamar mandi. Saat keluar, dia mendengar suara Ayah Chae-gyeong. Lalu kemudian buru-buru masuk lagi ke kamar lagi.
Di kamar, ortu Chae-gyeong tidur bertiga dengan Chae-jun. Ayah Chae-gyeong sedang membicarakan apa yang harus dilakukan untuk Shin. Apakah mengantar segelas jus atau apa. Di istana pasti lebih nyaman daripada di rumah mereka. Ibunya bilang kalau Ayah ingin melakukannya terserah saja. Tentu saja Ayah merasa tak nyaman kalau melakukannya sendiri. Jadi dia pun membangunkan istrinya dengan paksa.
Mereka berdua pergi ke kamar Chae-gyeong untuk mengantar minuman dan terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya. Mereka melihat Chae-gyeong tidur sambil memeluk Shin!
Ibu Chae-gyeong naik ke atas tempat tidur. Shin yang kaget berteriak hingga membuat Ibu Chae-gyeong terjatuh. Chae-gyeong terbangun karna ribut-ribut dan dia kaget hingga memukul dan mendorong Shin dari tempat tidur sampai Shin jatuh menimpa Ibunya yang sudah jatuh terlebih dahulu!
Ayah Chae-gyeong ingin Shin pindah ke kamarnya. Tapi Shin terus saja bilang untuk tak memperlakukannya secara istimewa. Kemudian Shin bertanya pada Chae-gyeong apa yang harus dilakukan. Chae-gyeong bilang hal itu takkan terjadi lagi. Tapi Shin tak percaya pada CHae-gyeong yang takkan tiba-tiba memeluknya saat tidur. Chae-gyeong yang ketakutan karna tadi tlah memukul dan mendorong Shin hingga jatuh mengalah dan berkata kalau dia akan tidur di bawah.
Tapi ternyata Shin tak sejahat itu, sebelum tidur lagi, Shin malah ngajak Chae-gyeong untuk suit. Tapi sayangnya Chae-gyeong kalah. Jadi Chae-gyeong terpaksa harus tidur di bawah. Hihihihi………chae-gyeong tak bisa tidur dengan tenang. Shin pun juga begitu.
Keesokan harinya, Ayah dan Ibu Chae-gyeong sedang sibuk memasak. Shin melihat mereka dengan tersenyum senang. Kedua orangtua Shin sangat mesra walaupun sedang ada di dapur. Chae-gyeong bilang dia ingin makan Sang Chu-sam. Ayah dan Ibunya menyetujuinya. Hanya saja Chae-gyeong harus mengambil daunnya. Chae-gyeong pun meminta Shin untuk menemaninya mengambil selada di kebun keluarga Chae-gyeong.
Chae-gyeong bilang mereka menanamnya tanpa pestisida. Jadi tanaman itu tumbuh secara alami. Jadi tidak berbahaya untuk kesehatan. Chae-gyeong minta Shin untuk mencicipinya karna daun itu bisa langsung dinikmati. Chae-gyeong meminta Shin membantunya mengambil daun-daun itu. Saat perjalanan pulang ke rumah, Chae-gyeong menunjukkan tanaman lain yag ditanam ayahnya, ada bawang merah, kubis, dll. Chae-gyeong bilang harusnya Shin yang membawa tanaman itu karna Shin seorang laki-laki. Shin yang diperintah bukannya marah tapi malah tersenyum. Dia merasa bahagia ada di rumah Chae-gyeong.
Keluarga Chae-gyeong makan Sang Chu-sam dengan nikmat. Mereka bahkan saling menyuapi. Shin yang hanya makan nasi dan daging sangat iri melihat keakraban mereka di meja makan. Chae-gyeong membungkuskan Sang Chu-sam untuk Shin. Tapi Shin merasa agak takut karna di istana, mereka tak boleh memakan itu. Chae-gyeong bilang, mereka sekarang bukan berada di istana, dan Chae-gyeong takkan mengatakan kalau Shin memakan Sang Chu-sam pada siapapun. Jadi Shin pun menikmatinya dengan tenang karna dia-pun jadi menyukainya.
Setelah makan, Chae-gyeong membagikan hadiah untuk keluarganya. Ada jam tangan untuk Ayahnya, kamera digital untuk Chae-jun, dll.
Sementara itu, di istana, para tetua juga sedang menikmati sarapan pagi. Ibu Suri bilang, pangeran pasti juga sedang menikmati sarapan pagi. Saat sarapan Ibu Suri berkata kalau dia ingin Yeol dan Ibunya juga bisa sarapan bersama mereka. Raja menyetujui usul itu. Tapi tidak dengan Ratu. Dia kecewa, tapi juga tak bisa menolaknya.
Di sekolah, Kang-hyeon kaget saat Chae-gyeong bercerita kalau dia tidur sekamar dengan Shin. Sama hal nya dengan teman-teman Shin yang kaget saat mendengar kalau Shin tidur di kamar yang sama dengan Chae-gyeong. Di kasur yang sama dan Shin bercerita dengan tersenyum senang.
Mereka menggoda Shin. Nanti malam mereka akan…. Tapi Shin berkata, mereka takkan sejauh itu. Di masa depan takkan lagi bisa seperti itu. Tentu saja teman-temannya kaget mendengarnya dan bertanya apa maksud Shin. Shin berkata itu bukan apa-apa.
Mereka berkata, Shin harus berhati-hati. Wanita jaman sekarang, kalau laki-laki diam, mereka yang akan beraksi. Jadi Shin harus tetap berhati-hati.
Tak ada bedanya dengan Sun-yeong dan Hee-sung yang terus saja menggoda Chae-gyeong. Dan memberi semangat Chae-gyeong sah-sah saja melakukan semua itu karna bagaimanapun juga mereka itu suami istri. Kang-hyeon yang marah membentak mereka. Sebagai wanita harusnya mereka punya harga diri. Bagaimana mungkin seorang wanita melakukan hal itu. Sungguh memalukan. Chae-gyeong setuju dengan kata-kata Kang-hyeon.
“Aku tak tahu apa yang terjadi. Ayah, Ibu dan bahkan Chae-jun berkata mereka punya banyak kerjaan dan hanya kami berdua yang tak melakukan apapun” batin Chae-gyeong saat dia hanya berdua bersama Shin yang sedang asyik membaca. Chae-gyeong merasa, sejak malam tadi dirinya tidur bersama Shin, dia merasa deg-deg an tiap kali melihat punggung Shin.
Tiba-tiba Shin bilang kalau dia lapar dan bertanya apakah ada yang bisa dimakan? Apakah di rumah Chae-gyeong ada Shin ramen? Wakkkkkk. Dengan agak takut Chae-gyeong mengiyakan. Shin memakan mie nya dengan lahap dan berkata kalau Chae-gyeong pandai sekali memasak mie dan rasanya enak. Ya iyalah, rang mie instant, dah da bumbunya dunk.
Shin membuka lemari es setelah selesai makan. Chae-gyeong melihat punggung Shin dan merasa ingin sekali memeluknya. Chae-gyeong merasa gugup. Dia benar-benar merasa ingin sekali memeluk Shin dari belakang. Tapi dia bukan wanita murahan, dia tak mungkin melakukan hal itu.
Saat batin Chae-gyeong sedang berkecamuk, Shin berkata kalau dia yang akan mencuci mangkuk yang dipakainya untuk makan mie tadi. Chae-gyeong bilang Shin tak perlu melakukan hal itu. Chae-gyeong yang akan melakukannya. Tapi Shin merasa kalau Chae-gyeong menganggap dirinya tak bisa melakukan apa-apa. Jadi Shin tetap ngotot kalau dia yang akan mencuci mangkoknya.
Shin minta Chae-gyeong untuk nonton tv saja saat Shin mencuci mangkok. Tapi Chae-gyeong yang sudah hampir pergi untuk nonton tv kembali lagi dan malah memeluk Shin dari belakang. Tentu saja Shin kaget karnanya. Dan Chae-gyeong pun tersadar tlah melakukan hal yang memalukan.
Di yoga center, Hyo-rin sedang minum the berdua dengan Ibu Yeol. Ibu Yeol berkata, tadi Hyo-rin berlatih yoga dengan sangat gugup, apakah Hyo-rin sedang ada masalah? Hyo-rin menyangkalnya, dia bilang dia hanya terlalu stress mempersiapkan ujian sekolah.
Kemudian tiba-tiba Hyo-rin bertanya tentang hidup Ibu Yeol di Inggris. Ibu Yeol berkata mereka hidup dengan baik disana. Tempat itu sangat cocok untuk dia dan Yeol. Inggris adalah Negara yang sangat menarik. Dimana orang-orang sangat menghormati keluarga kerajaan. Hyo-rin berkata hal itu sangat sama dengan Negara kita.
Ibu Yeol berkata, baru-baru ini Pangeran Charles dan Camilla juga baru menikah. “Apakah kau pernah dengar tentang Camilla?” tanya Ibu Yeol. “Ya. Aku melihat di berita, mereka bilang wanita itu adalah seseorang yang Pangeran Charles cintai” jawab Hyo-rin.
“Mereka sudah saling jatuh cinta pada pandangan pertama sejak lama sebelum mereka menikah. Tapi karna tradisi kerajaan, Pangeran Charles tak bisa menikah dengan Camilla. Bagaimanapun juga, mereka mencoba mengatasi masalah mereka, Pangeran Charles berhubungan dengannya secara sembunyi-sembunyi. Camilla seperti seorang adik baginya” cerita Ibu Yeol.
“Saat semakin sulit menyangkal dari tuduhan Diana, hubungan mereka jadi semakin dekat. Dan pada akhirnya mereka mengakui kalau mereka saling mencintai dan pada akhirnya mereka pun bisa bersama” tambah Ibu Yeol.
Di mobil, Hyo-rin terus saja memikirkan kata-kata Ibu Yeol. “Diana pernah berkata, ‘Pernikahan kita jadi rumit karna ada orang ketiga, yaitu antara Pangeran, Putri dan Camilla. Hubungan cinta segitiga itu berlangsung hampir 30 tahun. Dan pada akhirnya, setelah 35 tahun menunggu, Camilla berhasil menikah dengan Pangeran Charles. Camilla akhirnya menemukan kembali cintanya’ cerita Ibu Yeol.
Jang-gyeong mengantar Hyo-rin sampai ke rumahnya. Tapi Hyo-rin sama sekali belum beranjak turun. Jang-gyeong menawarkan untuk mengajak Hyo-rin berkeliling. Tapi tiba-tiba Hyo-rin berkata, “Min Hyo-rin, tak bisa menyerah seperti ini”. “Apa maksudmu? Menyerah akan apa?” tanya Jang-gyeong. “Dia tak cocok untuk Shin. Shin membutuhkan aku disampingnya” kata Hyo-rin sambil turun dari mobil. Tiba-tiba Hyo-rin kembali lagi, “Tolong bantu aku untuk mendapatkan Shin lagi” pinta Hyo-rin. Jang-gyeong hanya diam. Jadi Hyo-rin melangkah pergi ke pintu rumahnya diiringi tatapan Jnag-gyeong yang merasa Hyo-rin aneh malam itu.
Di rumah keluarga Chae-gyeong, mereka semua sedang asyik bermain. Yang kalah harus siap di pukul. Shin tentu saja satu grup dengan Chae-gyeong. Ibu, Ayah dan Chae-jun berada dalam satu grup jadi lawan mereka. Sayangnya Chae-gyeong dan Shin kalah, lawannya bersorak kegirangan. Saat mereka sibuk bersorak, Shin dan Chae-gyeong berbuat curang dengan menyilakkan taplak hingga membuat gambarnya berubah dan mereka pun menang. Shin dan Chae-gyeong bersorak sambil berpelukan karna menang.
Tentu saja lawannya tak terima, jelas-jelas tadi yang keluar gambar anjing, jadi mereka yang menang, kenapa gambarnya tiba-tiba berubah? Pasti Shin dan Chae-gyeong curang. Tentu saja keduanya menyangkalnya. Jadi Ayah Chae-gyeong bilang, mereka berdua adalah pasangan penipu. Tentu saja mereka bilang mereka bukan penipu.
Ayah dan Ibu Chae-gyeong pun bersorak, kalau behitu, mereka yang menang. Shin dan Chae-gyeong hanya mengiyakan saja karna tak mau kalau disebut pasangan penipu. Hehehehe…..
Karna kalah, mereka harus siap-siap dipukul. Ayah dan Ibu memukul tangan Chae-gyeong dengan keras, tapi memukul tangan Shin dengan lembut agar Shin tak kesakitan. Hanya Chae-jun yang bersikap adil dan memukul Shin seperti dia memukul tangan kakaknya. Tentu saja Shin sangat kesakitan karnanya. Chae-gyeong memarahi adiknya yang memukul tangan Shin dengan keras. Tapi Shin bilang kalau dia taka pa-apa.
Keceriaan yang ada membuat Shin tersenyum senang. Kemudian dia mengamati foto masa kecil Chae-gyeong dan geli melihat foto itu. Dia juga melihat bagaimana keakraban Chae-gyeong dengan Chae-jun adiknya. Dia tertawa senang melihat mereka. Kebahagiaan yang belum pernah dilihatnya saat dia tinggal di dalam istana.
Bersambung………………………………
Ibu Suri setuju dengan kata-kata Raja. Tapi dia merasa kalau kedatangan Ibu Yeol akan membuat punyusunan silsilah keluarga mereka dan masa depan istana menjadi kacau lagi. Mereka harus secepatnya mendapat kan keturunan Pangeran baru. Karna itu, mereka harus cepat-cepat menyuruh Shin untuk sekamar dengan Chae-gyeong agar silsilah keluarga jadi terlihat jelas. Tentu saja Ratu menentangnya karna Shin dan Chae-gyeong masih sangat muda. Mereka juga masih sekolah. Ibu Suri berkata mereka sudah cukup umur untuk melakukan hal itu. Raja hanya terdiam mendengarkan.
Sementara itu, Chae-gyeong masuk ke kediaman Shin dengan hati gembira karna peristiwa di pesta tadi malam. “Kita harus bersiap-siap untuk memberi salam, apa kau sudah siap?” tanya Chae-gyeong pada Shin yang sedang asyik membaca buku. Shin hanya diam tanpa mempedulikan ucapan Chae-gyeong.
“Tentang semalam, aku sangat tersanjung. Aku merasa seakan menjadi tokoh utama dalam cerita dongeng. Terutama di depan banyak orang, di depan banyak orang asing. Aku merasa seperti orang bodoh. Aku malu saat sepatuku terjatuh. Dan saat itu….” Kata Chae-gyeong dengan penuh semangat, tapi kata-kata Chae-gyeong terhenti mendengar ucapan Shin yang dingin. “Cerita dongeng itu tlah berakhir. Jadi, berhentilah bermimpi” kata Shin. Tentu saja Chae-gyeong sedih mendengarnya.
Apalagi Shin juga berkata agar Chae-gyeong tak mengenakan rok yang pendek karna kaki Chae-gyeong sangat besar. Bahkan seekor sapi pun bisa mati jika ditendang oleh Chae-gyeong. Wakkkkk…..Tentu saja Chae-gyeong tak terima mendengar ucapan Shin itu. Tapi saat dia hendak memarahi Shin, asisten Shin datang dan mengatakan mereka harus menyampaikan salam pada para tetua sekarang.
Di sekolah, Chae-gyeong masih jengkel dengan kata-kata Shin. Tapi Shin tak mempedulikannya. Chae-gyeong masuk ke dalam kelas, dia mencoba menyapa Yeol, tapi Yeol pergi begitu saja tanpa mempedulikannya. Tentu saja Chae-gyeong bingung karnanya. Salah seorang teman sekelasnya berkata kalau wali kelas Chae-gyeong menunggu Chae-gyeong di kantor.
Chae-gyeong menemui wali kelasnya si kantor. Wali kelasnya menyuruh Chae-gyeong untuk duduk. “Sam, aku benar-benar lupa kalau ada tes. Jadi aku belum siap. Sebenarnya ini karna harus selalu mengucapkan salam di pagi hari” kata Chae-gyeong. Wali kelas Chae-gyeong malah langsung memberikan kertas kosong pada Chae-gyeong dan meminta Chae-gyeong untuk tanda tangan. Tentu saja Chae-gyeong bingung menghadapinya.
“Tanda tangan apa?” tanya Chae-gyeong dengan bingung. “Keponakanku, ingin aku memberikannya tanda tangan putri” jelas wali kelas Chae-gyeong. “Benarkah?” tanya Chae-gyeong yang wajahnya kini berseri-seri. Wali kelas Chae-gyeong membenarkan ucapannya. Kemudian Chae-gyeong menandatangani kertas itu dengan semangat.
Sementara itu di kelas balet, teman-teman Hyo-rin sibuk membicarakan Hyo-rin yang sekarang ternyata tlah dicampakkan oleh Shin. Mereka juga berkata, kalau mereka adalah Pangeran, maka mereka akan memilih Min Hyo-rin daripada Shin Chae-gyeong. Mereka merasa kasihan pada Hyo-rin. Hyo-rin mendengarkan percakapan mereka dengan sedih.
Mereka juga berkata, mereka kasihan pada Hyo-rin yang harus selalu bertemu dengan Shin setiap hari di sekolah. Mereka bahkan juga satu klub di klub berkuda. Kalau mereka jadi Hyo-rin, mereka akan segera pindah agar tak melihat Shin dan Chae-gyeong selalu bersama.
Hyo-rin teringat kenangan masa lalunya dimana dia pernah pergi berdua dengan Shin naik kereta api. Shin terlihat senang dan Hyo-rin juga senang karna bisa melihat wajah Shin setiap saat.
“Hei, Hyo-rin, apa kau dengar berita yang berhubungan dengan kemunculan Yeol? Sebagai salah seorang calon pewaris, Pangeran kedua tlah muncul sekarang” kata Kang-in yang muncul bersama dua orang rekannya. Membuat lamunan Hyo-rin jadi buyar.
Mereka juga berkata sangat menyukai penampilan alami Ibu Yeol saat di pesta kemarin malam. Kang-in juga berkata kalau Shin dan si bebek itu terlihat sangat cocok. Tentu saja ucapan mereka menyinggung Hyo-rin dan membuat Hyo-rin bangkit dari duduknya untuk pergi meninggalkan mereka.
Di istana, Chae-gyeong sedang sibuk menjahit sesuatu. Ternyata Chae-gyeong membuat sebuah bantal besar yang terdapat gambar Shin yang sedang tersenyum di salah satu sisi dan sedang marah di sisi yang lain. Begitu selesai, Chae-gyeong membawa bantal itu ke kamar Shin yang sedang sibuk membaca buku. Chae-gyeong duduk di depan Shin.
“Kau tahu? Shin-gun terlihat tampan saat tersenyum. Saat pertama kali aku melihat Shin-gun, aku penasaran kenapa dia tak pernah tersenyum. Tapi sekarang akhirnya aku sadari kalau ternyata dia sangat suka tersenyum. Sering-seringlah tersenyum, itu akan membuatmu jadi tampan. Dan juga, aku memasang gambar Shin di sisi yang lain” ucap Chae-gyeong sambil memperlihatkan kedua sisi bantal barunya. Sayangnya Shin cuek-cuek aja. Chae-gyeong pun terdiam.
“Ku harap kau tak lupa dengan ucapanmu” kata Chae-gyeong. “Apa?” Shin balik bertanya. “Apa maksudmu? Kau pernah bilang kau akan membiarkanku pulang ke rumahku. Aku tak bisa melihat orangtuaku saat mereka datang kemari” kata Chae-gyeong. Sayangnya Shin tak menyetujui usul Chae-gyeong karna Chae-gyeong belum selesai dengan pelajarannya. Kenapa Chae-gyeong sempat membuat boneka itu, sementara dia masih belum bisa menyelesaikan pelajarannya. Tentu saja Chae-gyeong kesal mendengar kata-kata Shin kemudian segera berlalu dari kamar Shin bersama boneka barunya.
Di kamarnya, Chae-gyeong yang kesal melampiaskan kekesalannya pada boneka Shin. Dia memukulinya dengan bertubi-tubi. Shin yang sedang mengamati kameranya merasa terganggu dengan suara berisik Chae-gyeong segera mencari asal suara berisik itu dan melihat Chae-gyeong sedang sibuk bergulat dengan boneka barunya. Tapi kemudian Shin malah membidikkan kameranya ke arah Chae-gyeong yang sedang marah.
Keesokan harinya, Chae-gyeong bersuap-siap untuk memberikan salam seperti biasanya. Saat dia menuju ke kediaman para tetua, ternyata Shin sudah datang. Ibu Suri memuji gaun Chae-gyeong yang cantik pagi ini. Raja pun ikut memuji Chae-gyeong yang membuat suasana pagi itu jadi segar dengan gaunnya yang berwarna hijau.
“Pangeran sudah beranjak jadi dewasa, Omma Mama. Dia datang padaku pagi-pagi sekali dan meminta ijin untuk tinggal di rumah Chae-gyeong untuk beberapa hari” kata Raja pada Ibu Suri. Chae-gyeong kaget dan senang mendengar ucapan Raja. “Bagiku, ini ide yang baik untuk Pangeran tinggal di tempat yang berbeda untuk beberapa hari. Ini akan baik untuk membantu mendapatkan seorang pewaris keluarga kerajaan yang baru. Bagaimana menurut Anda, Yang Mulia?” tambah Raja.
“Ini pernikahan yang baru, para mempelai memang seharusnya tinggal di rumah besan saat upacara pernikahan selesai. Bukankah seperti itu adat di negri kita? Aku juga berpikir mungkin Putri juga rindu akan rumah. Bagaimana pendapatmu Ratu?” tanya Ibu Suri. “Apa yang anda katakana sangat masuk akal, Yang Mulia. Jadi bagaimana menurut pendapatmu, Putri? Kau tak punya rencana lain, kan?” tanya Ratu pada Chae-gyeong.
Dengan wajah berseri-seri Chae-gyeong memandangi Shin. Tapi Shin cuek-cuek aja. “Tidak, aku sangat menyetujui usul itu” ungkap Chae-gyeong sambil tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih pada para tetua, hingga membuat Shin merasa kesal dengan tingkahnya.
Shin keluar mendului Chae-gyeong. Shin masih kesal dengan tingkah Chae-gyeong tadi. Chae-gyeong berusaha mengejar Shin. Seorang dayang yang berdiri di depan mereka mencoba mencegah Chae-gyeong berlari-lari di dalam istana. Tapi dia malah kaget melihat Yeol yang ternyata sudah ada di situ, memandangi kepergian Shin dan Chae-gyeong dengan tatapan tak suka. Yeol juga datang untuk mengucapkan salam pada para tetua.
Chae-gyeong terus mengejar Shin lalu kemudian memegang lengan Shin dan kemudian mengucapkan terimakasih pada Shin karna tlah meminta ijin pada Raja untuk pulang ke rumah Chae-gyeong selama beberapa hari. Shin dengan cuek malah bertanya berapa ruangan yang ada di rumah Chae-gyeong karna Shin butuh sebuah kamar untuk dirinya sendiri.
Iring-iringan yang membawa Shin dan Chae-gyeong menuju rumah Chae-gyeong tiba dengan selamat disana. Chae-gyeong sangat semangat sekali pulang ke rumahnya. Ayah dan Ibunya menyambut kedatangannya dengan suka cita. Sementara itu para wartawan sibuk meliput tentang keberadaan Shin dan Chae-gyeong di rumah orangtua Chae-gyeong. Seperti biasa, Chae-jun yang masih tergila-gila masuk tv sibuk cari perhatian ke media.
Malam harinya, mereka menjamu Shin. Ibu Chae-gyeong meminta Shin mencicipi masakan yang di masak oleh Ayah Chae-gyeong dan jangan hanya makan nasi putih saja. Chae-gyeong bercerita setiap hari Shin bertugas untuk mencicipi makanan yang akan disajikan untuk Raja.
Chae-jun menggoda kakaknya yang terus saja memanggil Shin dengan sebutan Shin-gun. Harusnya Chae-gyeong memanggil Shin dengan sebutan Pangeran atau Sayang. Shin tertawa senang mendengarnya dan setuju dengan usul Chae-jun. mereka berdua terlihat kompak.
Chae-gyeong bilang, di istana ada beberapa makanan yang tidak boleh dimakan oleh Keluarga Kerajaan. Seperti misalnya makanan kesukaan keluarga Chae-gyeong. Sang Chu-sam (nasi, kimchi dan daging yang dibungkus dengan daun selada). Di istana juga tak boleh berlari-lari. Mereka harus berjalan tanpa suara. Ada begitu banyak aturan yang ada di istana.
Ibu Chae-gyeong tahu, aturan di istana memang ketat. Tapi kenapa tidak boleh makan Sang Chu-sam. Chae-gyeong berkata dia juga tak tahu kenapa hal itu dilarang. Mereka pun mengecam peraturan itu.
Sementara di istana, Raja sedang berdua di kediamannya dengan permaisurinya. “Aku khawatir dia tak bisa melakukannya dengan baik. Maksudku Pangeran” kata Ratu. Raja memandangi istrinya. Kemudian tertawa. “Dia bukan pergi ke tempat yang berbahaya. Sesuatu yang sulit akan jadi mudah untuk Shin sejak Putri ada bersamanya” jawab Raja.
“Selain pergi ke luar negeri, ini adalah pertama kalinya dia menghabiskan waktu di tempat yang baru” kata Ratu lagi. “Jika dia hanya pergi ke sekolah dan ada di istana, bukankah sosialisasinya dengan dunia luar jadi kurang? Kita berpikir yang positif saja untuk memberinya kesempatan bertemu dengan orang-orang yang baru di sisi dunia yang lain” jelas Raja. Ratu pun setuju pendapat Raja.
Shin sedang minum teh bersama keluarga Chae-gyeong di ruang tamu. Ayah Chae-gyeong berkata pada Shin untuk tidur di kamar utama, kamar Ayah dan Ibu Chae-gyeong karna itu kamar yang terbaik yang ada di situ. Tapi Shin menolaknya. Dia bilang jangan memperlakukannya terlalu formal. Dia hanya minta kamar yang biasa saja.
Shin minta keluarga Chae-gyeong memperlakukannya sebagai anggota baru keluarga mereka. Shin tak perlu perlakuan khusus. Dia hanya ingin menikmati hidup di tengah keluarga barunya. Itulah kenapa dia juga tak membawa sekretaris Kim, asisten pribadi maupun bodyguardnya.
Shin bilang dia ingin memakai kamar Chae-jun. Chae-jun kan bisa tidur di atap dengan menggelar tenda. Tentu saja Chae-jun kaget mendengarnya. Dia tak yakin akan bisa belajar menghadapi ujian dengan baik kalau dia harus tinggal di dalam tenda di atas atap yang dingin. Shin tertawa. Ternyata dia hanya bercanda. Mereka pun ikut tertawa karnanya.
“Kalau begitu itu berarti kami akan tidur di kamar yang sama” kata Shin tiba-tiba. Tentu saja semuanya kaget mendengar perkataannya. “Kenapa? Apa kalian takut sesuatu yang buruk akan terjadi?” tanya Shin sambil memandangi kekagetan mereka semua. Bahkan Ayah Chae-gyeong sampai tersedak saat hendak menjawabnya.
Ayah dan Chae-jun masuk ke dalam kamar. Ibu Chae-gyeong menyusulnya. Mereka tak tahu harus berkata apa untuk mencegah Shin dan Chae-gyeong untuk tidur sekamar karna mereka berdua masih sekolah, bagaimana kalau sesuatu yang tak diharapkan terjadi.
Chae-gyeong mengajak Shin masuk ke dalam kamarnya. Shin terkejut melihat kamar Chae-gyeong yang sempit. Chae-gyeong belajar, makan, tidur dan melakukan semua hal di dalam kamarnya. Chae-gyeong berkata, itulah kenapa dia ingin Shin tidur di kamar orangtuanya saja. Chae-gyeong minta Shin keluar untuk tidur di kamar ortunya saja. Tapi Shin tak setuju.
Shin bilang dia taka pa tidur di situ. Tapi ada masalah besar. Kasurnya Cuma ada satu. Tiba-tiba Shin merangkul Chae-gyeong. Chae-gyeong kaget karnanya. “Kau dan aku adalah dua orang, sedangkan kasurnya cuma satu. Chae-gyeong kebingungan tak tahu harus bagaimana.
“Apa kau mulai gila sekarang? Aku sudah tidur di kasur ini selama 19 tahun. Kau tiodur saja di lantai” kata Chae-gyeong. “Selama 19 tahun, aku sudah tidur di kasur yang sebesar kamarmu” kata Shin sambil melepas jaketnya. “Hei, kenapa kau melepas jaketmu?” Chae-gyeong agak malu. Shin tertawa mengejek. Chae-gyeong mulai panik.
Kemudian Chae-gyeong langsung naik ke kasur dan berkata pada Shin untuk mengambil selimut dan tidur saja dilantai atau dimanapun Shin suka. “Kenapa aku harus tidur di lantai? Kalau begitu, kita tidur bersama saja” tantang Shin. Tentu saja Chae-gyeong kaget melihat aksi Shin yang langsung tidur di sampingnya.
“Jadi maksud kedatanganmu ke rumahku hanya untuk membuat hiodupku menderita?” tanya Chae-gyeong dengan marah. “Ya” jawab Shin singkat. “Apa kau merasa senang sudah mempermainkan aku?” tanya Chae-gyeong yang tambah marah. “Ya, kau benar. Kau itu seperti mainan baru yang membuat hidupku yang membosankan jadi berwarna” goda Shin. “Apa? Mainan? Lakukan terserah apa maumu, tapi jangan menyesalinya” hardik Chae-gyeong sambil tetap tidur di samping Shin.
“Aku kadang tak bisa tidur dengan tenang. Tapi jangan salahkan aku kalau aku menendangmu sampai jatuh” ancam Chae-gyeong. Kemudian mereka saling menendang di atas kasur Chae-gyeong yang sempit itu. Tak satupun yang mau mengalah.
Sementara itu, Hyo-rin dan Jang-gyeong yang sedang berdua di mobil mendengar siaran berita di radio tentang Shin yang menginap untuk beberapa hari di rumah Chae-gyeong. Hyo-rin terlihat sedih karna berita itu. Jang-gyeong pun langsung mematikan radio di mobilnya.
“Semua itu sangat sulit untukmu kan? Di saat kau ingin melupakannya, kabar tentag mereka malah semakin santer terdengar. “Semuanya akan baik-baik saja. Waktu yang akan menghapus semuanya” hibur Jang-gyeong.
Jang-gyeong menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Tapi Hyo-rin hanya diam saja. “Apa kau tak apa-apa?” tanya Jang –gyeong. “Tak apa-apa. Aku tak apa-apa. Sejujurnya, sebenarnya aku tak begitu baik. Sejak awal, kupikir semua kan baik-baik saja. Tapi semakin berlalunya waktu, aku merasa hatiku sangat sakit seperti sedang berada di neraka. Turunkan aku di yoga center saja” pinta Hyo-rin. Jang-gyeong mengabulkan keinginan Hyo-rin.
Hyo-rin berlatih yoga bersama dengan beberapa orang dengan Ibu Yeol sebagai instrukturnya.
Di kamarnya, Chae-gyeong tak bisa tidur dengan nyenyak. Dia heran dengan dirinya sendiri. Kenapa dia tak bisa membenci Shin yang sangat menyebalkan itu. Kemudian dia melihat ke arah punggung Shin dan kemudian menempelkan kepalanya di punggung suaminya itu. Dia malah kaget dengan tindakannya sendiri kemudian bangkit dari tidurnya.
Dia semakin heran dengan dirinya sendiri. Dia sangat menyukai punggung Shin seperti seekor serigala yang sangat menyukai sinar bulan.
Shin terbangun dari tidurnya. Dia merasa punggungnya basah karna sesuatu. Saat dilihat, ternyata Chae-gyeong ngiler dan membasahi punggungnya. Shin tersenyum melihat Chae-gyeong. Wakkkkkk…..
Di apartemennya, Yeol sedang membaca buku Harry Potter. Ibunya masuk ke dalam kamarnya dan duduk di sampingnya . Kemudian mengambil salah satu dari buku Harry Potternya. “Apa dia sangat menyukai sihir?” tanya Ibunya. Yeol tersenyum tapi tak mengerti maksud Ibunya. “Buku ini, pengarang buku ini” lanjut Ibunya. “Sihir?” Yeol balik bertanya. “Apa kau pikir begitu? Seseorang yang tak punya kerjaan. Seseorang yang bercerai. Mereka masih tetap khawatir dengan hidup mereka. Seseorang, dengan tiba-tiba jadi pengarang yang terkenal di seantero dunia. Apakah dia membuat perjanjian dengan setan dan ini sebagai balasannya. Mungkinkah dia mengkhianati jiwanya sendiri” ceramah Ibu Yeol.
Yeol hanya tertawa mendengarnya. “Kau ceramah mengenai teori tentang manusia lagi” kata Yeol. Ibunya bangkit dari tempat duduknya dan kemudian memeluk Yeol dengan penuh saying.
“Jika dilihat dari jauh, istana terlihat sangat tenang dan damai. Aku sangat menginginkan kedamaian seperti itu. Jika kau bisa menjadi Raja, aku akan membuat perjanjian dengan setan. Ayahmu yang terlupakan, posisi yang seharusnya jadi milikmu. Aku harus mengembalikannya ke tempatnya semula. Inilah alasannya kenapa aku harus tetap hidup” ungkap Ibunya.
Yeol selesai mandi. Dia mengambil handuk, kemudian berdiri di depan cermin. “Bayangan diriku, benar-benar kebalikan dari diriku. Tapi dia masih tetap bagian dari diriku. Aku merasa khawatir dan tak nyaman dengan bayanganku. Aku sedih dan kecewa” kata Yeol pada bayangannya sendiri.
Sementara itu, Shin sedang masuk ke dalam kamar mandi di rumah Chae-gyeong. Shin ingin mengambil sikat gigi, tapi kemudian dia ingat sikat giginya belum di keluarkannya. Jadi dia keluar lagi dari kamar mandi. Saat keluar, dia mendengar suara Ayah Chae-gyeong. Lalu kemudian buru-buru masuk lagi ke kamar lagi.
Di kamar, ortu Chae-gyeong tidur bertiga dengan Chae-jun. Ayah Chae-gyeong sedang membicarakan apa yang harus dilakukan untuk Shin. Apakah mengantar segelas jus atau apa. Di istana pasti lebih nyaman daripada di rumah mereka. Ibunya bilang kalau Ayah ingin melakukannya terserah saja. Tentu saja Ayah merasa tak nyaman kalau melakukannya sendiri. Jadi dia pun membangunkan istrinya dengan paksa.
Mereka berdua pergi ke kamar Chae-gyeong untuk mengantar minuman dan terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya. Mereka melihat Chae-gyeong tidur sambil memeluk Shin!
Ibu Chae-gyeong naik ke atas tempat tidur. Shin yang kaget berteriak hingga membuat Ibu Chae-gyeong terjatuh. Chae-gyeong terbangun karna ribut-ribut dan dia kaget hingga memukul dan mendorong Shin dari tempat tidur sampai Shin jatuh menimpa Ibunya yang sudah jatuh terlebih dahulu!
Ayah Chae-gyeong ingin Shin pindah ke kamarnya. Tapi Shin terus saja bilang untuk tak memperlakukannya secara istimewa. Kemudian Shin bertanya pada Chae-gyeong apa yang harus dilakukan. Chae-gyeong bilang hal itu takkan terjadi lagi. Tapi Shin tak percaya pada CHae-gyeong yang takkan tiba-tiba memeluknya saat tidur. Chae-gyeong yang ketakutan karna tadi tlah memukul dan mendorong Shin hingga jatuh mengalah dan berkata kalau dia akan tidur di bawah.
Tapi ternyata Shin tak sejahat itu, sebelum tidur lagi, Shin malah ngajak Chae-gyeong untuk suit. Tapi sayangnya Chae-gyeong kalah. Jadi Chae-gyeong terpaksa harus tidur di bawah. Hihihihi………chae-gyeong tak bisa tidur dengan tenang. Shin pun juga begitu.
Keesokan harinya, Ayah dan Ibu Chae-gyeong sedang sibuk memasak. Shin melihat mereka dengan tersenyum senang. Kedua orangtua Shin sangat mesra walaupun sedang ada di dapur. Chae-gyeong bilang dia ingin makan Sang Chu-sam. Ayah dan Ibunya menyetujuinya. Hanya saja Chae-gyeong harus mengambil daunnya. Chae-gyeong pun meminta Shin untuk menemaninya mengambil selada di kebun keluarga Chae-gyeong.
Chae-gyeong bilang mereka menanamnya tanpa pestisida. Jadi tanaman itu tumbuh secara alami. Jadi tidak berbahaya untuk kesehatan. Chae-gyeong minta Shin untuk mencicipinya karna daun itu bisa langsung dinikmati. Chae-gyeong meminta Shin membantunya mengambil daun-daun itu. Saat perjalanan pulang ke rumah, Chae-gyeong menunjukkan tanaman lain yag ditanam ayahnya, ada bawang merah, kubis, dll. Chae-gyeong bilang harusnya Shin yang membawa tanaman itu karna Shin seorang laki-laki. Shin yang diperintah bukannya marah tapi malah tersenyum. Dia merasa bahagia ada di rumah Chae-gyeong.
Keluarga Chae-gyeong makan Sang Chu-sam dengan nikmat. Mereka bahkan saling menyuapi. Shin yang hanya makan nasi dan daging sangat iri melihat keakraban mereka di meja makan. Chae-gyeong membungkuskan Sang Chu-sam untuk Shin. Tapi Shin merasa agak takut karna di istana, mereka tak boleh memakan itu. Chae-gyeong bilang, mereka sekarang bukan berada di istana, dan Chae-gyeong takkan mengatakan kalau Shin memakan Sang Chu-sam pada siapapun. Jadi Shin pun menikmatinya dengan tenang karna dia-pun jadi menyukainya.
Setelah makan, Chae-gyeong membagikan hadiah untuk keluarganya. Ada jam tangan untuk Ayahnya, kamera digital untuk Chae-jun, dll.
Sementara itu, di istana, para tetua juga sedang menikmati sarapan pagi. Ibu Suri bilang, pangeran pasti juga sedang menikmati sarapan pagi. Saat sarapan Ibu Suri berkata kalau dia ingin Yeol dan Ibunya juga bisa sarapan bersama mereka. Raja menyetujui usul itu. Tapi tidak dengan Ratu. Dia kecewa, tapi juga tak bisa menolaknya.
Di sekolah, Kang-hyeon kaget saat Chae-gyeong bercerita kalau dia tidur sekamar dengan Shin. Sama hal nya dengan teman-teman Shin yang kaget saat mendengar kalau Shin tidur di kamar yang sama dengan Chae-gyeong. Di kasur yang sama dan Shin bercerita dengan tersenyum senang.
Mereka menggoda Shin. Nanti malam mereka akan…. Tapi Shin berkata, mereka takkan sejauh itu. Di masa depan takkan lagi bisa seperti itu. Tentu saja teman-temannya kaget mendengarnya dan bertanya apa maksud Shin. Shin berkata itu bukan apa-apa.
Mereka berkata, Shin harus berhati-hati. Wanita jaman sekarang, kalau laki-laki diam, mereka yang akan beraksi. Jadi Shin harus tetap berhati-hati.
Tak ada bedanya dengan Sun-yeong dan Hee-sung yang terus saja menggoda Chae-gyeong. Dan memberi semangat Chae-gyeong sah-sah saja melakukan semua itu karna bagaimanapun juga mereka itu suami istri. Kang-hyeon yang marah membentak mereka. Sebagai wanita harusnya mereka punya harga diri. Bagaimana mungkin seorang wanita melakukan hal itu. Sungguh memalukan. Chae-gyeong setuju dengan kata-kata Kang-hyeon.
“Aku tak tahu apa yang terjadi. Ayah, Ibu dan bahkan Chae-jun berkata mereka punya banyak kerjaan dan hanya kami berdua yang tak melakukan apapun” batin Chae-gyeong saat dia hanya berdua bersama Shin yang sedang asyik membaca. Chae-gyeong merasa, sejak malam tadi dirinya tidur bersama Shin, dia merasa deg-deg an tiap kali melihat punggung Shin.
Tiba-tiba Shin bilang kalau dia lapar dan bertanya apakah ada yang bisa dimakan? Apakah di rumah Chae-gyeong ada Shin ramen? Wakkkkkk. Dengan agak takut Chae-gyeong mengiyakan. Shin memakan mie nya dengan lahap dan berkata kalau Chae-gyeong pandai sekali memasak mie dan rasanya enak. Ya iyalah, rang mie instant, dah da bumbunya dunk.
Shin membuka lemari es setelah selesai makan. Chae-gyeong melihat punggung Shin dan merasa ingin sekali memeluknya. Chae-gyeong merasa gugup. Dia benar-benar merasa ingin sekali memeluk Shin dari belakang. Tapi dia bukan wanita murahan, dia tak mungkin melakukan hal itu.
Saat batin Chae-gyeong sedang berkecamuk, Shin berkata kalau dia yang akan mencuci mangkuk yang dipakainya untuk makan mie tadi. Chae-gyeong bilang Shin tak perlu melakukan hal itu. Chae-gyeong yang akan melakukannya. Tapi Shin merasa kalau Chae-gyeong menganggap dirinya tak bisa melakukan apa-apa. Jadi Shin tetap ngotot kalau dia yang akan mencuci mangkoknya.
Shin minta Chae-gyeong untuk nonton tv saja saat Shin mencuci mangkok. Tapi Chae-gyeong yang sudah hampir pergi untuk nonton tv kembali lagi dan malah memeluk Shin dari belakang. Tentu saja Shin kaget karnanya. Dan Chae-gyeong pun tersadar tlah melakukan hal yang memalukan.
Di yoga center, Hyo-rin sedang minum the berdua dengan Ibu Yeol. Ibu Yeol berkata, tadi Hyo-rin berlatih yoga dengan sangat gugup, apakah Hyo-rin sedang ada masalah? Hyo-rin menyangkalnya, dia bilang dia hanya terlalu stress mempersiapkan ujian sekolah.
Kemudian tiba-tiba Hyo-rin bertanya tentang hidup Ibu Yeol di Inggris. Ibu Yeol berkata mereka hidup dengan baik disana. Tempat itu sangat cocok untuk dia dan Yeol. Inggris adalah Negara yang sangat menarik. Dimana orang-orang sangat menghormati keluarga kerajaan. Hyo-rin berkata hal itu sangat sama dengan Negara kita.
Ibu Yeol berkata, baru-baru ini Pangeran Charles dan Camilla juga baru menikah. “Apakah kau pernah dengar tentang Camilla?” tanya Ibu Yeol. “Ya. Aku melihat di berita, mereka bilang wanita itu adalah seseorang yang Pangeran Charles cintai” jawab Hyo-rin.
“Mereka sudah saling jatuh cinta pada pandangan pertama sejak lama sebelum mereka menikah. Tapi karna tradisi kerajaan, Pangeran Charles tak bisa menikah dengan Camilla. Bagaimanapun juga, mereka mencoba mengatasi masalah mereka, Pangeran Charles berhubungan dengannya secara sembunyi-sembunyi. Camilla seperti seorang adik baginya” cerita Ibu Yeol.
“Saat semakin sulit menyangkal dari tuduhan Diana, hubungan mereka jadi semakin dekat. Dan pada akhirnya mereka mengakui kalau mereka saling mencintai dan pada akhirnya mereka pun bisa bersama” tambah Ibu Yeol.
Di mobil, Hyo-rin terus saja memikirkan kata-kata Ibu Yeol. “Diana pernah berkata, ‘Pernikahan kita jadi rumit karna ada orang ketiga, yaitu antara Pangeran, Putri dan Camilla. Hubungan cinta segitiga itu berlangsung hampir 30 tahun. Dan pada akhirnya, setelah 35 tahun menunggu, Camilla berhasil menikah dengan Pangeran Charles. Camilla akhirnya menemukan kembali cintanya’ cerita Ibu Yeol.
Jang-gyeong mengantar Hyo-rin sampai ke rumahnya. Tapi Hyo-rin sama sekali belum beranjak turun. Jang-gyeong menawarkan untuk mengajak Hyo-rin berkeliling. Tapi tiba-tiba Hyo-rin berkata, “Min Hyo-rin, tak bisa menyerah seperti ini”. “Apa maksudmu? Menyerah akan apa?” tanya Jang-gyeong. “Dia tak cocok untuk Shin. Shin membutuhkan aku disampingnya” kata Hyo-rin sambil turun dari mobil. Tiba-tiba Hyo-rin kembali lagi, “Tolong bantu aku untuk mendapatkan Shin lagi” pinta Hyo-rin. Jang-gyeong hanya diam. Jadi Hyo-rin melangkah pergi ke pintu rumahnya diiringi tatapan Jnag-gyeong yang merasa Hyo-rin aneh malam itu.
Di rumah keluarga Chae-gyeong, mereka semua sedang asyik bermain. Yang kalah harus siap di pukul. Shin tentu saja satu grup dengan Chae-gyeong. Ibu, Ayah dan Chae-jun berada dalam satu grup jadi lawan mereka. Sayangnya Chae-gyeong dan Shin kalah, lawannya bersorak kegirangan. Saat mereka sibuk bersorak, Shin dan Chae-gyeong berbuat curang dengan menyilakkan taplak hingga membuat gambarnya berubah dan mereka pun menang. Shin dan Chae-gyeong bersorak sambil berpelukan karna menang.
Tentu saja lawannya tak terima, jelas-jelas tadi yang keluar gambar anjing, jadi mereka yang menang, kenapa gambarnya tiba-tiba berubah? Pasti Shin dan Chae-gyeong curang. Tentu saja keduanya menyangkalnya. Jadi Ayah Chae-gyeong bilang, mereka berdua adalah pasangan penipu. Tentu saja mereka bilang mereka bukan penipu.
Ayah dan Ibu Chae-gyeong pun bersorak, kalau behitu, mereka yang menang. Shin dan Chae-gyeong hanya mengiyakan saja karna tak mau kalau disebut pasangan penipu. Hehehehe…..
Karna kalah, mereka harus siap-siap dipukul. Ayah dan Ibu memukul tangan Chae-gyeong dengan keras, tapi memukul tangan Shin dengan lembut agar Shin tak kesakitan. Hanya Chae-jun yang bersikap adil dan memukul Shin seperti dia memukul tangan kakaknya. Tentu saja Shin sangat kesakitan karnanya. Chae-gyeong memarahi adiknya yang memukul tangan Shin dengan keras. Tapi Shin bilang kalau dia taka pa-apa.
Keceriaan yang ada membuat Shin tersenyum senang. Kemudian dia mengamati foto masa kecil Chae-gyeong dan geli melihat foto itu. Dia juga melihat bagaimana keakraban Chae-gyeong dengan Chae-jun adiknya. Dia tertawa senang melihat mereka. Kebahagiaan yang belum pernah dilihatnya saat dia tinggal di dalam istana.
Bersambung………………………………
0 komentar:
Posting Komentar